Ilmuwan Simulasikan Karakter Orang saat Kiamat Pakai Game, Ini Hasilnya
Karakter orang akan terlihat bila mengetahui permainan akan berakhir seperti kiamat.
Karakter orang akan terlihat bila mengetahui permainan akan berakhir seperti kiamat.
Ilmuwan Simulasikan Karakter Orang saat Kiamat Pakai Game, Ini Hasilnya
Sebuah studi yang dipublikasikan pada 2017 pernah membahas tentang kondisi hari kiamat melalui simulasi game. Penelitian ini dilakukan oleh Ah Reum Kang, Jeremy Blackburn, Haewon Kwak, dan Huy Kang Kim. Hasilnya ini dipublikasikan di jurnal ACM Digital Libaray. Tujuan dari penelitian ini mempelajari karakter manusia di akhir zaman. Tim tersebut menggunakan game ArcheAge berbasis massively multiplayer online role-playing (MMORPG) sebagai alatnya.
-
Bagaimana superkomputer meramalkan kiamat? Simulasi ini dilakukan oleh superkomputer yang menggunakan berbagai data tentang iklim bumi, kimia laut, pergerakan lempeng tektonik, dan kehidupan biologi.
-
Siapa yang memprediksi kiamat? Pelukis ternama, Leonardo da Vinci telah memprediksi kiamat di dalam salah satu lukisannya.
-
Bagaimana kiamat terjadi? Pada waktu hari kiamat terjadi, Allah SWT akan membangkitkan seluruh manusia yang telah mati. Kemudian, Allah akan mulai menghitung seluruh amal baik dan buruk yang dipertimbangkan secara adil.
-
Dimana superkomputer meramalkan kiamat? Dilansir dari Boy Genius Report, Senin (6/5), simulasi ini dilakukan oleh superkomputer yang menggunakan berbagai data tentang iklim bumi, kimia laut, pergerakan lempeng tektonik, dan kehidupan biologi.
-
Kapan kiamat akan terjadi? Dia memprediksi bahwa kiamat akan terjadi sekitar 2000 tahun lagi.
-
Kapan hari kiamat akan terjadi? Tidak akan ada satu orang pun yang tahu kapan hari kiamat itu terjadi. Bahkan malaikat, nabi, dan rasul Allah pun tidak mengetahui kapan hari akhir akan terjadi.
Dalam studi yang berlangsung selama uji beta, pemain dibiarkan bermain seperti biasa, menyelesaikan misi, menjelajah, naik level, dan menimbun peralatan sesuai keinginan.
Namun, pada akhir 11 minggu kemudian pemain diberitahu bahwa server akan dihapus dan semua kemajuan serta karakter mereka akan hilang.
Hasilnya adalah lebih dari 270 juta catatan perilaku pemain dalam game, seperti data naik level dan log pencarian, untuk melihat apakah perilaku pemain berubah saat mereka tahu "dunia" akan berakhir.
Di awal permainan itu secara mengejutkan tak menunjukan keanehan para pemainnya, kecuali beberapa orang yang memilih untuk melakukan pembunuhan besar-besaran.
"Temuan kami menunjukkan bahwa tidak ada perubahan perilaku yang jelas, tetapi beberapa outlier lebih cenderung menunjukkan perilaku anti-sosial (misalnya, membunuh pemain),"
Kata peneliti.
Penelitian itu juga menemukan adanya penurunan drastis dalam penyelesaian misi, leveling, dan kemampuan di sesi akhir permainan. Tim memahami bahwa orang-orang yang bertahan sampai akhir permainan cenderung menjadi yang paling santai, mungkin paling setia pada permainan.
Sementara itu, orang-orang yang meninggalkan game lebih awal atas kemauannya sendiri, yang oleh tim disebut "churners", cenderung menunjukkan perilaku paling antisosial seperti membunuh pemain lain. Hal ini dilakukan karena mereka kehilangan rasa tanggung jawab dan keterikatan pada game.
Apa yang disimpulkan pada penelitiannya itu tetap saja dibatasi oleh fakta bahwa hal itu terjadi di dalam video game.
“Selanjutnya, kami melihat bahwa pemain yang bertahan sampai akhir menunjukkan puncak dalam jumlah kelompok kecil yang terkait dengan hubungan sosial,” ujar dia.