Isaac Newton Pernah Mencoba Peruntungan Investasi Saham, Sempat Untung Gede tapi Kapok Setelahnya
Saat untung besar, Newton girang. Tapi karena dipermainkan pasar, ia rugi besar lalu kapok berinvestasi.
Isaac Newton adalah salah satu ilmuwan jenius yang pernah hidup. Meski pintar, bukan berarti ia selalu handal dalam berbagai bidang. Contohnya sebagai investor. Ia bukanlah orang yang tepat ketika menjadi seorang investor. Ada sebuah cerita yang membuktikannya.
Mengutip Business Insider, Smithsonian Magazine, dan Benzinga, Selasa (30/7), dalam buku klasik karangan Benjamin Graham berjudul “The Intelligent Investor”, Jason Zweig dari WSJ membuat anekdot kecil tentang petualangan Newton berinvestasi di South Sea Company.
-
Kenapa Isaac Newton tidak suka mengajar? Karena Newton memiliki konsentrasi mendalam terhadap penelitian dan karyanya sendiri dibandingkan orang lain, dia tidak menunjukkan minat yang besar dalam kegiatan mengajar.
-
Kapan buku Isaac Newton dilelang? Edisi pertama dari buku Principia Mathematica milik Isaac Newton yang dipublikasikan pada 1687 laku dilelang pada 2016 dengan harga ₤2,5 juta.
-
Bagaimana saham bisa untung? Selain dividen, keuntungan lain yang dapat diperoleh berasal dari capital gain, yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham. Ketika harga saham meningkat, investor dapat menjualnya untuk meraih keuntungan.
-
Apa dampak sentimen negatif pada saham? Berbeda jika sentimen pasar mulai berubah ke arah negatif. Misalnya saat perusahaan terkena kasus yang membuat kepercayaan investor hilang. Mereka mungkin sesegera mungkin menjual sahamnya. Dengan pasokan saham berlebih, harga yang ditawarkan otomatis akan turun.
-
Kenapa David rugi puluhan juta di awal usaha? Rugi David menceritakan, kerugian terjadi saat dirinya hendak mengirim batu ke India. Namun, pihak ekspedisi mengembalikan lagi batu tersebut kepada David.'Akhirnya kami mengganti kerugian pembeli Rp22 juta,' ungkap David, dikutip dari Instagram @kominfotrenggalek, Jumat (23/2/2024)
-
Apa penemuan terbesar Isaac Newton? Penemuan terbesarnya itu mengubah dunia ilmu pengetahuan: hukum gravitasi universal beserta tiga hukum gerakannya.
“Pada musim semi tahun 1720, Sir Isaac Newton memiliki saham di South Sea Company. Saat itu South Sea Company adalah saham terpanas di Inggris,” ujar dia.
Waktu itu, ia melepas saham di South Sea Company. Lalu ia mengantongi keuntungan 100 persen atau £7.000. Namun beberapa bulan kemudian, karena antusiasme pasar yang liar, Newton menggelontorkan duitnya lebih banyak.
Sayangnya, ia harus rela kehilangan £20.000. Karena itu, selama sisa hidupnya, dia melarang siapa pun mengucapkan kata ‘South Sea’ di hadapannya. Newton jelas bukan orang bodoh.
Dia menemukan kalkulus dan mengonsep tiga hukum geraknya. Namun petualangan investasinya ini menunjukkan bahwa dia bukanlah investor yang cerdas karena dia membiarkan emosi menguasai dirinya, dan terpengaruh oleh irasionalitas keriuhan banyak orang.
South Sea Company
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Physics Today menyelidiki bagaimana seorang ilmuwan terkenal pun menjadi korban jebakan finansial karena pemikiran kelompok dan delusi kolektif.
Makalah ini ditulis oleh profesor matematika yang berbasis di Minneapolis, Andrew Odlyzko. Newton, yang terkenal karena karyanya yang inovatif dalam bidang fisika dan matematika, juga merupakan investor awal di South Sea Company. Didirikan pada tahun 1711 untuk berdagang dengan Spanyol Amerika, perusahaan ini menarik perhatian finansial Newton.
Pada tahun 1720, ketika South Sea Company membuat kesepakatan untuk mengelola utang pemerintah Inggris, harga sahamnya melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Newton, yang dikenal karena kehati-hatian dan kesuksesannya dalam berinvestasi, telah membangun portofolio saham dan obligasi pemerintah yang terdiversifikasi, mengumpulkan sekitar £32.000 pada awal tahun 1720. Ketajaman finansial Newton sangat dihormati dan keterlibatannya di bidang keuangan tidak berhenti pada investasi.
Sebagai ahli Royal Mint, ia memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan moneter, menunjukkan pengaruhnya yang besar baik dalam bidang ilmiah maupun keuangan.
Newton menyadari potensi South Sea Company sejak dini dan mulai membeli saham pada awal Juni 1712. Dia menjual sebagian besar sahamnya pada bulan April dan Mei 1720, dan mendapatkan keuntungan besar. Namun, tak lama setelah dijual, harga sahamnya malah melonjak lebih tinggi. Karena FOMO, ia gegabah.
Pada tanggal 14 Juni 1720, Isaac Newton mengambil langkah berani, menginvestasikan £26.000 ke saham South Sea Company dengan harga mahal sekitar £700 per saham. Keputusan yang tidak seperti biasanya ini menandai perubahan signifikan dari pendekatan investasinya yang biasanya bijaksana.
Sayangnya, ketepatan waktu Newton terbukti merugikan. Pada bulan September 1720, bencana yang tak terelakkan terjadi. Saham-saham yang pernah melonjak anjlok, jatuh hingga £124 pada bulan Desember, kerugian besar sebesar 80% dari nilainya. Para investor menyaksikan dengan ngeri ketika kekayaan mereka menguap.
Keuntungan sang jenius berubah menjadi kerugian ketika harga saham anjlok, menyebabkan perkiraan kerugian setidaknya £22,600. Secara keseluruhan, Newton kehilangan setidaknya sepertiga dari nilai akunnya selama periode ini. Pengalaman Newton menjadi sebuah kisah peringatan, yang menggambarkan bagaimana orang yang paling cerdas pun bisa menyerah pada tekanan keuangan dan hiruk pikuk pasar.