Kehidupan Pedih Isaac Newton, Ilmuwan Hebat yang Pernah “Dibuang” Orang Tuanya
Isaac Newton tumbuh dengan rasa sunyi kasih sayang orang tuanya. Namun ia justru menjadi seorang ilmuwan besar dan dianggap pahlawan bagi Inggris.
Isaac Newton adalah salah satu ilmuwan yang paling terkenal dan berpengaruh di dunia.
Ia merupakan seseorang yang ahli di banyak bidang, mulai dari fisika, matematika, astronomi, hingga teologi.
Dari berbagai karyanya, pekerjaan Newton yang paling dikenal mungkin adalah kalkulus, hukum gerak, dan hukum gravitasi universalnya.
Meskipun merupakan seorang jenius, kehidupan Newton tidak sepenuhnya dipenuhi oleh hal-hal yang baik.
Mengutip BBC, History.com, dan Majalah Nautilus, Kamis (27/6), Newton merupakan seorang ilmuwan yang hidup menyendiri.
Kesendirian yang Newton alami itu kemungkinan disebabkan, salah satunya, oleh masa kecilnya yang kurang bahagia karena kesepian.
Ia lahir pada 25 Desember 1642, beberapa bulan setelah ayahnya meninggal dunia.
Newton lahir secara prematur dan ia diprediksi memiliki kemungkinan hidup yang kecil. Ibu Newton menikah kembali ketika Newton berusia 3 tahun.
Suami baru dari sang Ibu sayanganya tidak menginginkan seorang anak angkat. Ibunya pun kemudian meninggalkan Newton kepada neneknya untuk dirawat.
-
Bagaimana Isaac Newton diperlakukan oleh Kerajaan Inggris? Perlakuan khusus kerajaan kepadanya tidak hanya saat semasa hidupnya. Pada waktu Newton meninggal pun, Kerajaan masih memberikan keistimewaan dengan dimakamkan layaknya seorang raja.
-
Apa penemuan terbesar Isaac Newton? Penemuan terbesarnya itu mengubah dunia ilmu pengetahuan: hukum gravitasi universal beserta tiga hukum gerakannya.
-
Kenapa Isaac Newton tidak suka mengajar? Karena Newton memiliki konsentrasi mendalam terhadap penelitian dan karyanya sendiri dibandingkan orang lain, dia tidak menunjukkan minat yang besar dalam kegiatan mengajar.
-
Kenapa Newton dikuburkan seperti raja? Nama Isaac Newton memang sangat tersohor di dunia. Sosoknya begitu dihormati sehingga ketika dia meninggal di Inggris pada 31 Maret 1727, ia dimakamkan dengan penghormatan yang begitu tinggi, bak seorang raja.
-
Bagaimana Newton diakui sebagai tokoh penting? Dia dijaga dalam kondisi lay in state selama seminggu sebelum akhirnya dikuburkan. Kondisi lay in state sendiri biasanya dilakukan kepada tokoh penting atau anggota kerajaan yang telah meninggal.
-
Kapan buku Isaac Newton dilelang? Edisi pertama dari buku Principia Mathematica milik Isaac Newton yang dipublikasikan pada 1687 laku dilelang pada 2016 dengan harga ₤2,5 juta.
Newton menjadi merasa tertolak oleh keluarganya sendiri. Ia bahkan pernah mengancam untuk membakar ayah angkat serta ibunya bersama dengan rumah mereka.
Beberapa tahun kemudian, ayah angkat Newton wafat dan ia kembali bersama ibunya lagi. Meskipun begitu, mereka menjadi tidak dekat.
Dari semua tulisan yang ditinggalkan Newton, tidak ada tulisan kenangan indah tentang ibunya.
Di sekolah, Newton merupakan seorang siswa yang kreatif dan memiliki kepintaran lebih tinggi dibandingkan siswa yang lain. Ia menjadi disenangi oleh gurunya, tetapi dibenci oleh siswa lain.
Kehidupan yang kesepian sebagai seorang anak merupakan persiapan Newton untuk kehidupan yang kreatif, tetapi penuh siksaan dan isolasi yang akan banyak ia jalani di masa dewasanya.
Sebagai orang dewasa, Newton menghabiskan waktunya dalam pekerjaannya, tidak memiliki hobi, dan juga tidak pernah menikah. Ia bahkan tetap diam tentang beberapa penemuan ilmiah dan matematikanya selama bertahun-tahun.
Voltaire, seorang penulis dan filsuf, pernah menulis mengenai kepribadian Newton yang cenderung menyendiri.
“Sir Isaac, selama tahun-tahun yang panjang yang ia nikmati, tidak pernah terpengaruh oleh hasrat apa pun, tidak tunduk pada kelemahan umum umat manusia, atau tidak pernah berhubungan dengan wanita—suatu hal yang diyakinkan kepada saya oleh dokter dan ahli bedah yang merawatnya pada saat-saat terakhirnya.”
Newton meninggal pada usia 84 tahun. Ia dimakamkan dengan penghormatan penuh dan, sebagai seorang filsuf alam, ia dianggap sebagai pahlawan nasional Britania Raya.
Reporter magang: Laurensius Katon Kandela