Kisah Nyawa yang Hilang Demi Penemuan Penangkal Racun Ular Paling Mematikan di Dunia
Pertaruhan yang luar biasa seseorang demi sebuah penemuan antibisa ular paling mematikan bagi seluruh umat manusia.
Pertaruhan yang luar biasa seseorang demi sebuah penemuan antibisa ular paling mematikan bagi seluruh umat manusia.
Kisah Nyawa yang Hilang Demi Penemuan Penangkal Racun Ular Paling Mematikan di Dunia
Pada 1950, ada seorang herpetologis muda sekaligus pemburu ular yang sedang berusaha menangkap seekor reptil paling mematikan di dunia.
Tujuannya untuk dilakukan penelitian dan pengembangan penangkal racun bisa.
-
Siapa yang menemukan ular? Ular yang panjangnya tak sampai satu meter itu ditemukan di sebuah rumah warga yang terendam banjir.
-
Bagaimana ular bisa mematikan? Dari semua jenis ular berbisa di dunia, Inland Taipan dianggap yang paling sulit ditangkap dan memiliki racun yang paling mematikan.
-
Siapa yang menjadi korban gigitan ular berbisa? 'Tiga korban gigitan ular berbisa itu warga Kampung Cibogo dan Kampung Pamoean. Tetapi mereka menolak untuk dirujuk ke RSUD Banten,' kata Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat di Lebak.
-
Dimana ular ditemukan? Brooke Bonilla, wanita asal Texas ini kebelet untuk ke kamar mandi pada tengah malam. Tetapi, alangkah kagetnya Brooke saat membuka penutup WCnya, ada ular sedang mengawasinya.
-
Gimana cara mengusir ular? 'Maka sunnah Nabi SAW untuk mengusirnya tiga kali. 'Katakan 'Keluarlah', tiga kali diusir,' ungkap Ustadz Khalid.
-
Mengapa ular bisa berbahaya? Meskipun tampak tidak mencolok dan berada di lingkungan alam liar, ular memiliki kemampuan untuk menyerang manusia kapan saja apabila merasa terganggu.
Namanya Kevin Budden. Usianya masih muda dan terkenal kala itu sebagai pemburu ular yang lihai dan berpengalaman.
Bahkan surat kabar lokal pernah menulis tentang hobinya menangkap ular berbisa, setelah berhasil meringkus 59 ekor ular dalam setahun.
Harus diakui, dia juga pernah digigit ular lima kali namun nyawanya masih tertolong.
Kematian Tak Bisa Dihindari
Hari apesnya pun datang. Ketika Pria berusia 20 tahun itu bersama dua rekannya pergi ke Queensland untuk mencoba menangkap ular Taipan demi menciptakan antibisa. Jenis ular ini terkenal lincah, sangat berbisa dan mematikan, serta belum ada penangkalnya. Saat berada di semak belukar, Kevin berhasil menangkap Taipan sepanjang 1,8 meter. Namun, saat ia memasukkannya ke dalam tas, ular itu terlepas dan menggigit ibu jarinya. Reaksinya tetap tenang. Bahkan ia dapat meraih ular itu dengan tangan lainnya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia membawa tas berisi ular itu ke dalam mobil. Kevin saat itu sangat membutuhkan perawatan medis dan perlu dibawa ke dokter.
Sayangnya karena mendesak, spesimen itu harus lekas dibawa ke pusat penelitian untuk segera dikembangkan antibisanya.
Ular itu harus dikirim ke Melbourne di mana spesies tersebut berperan penting dalam menciptakan antivenom pada 1955. Praktis, Kevin tak sempat dibawa ke dokter.
"Pria berusia 20 tahun yang mengumpulkan ular dengan tujuan penelitian justru tergigit oleh objek yang akan dibuat penangkalnya,"
Bryan Fry, Ahli Antivenom dari University of Queensland, Australia, dikutip dari IFLScience, Jumat (7/7).
Setelah mengantarkan pesanan itu, Kevin langsung dilarikan ke rumah sakit. Setibanya di sana, dokter geleng-geleng melihat ketenangannya meski sakit karena gigitan ular berbisa. Sebab ia percaya bahwa korban gigitan ular meninggal karena ketakutannya yang lebih besar dibandingkan racunnya. Beruntung tak sampai ibu jarinya dipotong.Ternyata, hipotesisnya itu keliru. Setelah diberikan penangkal dari ular macan yang diharapkan dapat membantu efek pembekuan racun, nyatanya hal itu tidak berdampak pada sistem saraf dia. Ia mulai memuntahkan cairan kuning, merasakan sakit kepala, dan otot-ototnya mulai melemah. Keesokan harinya, dia mulai merasakan tidak dapat menggerakkan lidah atau untuk menelan. Mulutnya menganga serta merasakan limbung pada dirinya. Sebelumnya dokter mengira dia akan pulih, tetapi malah justru sebaliknya.
Akhirnya Kevin dinyatakan meninggal keesokan harinya setelah diberikan bantuan pernapasan.
Sejak antivenom dikembangkan berkat usahanya, belum ada kematian yang tercatat akibat gigitan Taipan. Bryan juga takjub sampel racun yang dibawa Kevin setelah 80 tahun berlalu, masih kuat sampai saat ini.