Ledakan Cahaya Supernova Diprediksi sampai Bumi 2037, Apa Dampaknya?
Ledakan yang disebut Supernova Requiem ini diperkirakan berjarak sekitar 10 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Teleskop Luar Angkasa Hubble pernah mendeteksi sisa-sisa ledakan supernova pada tahun 2006. Menariknya, para ahli astronomi memperkirakan bahwa kilauan dari ledakan bintang tersebut akan kembali terlihat dari Bumi pada tahun 2037.
Ledakan ini dikenal dengan nama Supernova Requiem, yang diperkirakan berjarak sekitar 10 miliar tahun cahaya dari planet kita. Berdasarkan laporan dari laman Space pada Rabu (15/1), Supernova Requiem pertama kali teramati oleh Teleskop Hubble pada tahun 2016.
-
Apa dampak ledakan bintang dekat Bumi? Radiasi intens dari ledakan semacam ini dapat memengaruhi atmosfer Bumi, meningkatkan radiasi, dan menghancurkan lapisan ozon, terutama jika terjadi dalam radius 30 tahun cahaya dari planet kita.
-
Apa itu supernova? Supernova merupakan peristiwa yang timbul akibat letupan dari bintang yang hampir mencapai akhir hayatnya.
-
Dimana ledakan bintang berbahaya bagi Bumi? Radiasi intens dari ledakan semacam ini dapat memengaruhi atmosfer Bumi, meningkatkan radiasi, dan menghancurkan lapisan ozon, terutama jika terjadi dalam radius 30 tahun cahaya dari planet kita.
-
Apa itu Supernova Kepler? Supernova Kepler adalah salah satu supernova tipe Ia yang terjadi di galaksi Bima Sakti, di rasi bintang Ophiuchus.
-
Dimana supernova itu berada? Objek yang mereka amati, bernama G278.94+1.35, pertama kali ditemukan pada tahun 1988.
-
Bagaimana supernova terjadi? Urutan proses terjadinya supernova adalah pembengkakan, hilangnya inti, ledakan, dan juga melakukan supernova.
Fenomena ini terdeteksi sebanyak tiga kali berkat adanya fenomena lensa gravitasi, yang merupakan efek kosmik yang memungkinkan benda masif seperti gugus galaksi untuk membelokkan dan memperbesar cahaya dari objek yang terletak di belakangnya.
Dalam kasus Supernova Requiem, gugus galaksi MACS J0138.0-2155 berfungsi sebagai lensa gravitasi yang memperbesar cahaya supernova tersebut. Gugus galaksi ini terletak sekitar 4 miliar tahun cahaya dari Bumi dan mampu membelokkan cahaya supernova dalam tiga jalur berbeda, menghasilkan tiga penampakan yang berhasil diabadikan oleh Hubble.
Model komputer yang menggambarkan distribusi materi di dalam gugus ini memungkinkan para astronom untuk memperkirakan waktu kedatangan kilauan berikutnya pada tahun 2037. Prediksi ini didasarkan pada perjalanan cahaya melalui bagian pusat gugus yang memiliki konsentrasi materi gelap sangat tinggi, yang menyebabkan waktu tempuh cahaya menjadi lebih lambat.
Supernova Requiem ditemukan secara tidak sengaja oleh Gabe Brammer, seorang astronom dari University of Copenhagen, Denmark, saat ia sedang meneliti galaksi-galaksi jauh dalam proyek REQUIEM (REsolved QUIEscent Magnified Galaxies).
Penemuan ini berawal dari analisis gambar arsip Hubble tahun 2016, yang awalnya menunjukkan sebuah titik terang kecil yang diduga sebagai galaksi jauh. Namun, setelah diteliti lebih lanjut, titik tersebut ternyata adalah kilauan supernova yang cahayanya dibiaskan oleh gugus galaksi.
Ledakan supernova sendiri hanya berlangsung sekitar 10 detik, tetapi cahaya yang dihasilkan bisa tetap terlihat selama berbulan-bulan hingga setahun sebelum akhirnya memudar sepenuhnya.
Analisis tambahan terhadap gambar menunjukkan bahwa kilauan tersebut dikelilingi oleh noda berdebu yang kemungkinan merupakan gambar galaksi induk dari supernova. Selain penampakan pada tahun 2037, para astronom juga memperkirakan bahwa Supernova Requiem mungkin akan kembali terlihat sekitar tahun 2042.
Namun, cahaya yang muncul di masa depan kemungkinan akan terlalu redup untuk dapat diamati secara efektif. Prediksi ini memberikan wawasan baru tentang distribusi materi gelap di alam semesta serta kemampuan lensa gravitasi dalam memperbesar cahaya dari objek yang sangat jauh.
Kemampuan untuk mengamati supernova telah mengalami kemajuan signifikan dalam dua dekade terakhir berkat perkembangan teknologi teleskop.
Teleskop masa depan seperti Observatorium Vera C. Rubin di Chili dan Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman milik NASA diharapkan dapat memberikan pengamatan yang lebih mendetail. Dengan lensa yang lebih lebar dan teknologi yang lebih canggih, teleskop-teleskop ini akan memperluas pemahaman manusia tentang fenomena kosmik, termasuk peristiwa ledakan bintang yang sangat spektakuler.