Bumi Pernah Dilanda Semburan Sinar Gamma Paling Kuat yang Terjadi 10 Ribu Tahun
Peristiwa ledakan sinar gamma ini sudah diperingati sejak tahun 2002. Baru kejadian setahun lalu.
Peristiwa ledakan sinar gamma ini sudah diperingati sejak tahun 2002. Baru kejadian setahun lalu.
Bumi Pernah Dilanda Semburan Sinar Gamma Paling Kuat yang Terjadi 10 Ribu Tahun
Beberapa waktu lalu Bumi pernah mengalami peristiwa menggemparkan, yaitu terdeteksinya ledakan energi besar yang menghantam Bumi. Peristiwa itu diyakini berasal dari luar Tata Surya.
Kejadian ini bernama GRB 221009A, yang terdeteksi pada 9 Oktober 2022 oleh Teleskop Luar Angkasa Integral milik European Space Agency (ESA) dan satelit yang mengorbit di Bumi.
Ledakan tersebut kemudian diketahui berasal dari galaksi yang jaraknya sekitar 2 miliar tahun cahaya, dan menjadikannya sebagai GRB terkuat yang pernah ada.
-
Kapan Ledakan Kambrium terjadi? 'Kelompok Tonto adalah lapisan batu sedimen yang berisi fosil yang mencatat Ledakan Kambrium sekitar 500 juta tahun lalu. Saat hewan pertama dengan cangkang keras berkembang biak dengan cepat dan permukaan air laut naik hingga menyelimuti benua dengan munculnya kehidupan laut,' ungkap Carol Dahler, seorang profesor dari Universitas Negara Bagian Utah.
-
Mengapa meteorit menghantam Bumi? Studi mikrometeorit yang ditemukan dalam batu kapur dari periode Ordovisium dan kawah tumbukan di Bumi menunjukkan bahwa planet kita mengalami hantaman material kondrit biasa L secara besar-besaran sekitar 466 juta tahun yang lalu.
-
Bagaimana Asteroid hantam bumi? Pasalnya, asteroid itu bergerak dengan kecepatan 55.000 kilometer atau 34.000 mil per jam. Sehingga mampu luluh lantakkan wilayah sekitarnya.
-
Di mana lokasi api yang sudah berkobar selama 6.000 tahun? Dilansir dari IFL Science, ahli menemukan sebuah situs batu bara terbakar tertua di New South Wales, Australia. Tepatnya sekitar 30 meter di bawah tanah di bawah Gunung Wingen.
-
Dimana Asteroid hantam bumi? Sebuah benda angkasa hancur di atas Sungai Podkamennaya Tunguska di Siberia.
-
Bagaimana letusan Gunung Ruang? Saat Gunung Ruang erupsi terlihat jelas lava berwarna oranye dan merah terlihat di puncaknya, terlebih kejadian tersebut berlangsung pada malam hari. Aktivitas gunung ini meningkat setelah kegempaan vulkanik dan awan abu. Suhunya pun memanas, letusan eksplosif terjadi ketika magma mulai dingin dan kental.
Kejadian ini sontak menjadi kekhawatiran tersendiri, terutama bagi para peneliti.
Sebab, peristiwa ledakan sinar gamma ini sudah diperingati sejak tahun 2002. Mirko Piersanti dari Universitas L'Aquila, Italia, mengungkapkan bahwa ini diperkirakan akan menjadi ledakan sinar gamma paling terang yang pernah ada.
Pietro Ubetini dari National Institute for Astrophysics, Roma, Italia, turut menambahkan bahwa GRB juga merupakan peristiwa yang sangat langka. Diperkirakan hanya terjadi setiap 10.000 tahun sekali.
Mengutip INDIA TODAY, Kamis, (16/11), sinar ini berhasil menyembur ke Bumi selama 13 menit lamanya dan menyebabkan gangguan pada detektor petir di India.Bukan hanya itu, sinar ini juga mengakibatkan gangguan pada ionosfer selama beberapa jam. Ionosfer ini merupakan lapisan atmosfer yang berada di ketinggian sekitar 50 km - 950 km diatas Bumi.
Ketika diketahui mempengaruhi Ionosfer, satelit Seismo-Elektromagnetik milik Tiongkok (CSES), kemudian langsung memantau sisi atas ionosfer.
Mereka melakukan hal tersebut karena para peneliti berhipotesis bahwa GRB akan menciptakan gangguan yang cukup besar.
Hipotesis Benar
Hipotesis tersebut ternyata terbukti benar, ketika diteliti ternyata sinar tersebut menyebabkan berbagai macam gangguan dengan bentuk medan listrik yang sangat kuat di ionosfer sisi atas untuk pertama kalinya.
Tidak hanya itu, peristiwa GRB yang terjadi di galaksi kita juga memiliki potensi yang sangat berbahaya. Sebab, dapat merusak lapisan ozon yang memungkinkan radiasi ultraviolet yang berbahaya dapat menembus ke Bumi.
Jika hal ini terjadi, maka hal terburuknya akan menyebabkan kepunahan massal seperti yang terjadi di masa lalu. Namun, untuk mencegah kejadian serupa, maka tim penyelidik bersama CSES sedang meneliti hal ini agar dapat mendeteksi semburan sinar gamma lainnya yang berpotensi berbahaya.