Ledakannya 10 Ribu Kali Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima, Begini Suara Letusan Krakatau pada 1883 Hingga Bikin Orang-orang Tuli
Begini suara letusan Krakatau pada tahun 1883 yang ledakannya 10 ribu kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
Begini suara letusan Krakatau pada tahun 1883 yang ledakannya 10 ribu kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
Ledakannya 10 Ribu Kali Lebih Dahsyat dari Bom Atom Hiroshima, Begini Suara Letusan Krakatau pada 1883 Hingga Bikin Orang-orang Tuli
Indonesia dikenal memiliki begitu banyak gunung. Baik itu yang masih aktif maupun 'tidur'.
Sehingga, Indonesia rentan pula mengalami fenomena erupsi atau gunung meletus. Bahkan, Indonesia sendiri pernah terjadi fenomena letusan gunung Krakatau yang ledakannya 10 ribu kali lebih dahsyat dari bom atom Hiroshima.
Lantas bagaimana suara letusan Krakatau pada tahun 1883 yang sampai membuat orang-orang tuli?
Dilansir dari akun TikTok arsip.ind, Jumat (8/12), berikut ulasannya.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi mendengar fenomena letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883.
Letusan tersebut tepatnya terjadi pada 17 Agustus 1883 pukul 10:02 pagi.
Sebuah video memperdengarkan bagaimana dahsyatnya suara letusan Gunung Krakatau saat itu. Di mana suara tersebut diungkapkan diambil dari alat perekam milik orang Australia dari jarak 160 kilometer.
Pada video tersebut, visual yang diperlihatkan hanyalah gambaran saja. Meski begitu, suara yang diperdengarkan adalah suara asli dari letusan Krakatau.
Suara letusan Gunung Krakatau sendiri terdengar hingga 3000 kilometer lebih hingga ke Perth, Australia.
Selain itu, suara letusan juga sampai terdengar hingga Pulau Rodrigurs di Samudera Hindia yang berjarak sekitar 4.800 kilometer.
Dijelaskan dalam caption, suara ledakan yang dihasilkan oleh letusan Gunung Krakatau ini sekitar 172 desibel (dB). Sementara suara asli di sekitar Gunung diperkirakan mencapai 310 desibel (dB).
Di mana suara ledakan Gunung Krakatau lebih dahsyat sekitar 10 ribu kali lebih dibanding dengan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang pada tahun 1945.
Akibat letusan dahsyat tersebut, sekitar lebih dari 30 ribu orang meninggal dunia.
Selain itu, masyarakat yang berada di sekitar 160 kilometer dari letusan, mengalami gangguan pada pendengarannya.
Bahkan hingga ada yang menjadi tuli permanen akibat kedahsyatan ledakannya.
Letusan Gunung Krakatau sendiri bermula pada tanggal 26 Agustus 1883 dan berpuncak dengan letusan hebat yang meruntuhkan kaldera.
Pada tanggal 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam letusan berantai. Bahkan, letusan tersebut mampu melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya.
Siapa sangka, aktivitas seismik tetap berlangsung hingga Februari tahun 1884.
Sehingga, letusan Krakatau 1883 ini menjadi salah satu letusan gunung api paling mematikan serta paling merusak dalam sejarah, seelah Letusan Tambora pada tahun 1815.
Bagaimana tidak, dampak dari letusan Krakatau juga dirasakan di seluruh penjuru dunia.
Pada tahun setelah letusan, rata-rata musim panas di belahan bumi utara suhu turun sebesar 04 °C (7,2 °F). Rekor curah hujan yang melanda California Selatan selama tahun air dari Juli 1883 hingga Juni 1884 – Los Angeles menerima 97.000 milimeter (3.818 in) dan San Diego 66.000 milimeter (2.597 in) ini telah dikaitkan dengan letusan Krakatau.
Letusan Krakatau juga menyuntikkan sejumlah besar gas sulfur dioksida (SO2) yang luar biasa besar ke dalam stratosfer.
Di mana kemudian diangkut oleh angin tingkat tinggi ke seluruh planet.
Hal ini menyebabkan peningkatan global dalam konsentrasi asam sulfat (H2SO4) di awan cirrus tingkat tinggi.
Peningkatan yang dihasilkan dalam cloud reflectivity (atau albedo) memantulkan lebih banyak cahaya yang masuk dari matahari dari biasanya.
Selain itu juga mendinginkan seluruh planet sampai belerang jatuh ke tanah bagian dari hujan asam.