Sejarah Letusan Dahsyat Gunung Tambora, Lenyapkan Tiga Kerajaan hingga Julukan Pompeii dari Timur
Letusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung api paling dahsyat dalam sejarah peradaban modern
Pada pagi hari, 11 April 1815, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles baru menyadari bahwa suara dentuman yang ia dengar pertama kali lima hari sebelumnya bukanlah suara meriam. Saat itu ia berkantor di Istana Karesidenan Yogyakarta. Ia pun siap mengirim pasukan untuk mengantisipasi adanya serangan musuh.
Namun saat keluar ke halaman, ia begitu terkejut begitu melihat abu vulkanik setinggi lutut telah memenuhi pekarangannya. Sementara di atas langit terlihat mendung kelabu. Saat itu pula ia tersadar bahwa suara dentuman itu berasal dari letusan gunung api yang sangat dahsyat.
-
Apa penyebab Gunung Merapi, Semeru, dan Marapi meletus bersamaan? 'Busur vulkanik bertindak sebagai event organizer. Lantaran mereka (Gunung Merapi, Semeru, dan Marapi) dipengaruhi interaksi lempeng tektonik yang sama,' jelas ahli vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurachman, dikutip dari laman resmi ITB, Sabtu (11/5/2024).
-
Apa saja peninggalan sejarah dari Gunung Jali Tebon? Keberadaan Gunung Jali tertulis pada sejumlah prasasti, yakni Prasasti Pucangan (1041 M) yang ditulis Raja Airlangga, Prasasti Maribong (1264 M) yang ditulis Raja Wishnuwardana, dan Prasasti Canggu (1358 M) yang ditulis Raja Hayam Wuruk.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
-
Bagaimana Gunung Batutara meletus? Letusan tersebut berupa abu vulkanik yang dimuntahkan ke dalam laut maupun letusan asap yang terus terjadi.
-
Kapan letusan pertama Gunung Gamalama? Gunung Gamalama telah erupsi sebanyak 60 kali sejak letusan pertamanya pada tahun 1538 silam.
Segera ia memberi instruksi kepada Owen Phillips, seorang letnan angkatan laut Kerajaan Inggris untuk meninjau langsung lokasi pusat dentuman itu. Saat itu juga Phillips langsung berlayar menuju timur. Ia kelak akan menjadi saksi mata atas dahsyatnya letusan Gunung Tambora yang merupakan salah satu letusan gunung api terdahsyat di dunia.
Pompeii dari Timur
Sebelum meletus, Gunung Tambora merupakan sebuah gunung api yang tingginya mencapai 4.200 mdpl. Sejak awal Bulan April 1815, gempa-gempa kecil dan erupsi-erupsi permulaan telah terjadi terus-menerus.
Puncaknya terjadi pada 10 April 1815. Seperti dikutip dari Indonesia.go.id, saat itu tiga kolom nyala api memancar dari kawah dan terlontar hingga 43 kilometer. Ketiga kolom api itu menyatu dan menjadi sesuatu yang mengerikan. Dalam waktu singkat tubuh gunung berubah laksana cairan api yang terlontar ke berbagai penjuru.
Letusan Besar
Letusan Gunung Tambora disebut sebagia letusan terbesar sepanjang sejarah masyarakat modern. Letusan ini disebut melenyapkan tiga kerajaan yaitu Kerajaan Sanggar, Tambora, dan Pekat. Gemuruh letusannya terdengar hingga Yogyakarta dan Batavia. Letusan ini juga menyebabkan Sumbawa, Lombok, Bali, Madura, dan sebagian Jawa Timur menjadi gelap gulita selama tiga hari.
Jumlah korban langsung dari letusan ini diperkirakan mencapai 10.000 jiwa. Sedangkan jumlah korban akibat dampak yang ditimbulkan seperti penyakit dan kelaparan mencapai 38.000 jiwa di Sumbawa dan 44.000 jiwa di Lombok. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan seorang ahli botani Swiss, Heinrich Zollinger, pada tahun 1847, jumlah korban jiwa di Pulau Bali mencapai 25.000 jiwa.
Catatan Owen Phillips
Dalam catatannya selama perjalanan ke Pulau Sumbawa tak lama setelah letusan dahsyat itu, Owen Phillips bercerita bahwa kesengsaraan besar-besaran melanda penduduk. Mayat-mayat berserakan di jalan dan banyak rumah yang roboh. Warga yang selamat kesulitan mencari makanan. Mereka mulai terserang diare karena makanan dan minuman yang mereka konsumsi terkontaminasi abu. Kelangkaan pangan terjadi di Pulau Sumbawa.
Berita miris ini baru sampai ke Raffles tiga bulan kemudian. Ia langsung mengirimkan kapal bermuatan beras sebagai bantuan bencana. Namun ratusan ton beras yang dikirim nyatanya terasa sangat kurang untuk memberi makan lebih dari dua puluh ribu pengungsi.
Jejak Letusan Tambora
Hingga sekarang, letusan dahsyat Gunung Tambora masih menyisakan jejak yang dapat ditemukan di sekitar lokasi. Pada situs ekskavasi, ditemukan beragam komponen seperti atap rumah, keramik, berbagai ragam hias, cincin-cincin permata, serta tiang petaka.
Namun perkenalan warga Tambora dengan masa lalu Gunung Tambora hanya sebatas pada pecahan keramik, tembikar, koin, dan perhiasan yang digali dari dalam tanah. Hampir semua warga Tambora pernah menemukan artefak masa lalu itu. Barang-barang temuan itu biasanya disimpan warga, terkadang dijual ke kolektor yang datang dari luar kota.
“Jejak petaka ini tidak terekam jelas dalam ingatan warga Pulau Sumba. Mereka hanya mengingatnya sebagai zaman hujan abu. Tetapi tidak pernah secara langsung mengaitkan dengan letusan Tambora,” kata Arkeolog I Made Geria, dikutip dari website Goodnewsfromindonesia.id.