Letusannya Diketahui Orang Belanda, Ini Fakta Menarik Gunung Krakatau yang Kembali Erupsi
Baru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Baru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Letusannya Diketahui Orang Belanda, Ini Fakta Menarik Gunung Krakatau yang Kembali Erupsi
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melaporkan Gunung Krakatau kembali menyemburkan abu vulkanik. Berdasarkan pengamatan, kepulan abu vulkanik berwarna hitam dengan intensitas tebal membumbung tinggi ke arah timur laut.
Hingga saat ini, Gunung Krakatau ditetapkan statusnya menjadi siaga level III sehingga diimbau bagi masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawasan gunung dengan radius jarak 5 kilometer.
Letusan Gunung Krakatau pada zaman dahulu telah menyebabkan dampak kerusakan yang cukup serius. Bahkan, kepulan awan abu vulkanik membuat langit menjadi gelap layaknya malam hari.
Simak fakta-fakta menarik Gunung Krakatau yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Letusan Terdahsyat
Gunung Krakatau terletak di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan tepatnya di perairan Selat Sunda. Banyak orang mengetahui bahwa gunung ini pernah meletus dengan dahsyat pada 1883 silam.
Letusan eksplosif pada 1883 itu menimbulkan dampak yang cukup besar, salah satunya kepulan awan panas dan abu vulkanik yang menutupi langit menjadi gelap. Selain itu, letusan itu membuat suara dentuman yang sangat keras hingga sejauh ribuan kilometer.
Letusan tahun 1883 itu telah ditetapkan menjadi letusan gunung paling dahsyat dan terbesar sepanjang sejarah yang ada.
Diketahui oleh Pelaut Belanda
Mengutip Liputan6.com, Gunung Krakatau rupanya sempat "istirahat" selama kurang lebih 200 tahun sebelum akhirnya meletus pada tahun 1883 itu. Akan tetapi, banyak catatan yang mengatakan bahwa sebelum periode tersebut, gunung ini sempat beberapa kali erupsi.
Salah satunya pada tahun 1680, ketika pelaut asal Belanda sedang berlayar melaporkan bahwa Gunung Krakatau meletus dan mengambil potongan besar batu apung dan bukti aliran lava.
Diteliti Orang Belanda
Seorang ahli geologi Belanda yang tinggal di Pulau Jawa bernama Verbeek, telah melakukan penelitian di kawasan tersebut bahkan sebelum letusan dahsyat tahun 1883.
Pasca letusan tersebut, Verbeek kembali menyambangai kawasan yang terdampak erupsi dengan mengumpulkan laporan saksi mata dan mengamati kehancuran yang disebabkan oleh letusan tersebut.
Seluruh laporannya itu sempat diterbitkan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1885, tepat 2 tahun setelah letusan. Data dan hasil penelitian Verbeek inilah yang menjadi cikal bakal vulkanologi modern.
Muncul Anak Gunung
Tahun 1927 atau tepat 44 tahun setelah letusan dahsyat Gunung Krakatau, kemudian muncul gunung api yang dikenal dengan Anak Gunung Krakatau dari kawasan kaldera yang masih aktif dan terus bertambah tinggi.
Bertambah tingginya gunung ini tergolong cukup cepat. Setiap bulannya, anak gunung ini bertambah tinggi sekitar 0,5 meter, setiap tahunnya menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter. Hal ini disebabkan material yang keluar dari perut gunung secara terus-menerus.