Kisah Bandung Raya yang Dulunya Danau Purba, Jejaknya Masih Terlihat hingga Sekarang
Dahulu danau ini tercipta akibat erupsi gunung purba di Bandung
Dahulu danau ini tercipta akibat erupsi gunung purba di Bandung
Belum banyak yang tahu bahwasanya wilayah Bandung Raya dahulu merupakan danau purba.
Kawasan tersebut ratusan ribu tahun lalu digenangi air, dengan bukit-bukit sebagai pembatasnya.
Kendati sudah sangat lama, namun jejaknya masih bisa terlihat di masa sekarang.
Dalam beberapa sumber dikatakan, pembentukan danau purba ini tidak bisa dilepaskan dari aktivitas vulkanis gunung api purba. Karena aktivitas geologi, maka posisi Bandung kala itu menjadi lebih rendah dan dialiri air yang besar.
Selama ratusan ribu sampai jutaan tahun lalu, wilayah Bandung merupakan daerah gunung api. Ukurannya bermacam-macam, dan membentang di sepanjang wilayahnya. Ketika erupsi, tekanan dalam bumi sangar besar sehingga membentuk sedimen yang menurun.
Danau purba Bandung kiranya menarik untuk diketahui keberadaannya sebagai cikal bakal pembentuk topografi Kota Kembang yang indah. Berikut selengkapnya.
Gambar: LIPI (sekarang BRIN)
Jika menilik ke masa silam, keberadaan Bandung tak bisa dilepaskan dari kondisi topografi pegunungan.
Gambar: Wiki
Konon, ini merupakan serpihan dari gunung raksasa yang terbentuk 2 juta sampai 100 juta tahun silam bernama Gunung Sunda.
Gunung ini membentang luas, dengan ketinggian mencapai 4.000 meter Mdpl. Beberapa sumber menyebutkan lebih dari 3.000 meter Mdpl. Namun dari beberapa hasil penelitian, Gunung Sunda bukanlah yang tertua dan masih terdapat lagi beberapa juta tahun sebelumnya.
Namun, dalam majalan Geo Magz yang terbit pada 2011 lalu, disebutkan bahwa sebelum Gunung Sunda terdapat Gunung Jayagiri yang berkali-kali lipat ukuannya.
Pada periode Gunung Sunda ratusan ribu tahun silam, fenomena letusan dahsyat juga pernah terjadi. Kala itu ledakannya terdengar hingga berkilo-kilometer. Letusannya menjadi salah satu yang terbesar di dalam sejarah.
Besarnya erupsi sampai menciptakan kawah atau kaldera hingga seluas 7 kilometer. Bisa dibayangkan betapa besarnya Gunung Sunda Purba masa itu.
Dari erupsi ini, batuan besar, pasir, lahar sampai abu berteberbangan hingga menyebar ke hampir seluruh wilayah Bandung.
Besarnya ledakan dan banyaknya material yang dihempaskan membuat arahnya tak beraturan. Material tersebut, salah satunya menyumbat aliran sungai, termasuk Citarum. Air pun tertahan hingga lambat laun membludak.
Kondisi ini membuat aliran mulai menyebar ke berbagai titik di Bandung Raya. Ini turut ditunjang dengan aktivitas geologi, di mana tanah menjadi cekung.
Ketinggian dinding yang merupakan perbukitan bahkan mencapai 700 an Mdpl, hingga air dari alam perlahan menumpuk dan menggenangi Bandung.
Jejak danau Bandung purba ini, belakangan kembali terungkap. Disampaikan pakar hidrogeologi dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan ITB, Dr Dasapta Erwin Irawan, sisa peninggalannya terlihat dari adanya lumpur dalam tanah yang terbawa saat penggalian sumur sedalam 30 meter.
Lumpur tersebut berwarna hitam, berteksur lembek dan beraroma anyir. Ia meyakini jika lumpuran ini merupakan jejak danau tersebut.
“Kemarin kita digegerkan dengan pengeboran air tanah di Kecamatan Margahayu. Kedalamannya sudah menembus 30 meter. Kita tidak berhasil menyentuh tanah keras” katanya, mengutip Liputan6
Endapan ini diyakini sebagai jejak danau purba Bandung, lantaran teksturnya halus. Dalam lumpur juga tidak ada kandungan pasir, seperti tanah di daerah danau pada umumnya.
Gambar: Liputan6
Dari hasil pendalaman, usianya juga berkisar 30.000 tahun sampai 135.000 tahun yang lalu.
"Itu adalah bukti nyata endapan danau purba, butirannya sangat halus dan minim kandungan pasir. Endapan ini usianya sekitar 135.000–20.000 tahun yang lalu, dalam skala waktu geologi masih tergolong muda." ujar Dr Dasapta Erwin Irawan
Untuk jejak danau ini diperkirakan membentang dari wilayah utara Bandung, mulai dari Gunung Burangrang sampai Gunung Tangkuban Parahu. Lalu merambat hingga Gunung Manglayang.
Saat ini wilayah yang dahulu dialiri danau dikenal sebagai cekungan Bandung. Ini menjadi tantangan para peneliti geografi, termasuk arsitektur agar bisa mendirikan bangunan di titik yang dilalui.
Ini adalah tantangan besar untuk para perencana lanskap. Keindahan rancangan memang diutamakan, tapi tidak boleh mengabaikan risiko dan bencana yang membayangi. Setiap bentang alam tentu memiliki bentuk unik dan khusus, yang pasti ada kaitannya dengan sesuatu di balik permukaan tanahnya," tambahnya
327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f
Baca SelengkapnyaGunung Semeru memuntahkan letusan disertai Awan Panas Guguran (APG) pada Senin (25/12) sekitar pukul 05.12 WIB.
Baca SelengkapnyaPuting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi mengalami erupsi. Hujan abu melanda Boyolali dan Klaten
Baca SelengkapnyaGunung Dempo di Pagaralam, Sumatera Selatan, kembali erupsi. Meski dalam dua bulan terakhir sudah dua kali erupsi, status gunung itu tetap pada level waspada.
Baca SelengkapnyaAirnya jernih dengan pemandangan hutan dan bukit yang memanjakan. Lokasi ini cocok untuk healing dari hiruk pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaSetelah Bandara Frans Seda di Maumere, kini Bandara Gewayantana di Flores Timur yang ditutup sementara akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Baca SelengkapnyaGunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, tiga kali erupsi eksplosif setelah gunung api itu berstatus Level III atau Siaga.
Baca SelengkapnyaDi bagian barat Pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terdapat danau yang tak kalah indahnya untuk dikunjungi, yaitu Danau Maninjau
Baca Selengkapnya