Seberapa Mengerikan Ancaman Badai Matahari Bagi Manusia? Berikut Penjelasannya Menurut Sains
Badai Matahari itu memicu pemadaman radio gelombang pendek di wilayah Afrika dan Eropa. Lalu, adakah dampak bagi manusia?
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menginformasikan bahwa pada 3 Oktober 2024, serangkaian badai matahari telah terjadi. Badai matahari ini mengeluarkan suar X9.05 yang memancarkan radiasi dengan energi tinggi.
Menurut laporan dari laman Space pada Selasa (08/10), letusan suar tersebut mencapai puncaknya pada pukul 08.18 ET (19.18 WIB). Badai ini diperkirakan sebagai yang terkuat, bahkan lebih hebat dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 2017.
-
Mengapa badai matahari berbahaya? Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Astronomy and Space Sciences mengungkapkan, badai matahari yang berpotensi merusak dapat menimbulkan malapetaka pada infrastruktur penghantar listrik, seperti jaringan pipa.
-
Apa dampak yang bisa ditimbulkan oleh Badai Matahari? Badai matahari seperti ini dapat memiliki dampak yang bervariasi, mulai dari munculnya cahaya utara hingga pemadaman radio frekuensi tinggi dan gangguan pada satelit komunikasi serta GPS.
-
Mengapa badai matahari berdampak pada Bumi? Dampak Bagi Bumi Dikutip dari laman Space pada Senin (21/10), aktivitas Matahari memiliki dampak signifikan terhadap cuaca luar angkasa. Pengaruh ini dapat berimbas pada satelit serta astronaut yang berada di luar angkasa. Selain itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi sistem komunikasi dan navigasi seperti radio dan GPS, serta jaringan listrik di Bumi.
-
Apa yang terjadi akibat badai matahari? Badai besar ini juga telah mencapai satelit Deep Space Climate Observatory dan Advanced Composition Explorer yang berada pada jarak 1,6 juta km dari Bumi, sekitar 15 hingga 30 menit sebelumnya.
-
Apa dampak buruk heatwave terhadap manusia? Heatwave dapat menyebabkan heat exhaustion atau kelelahan panas. Gejalanya termasuk pusing, kelelahan, mual, muntah, kulit pucat, dan keringat berlebihan. Heatwave juga dapat menyebabkan heat stroke atau pingsan panas.
Semburan matahari kali ini mencatatkan rekor sebagai yang terkuat dalam siklus Matahari hingga saat ini, dan menjadi suar matahari terkuat dalam lebih dari tujuh tahun terakhir. Badai Matahari ini menyebabkan terjadinya pemadaman radio gelombang pendek di kawasan Afrika dan Eropa, wilayah yang terkena sinar Matahari saat letusan suar berlangsung.
Suar Matahari tersebut berasal dari kelompok bintik matahari AR3842. Sebelumnya, pada 1 Oktober, bintik matahari yang sama juga melepaskan suar matahari X7.1. Fenomena ini mengakibatkan lontaran massa korona (CME) yang kini bergerak menuju Bumi. CME yang masuk tersebut menghantam Bumi pada 3 dan 5 Oktober, yang kemudian memicu terjadinya aurora.
Namun, apakah badai matahari berbahaya bagi manusia?
Menurut penjelasan dari akun X NASA pada Senin (07/10), Badai Matahari tidak menimbulkan bahaya bagi manusia yang berada di Bumi. Hal ini disebabkan oleh medan magnet Bumi dan atmosfer yang tebal, yang melindungi dari dampak langsung fenomena tersebut.
"Bagi kita yang berada di permukaan, jawabannya adalah tidak. Medan magnet Bumi dan atmosfer melindungi kita dari efek langsung badai matahari. Anda tidak perlu khawatir tentang perlindungan radiasi - planet kita sudah menyediakannya," tulis akun NASA.
Bumi memiliki medan magnet yang kuat dan luas, yang dihasilkan oleh besi cair bermuatan yang berputar di intinya, sehingga dapat menghalangi angin matahari bermuatan yang menuju Bumi. Fenomena ini dikenal sebagai magnetosfer. Magnetosfer Bumi cukup besar dan kuat, membentang ratusan kali radius Bumi atau sekitar 4.000 mil.
Di sisi yang menghadap Matahari, magnetosfer menghadapi tekanan yang lebih besar, dengan luas 6 hingga 10 kali radius Bumi (antara 25.000 mil hingga 40.000 mil). Namun, berbeda dengan astronaut yang berada di luar angkasa dan tidak memiliki perlindungan yang memadai, badai matahari dapat berdampak lebih besar bagi mereka.
Partikel matahari yang bermuatan tinggi dapat membuat astronaut terpapar radiasi berbahaya. Dalam situasi yang paling ekstrem, badai ini dapat mengganggu komunikasi radio jarak jauh para astronaut, yang dapat menimbulkan risiko.
NASA juga telah menyiapkan prosedur darurat bagi astronaut untuk berlindung saat badai matahari terjadi, termasuk penghentian sistem sensitif di satelit terlebih dahulu, serta memastikan bahwa pesawat ruang angkasa astronaut dilengkapi dengan tempat perlindungan.
Munculnya Aurora
Fenomena Badai Matahari sering kali menjadi penyebab munculnya aurora di berbagai tempat di Bumi. Hal ini disebabkan oleh Coronal Mass Ejection (CME) yang dapat memicu terjadinya badai geomagnetik, yang pada gilirannya menghasilkan tampilan aurora. CME merupakan pelepasan plasma dan medan magnet dari matahari yang membawa partikel bermuatan listrik atau ion.
Ketika ion-ion ini bertabrakan dengan magnetosfer Bumi, mereka dapat memicu badai geomagnet. Selama badai tersebut, ion-ion berinteraksi dengan gas-gas di atmosfer Bumi, yang mengakibatkan pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Fenomena ini dikenal sebagai aurora borealis atau cahaya utara di belahan Bumi Utara, dan aurora australis atau cahaya selatan di belahan Bumi Selatan.
Selain itu, Badai Matahari juga dapat menyebabkan pemadaman radio. Beberapa wilayah di Afrika dan Eropa mengalami dampak dari fenomena ini berupa gangguan pada pemancaran radio gelombang pendek. Hal ini terjadi karena radiasi dari suar matahari yang mencapai Bumi dan mengionisasi atmosfer bagian atas saat kedatangannya.
Ionisasi ini menciptakan kondisi yang lebih padat bagi sinyal radio gelombang pendek frekuensi tinggi, yang penting untuk komunikasi jarak jauh. Ketika gelombang radio melewati lapisan terionisasi, mereka kehilangan energi akibat peningkatan tabrakan dengan elektron, yang dapat mengurangi kekuatan atau bahkan sepenuhnya menyerap sinyal radio.