Badai Matahari Diperkirakan Berlanjut Hingga 2025, Ini Dampaknya Bagi Bumi
Siklus matahari adalah proses alami yang dilalui oleh matahari ketika beralih antara tingkat aktivitas magnetik yang rendah dan tinggi.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bersama Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menginformasikan bahwa saat ini matahari sedang berada dalam fase maksimum, atau yang dikenal dengan istilah solar maximum.
Fenomena ini diprediksi akan berlanjut hingga tahun 2025. Menurut informasi yang dirilis oleh NASA pada Selasa (21/10), kedua lembaga tersebut melakukan pemantauan terhadap bintik matahari untuk menentukan serta memproyeksikan perkembangan siklus yang terjadi.
-
Kapan badai matahari diperkirakan mencapai Bumi? Badai matahari ini dikenal sebagai lontaran massa korona (CME), diperkirakan akan mencapai Bumi pada hari ini atau dini hari besok.
-
Apa dampak yang bisa ditimbulkan oleh Badai Matahari? Badai matahari seperti ini dapat memiliki dampak yang bervariasi, mulai dari munculnya cahaya utara hingga pemadaman radio frekuensi tinggi dan gangguan pada satelit komunikasi serta GPS.
-
Apa yang terjadi akibat badai matahari? Badai besar ini juga telah mencapai satelit Deep Space Climate Observatory dan Advanced Composition Explorer yang berada pada jarak 1,6 juta km dari Bumi, sekitar 15 hingga 30 menit sebelumnya.
-
Kapan badai matahari terjadi? Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menginformasikan bahwa pada 3 Oktober 2024, serangkaian badai matahari telah terjadi.
-
Mengapa badai matahari berbahaya? Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Astronomy and Space Sciences mengungkapkan, badai matahari yang berpotensi merusak dapat menimbulkan malapetaka pada infrastruktur penghantar listrik, seperti jaringan pipa.
Bintik matahari merupakan indikasi dari daerah aktif yang memiliki medan magnet kuat dan kompleks, yang dapat menjadi sumber terjadinya letusan. Siklus matahari adalah proses alami yang dilalui oleh matahari, di mana ia beralih antara fase aktivitas magnetik rendah dan tinggi.
Diperkirakan, perubahan kutub magnetik matahari akan terjadi setiap 11 tahun, yang menyebabkan matahari bertransformasi dari kondisi tenang menjadi aktif dan penuh dengan badai. NASA dan NOAA terus memantau bintik matahari untuk mengukur serta memprediksi kemajuan siklus ini.
Sebelumnya, pada tahun 2019, NOAA, NASA, dan International Space Environment Services (ISES) telah memprediksi bahwa siklus matahari ke-25 akan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2025, dengan jumlah maksimum bintik matahari diperkirakan mencapai 115.
Namun, prediksi tersebut mengalami revisi setelah terjadinya gerhana matahari pada 8 April lalu. Dalam peristiwa tersebut, bulan menutupi seluruh piringan matahari, sehingga atmosfer luar matahari, yang dikenal sebagai corona, dapat terlihat oleh para pengamat.
Aktivitas matahari pun menunjukkan peningkatan yang signifikan, di mana corona terlihat sangat aktif. Para pengamat melaporkan adanya peningkatan aktivitas bintik matahari yang terlihat jelas, dengan bentuk menyerupai bintik merah muda terang di tepi matahari.
Dampak Bagi Bumi
Dikutip dari laman Space pada Senin (21/10), aktivitas Matahari memiliki dampak signifikan terhadap cuaca luar angkasa. Pengaruh ini dapat berimbas pada satelit serta astronaut yang berada di luar angkasa.
Selain itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi sistem komunikasi dan navigasi seperti radio dan GPS, serta jaringan listrik di Bumi. Ketika aktivitas Matahari meningkat, peristiwa cuaca luar angkasa cenderung terjadi lebih sering.
Dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas Matahari telah menyebabkan peningkatan visibilitas aurora dan berdampak pada satelit serta infrastruktur. Pada bulan Mei 2024, sejumlah semburan matahari dan lontaran massa korona (CME) mengeluarkan awan partikel dan medan magnet menuju Bumi.
Ini menyebabkan badai geomagnetik terkuat yang pernah terjadi di Bumi dalam dua dekade terakhir dan menghasilkan aurora paling kuat yang tercatat dalam 500 tahun terakhir. Sebelumnya, pada tahun 1989, lontaran massa korona (CME) yang disertai jilatan api Matahari menyebabkan pemadaman listrik di seluruh provinsi Quebec, Kanada, selama sekitar 12 jam, menurut NASA.
Meskipun demikian, puncak aktivitas Matahari dalam siklusnya tidak hanya terjadi pada saat ini. Para ilmuwan masih belum dapat menentukan dengan pasti kapan puncak dari periode solar maximum ini akan terjadi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa puncak tersebut hanya dapat diidentifikasi setelah aktivitas Matahari mengalami penurunan yang konsisten.
Namun, para ilmuwan telah mengamati bahwa dua tahun terakhir merupakan bagian dari fase aktif siklus matahari. Aktivitas ini menunjukkan bahwa kita sedang berada dalam periode yang menarik dalam siklus Matahari yang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan di Bumi.