Salah satu bukti bahwa orang Indonesia maniak gadget
Merdeka.com - Tidak heran apabila ada anggapan bahwa Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan masyarakat yang memiliki 'budaya konsumtif.'
Hal itu dibuktikan dengan hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Accenture beberapa waktu sebelumnya. Dalam hasil survei tersebut terungkap bahwa ternyata salah satu kebutuhan penting masyarakat Indonesia sampai mereka rela untuk menyisihkan uang adalah untuk membeli gadget atau juga perangkat mobile.
Dari seribu konsumen, 55 persen mengatakan demi untuk membeli gadget baru, mereka harus menabung lebih dari satu tahun lamanya. Dikarenakan dalam survei ini para konsumen rata-rata memberikan lebih dari satu jawaban, maka jumlah persentasenya lebih dari 100 persen.
-
Dimana pengeluaran mingguan barang digital anak muda mencapai Rp22-28 miliar? Di Pontianak, pengeluaran mingguan untuk barang digital mencapai Rp22-28 miliar.
-
Bagaimana orang Indonesia menggunakan ponsel? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Smartphone apa yang paling banyak digunakan di Filipina? Filipina Menjadi negara nomor satu yang warganya tidak bisa hidup tanpa gawai, warga Filipina menghabiskan sebanyak 32,5 persen hari mereka untuk menggunakan ponsel.
-
Mengapa sebagian pengguna iPhone beralih ke iPhone? Pada akhirnya, 30 persen pengguna Android berpikir untuk beralih ke iPhone hanya untuk menghentikan bullyan.
-
Kenapa warga Brasil suka smartphone? Negara yang memiliki julukan negeri samba ini menempatkan urutan kedua dalam daftar negara yang warganya tidak bisa lepas dari gawai.
-
Bagaimana pengguna iPhone menghabiskan uang? Rata-rata, pengguna iPhone menghabiskan dua kali lipat lebih banyak, yakni sekitar USD117 per hari, sedangkan pengguna Android hanya menghabiskan USD62 per hari.
81 persen dari para konsumen tersebut mengatakan bahwa mereka ingin membeli smartphone baru dan 61 persen lagi ingin memiliki perangkat mobile dengan layar lebih lebar dari yang mereka gunakan saat ini.
Selain itu, dalam survei Accenture ini juga terungkap bahwa 41 persen konsumen ingin menjadi yang pertama dalam memiliki sebuah gadget yang baru saja dirilis atau setidaknya mencoba perangkat baru tersebut untuk yang pertama kali.
"Konsumen ingin perangkat yang terbaru dan paling inovatif. Mereka tidak hanya berencana untuk mengejar ketinggalan teknologi dan mengganti produk yang ada, namun kebanyakan dari mereka akan menambah jumlah perangkat dari yang mereka miliki saat ini," kata Managing Director for Communication, Media & Technology dan Customer Relationship Management Accenture Tore Berg, seperti yang dikutip dari Antara (08/10).
Jumlah peminat perangkat terbaru dan inovatif itu disebut Berg lebih banyak dibanding pasar yang berkembang di negara lain, menjadikan Indonesia sebagai pasar gadget yang potensial.
Konsumen Indonesia juga sedang mempersiapkan diri untuk menyambut gaya hidup yang serba digital, antara lain disebabkan karena para inovator mendorong konsumen memakai lebih dari satu perangkat.
"Jejaring sosial atau aplikasi juga menjadi satu bagian dari produk akhir, maka dari itu perusahaan perlu mempertimbangkan hal ini sebagai aspek yang penting dalam mengembangkan perangkat," kata Berg menambahkan.
Riset Accenture Digital Consumer tahun 2014 mensurvei 1.000 pengguna internet di Indonesia mengenai penggunaan dan kecenderungan dalam membeli perangkat elektronik, konten dan layanan digital.
Selain gadget, riset tersebut juga melemparkan pertanyaan mengenai koneksi internet dan hasilnya menunjukkan sebagian besar pengguna internet di Indonesia merasa kecewa dengan kualitas layanan.
Sebanyak 86 persen melaporkan gangguan dan adanya isu dalam mengakses program TV dan film dari koneksi broadband di rumah.
Kekecewaan itu menyebabkan sebanyak 60 persen konsumen menyatakan bersedia membayar lebih untuk koneksi yang lebih cepat dan 62 persen rela membayar lebih untuk akses cepat kapan dan di mana saja.
"Riset ini menunjukkan bahwa koneksi broadband tidak berhasil memenuhi ekspektasi konsumen. Konsumen bersedia untuk membayar lebih agar koneksi sama sekali tidak terganggu. Riset ini menyoroti pentingnya kualitas," kata Communication, Media & Technology Lead, Accenture Indonesia Wong Tjin Tak.
Untuk tahun 2014, Accenture melakukan survei konsumen digital terhadap 23.000 pengguna internet di 23 negara di seluruh dunia sesuai dengan keadaan pasar saat ini dan pasar berkembang, termasuk 1.000 konsumen di Indonesia. (mdk/das)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini berdasarkan hasil survei Telkomsel Enterprise terhadap warga Indonesia jelang Lebaran.
Baca SelengkapnyaIndustri telekomunikasi dan game di Indonesia tengah mengalami perkembangan yang luar biasa di Asia.
Baca SelengkapnyaGenerasi milenial dan Gen Z diprediksi justru bisa semakin miskin daripada generasi sebelumnya. Ini alasannya.
Baca SelengkapnyaMenurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2023 nilai pinjaman masyarakat Indonesia ke pinjaman online mencapai Rp50,12 triliun.
Baca SelengkapnyaAda perilaku yang teramati konsumen belanja online terutama saat ada mega sale. Berikut adalah pola perilaku konsumen.
Baca SelengkapnyaNominal menabung setiap orang pasti berbeda, tergantung beban keuangan.
Baca SelengkapnyaMasih banyak masyarakat yang lebih senang belanja offline dibanding belanja online.
Baca SelengkapnyaAda perbedaan signifikan pada kelompok kelas menengah yang berbelanja menjadi lebih sedikit.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil bekas di paruh pertama 2024 didominasi oleh milenial.
Baca SelengkapnyaRamadan kali ini banyak dari konsumen yang begitu cermat. Mereka menginginkan mencoba brand baru.
Baca SelengkapnyaBerwisata ke Bali tidak dapat dilakukan setiap hari sehingga momentum ini ingin dimanfaatkan dengan baik.
Baca Selengkapnya