Profil
Tengku Nasaruddin Said Effendy
Tengku Nasaruddin Said Effendy atau yang lebih dikenal dengan Tenas Effendy dilahirkan pada 9 November 1936 di Dusun Tanjung Mualim, Desa Kuala Panduk, Pelalawan. Namanya merupakan nama pemberian dari ayahnya Tengku Said Umar Muhammad.
Ayah Tenas Effendy adalah sekretaris pribadi Sultan Said Hasyim, Sultan Pelalawan ke-8 pada waktu itu. Ayahnya selalu menulis mengenai semua silsilah Kerajaan Pelalawan, adat - istiadat, dan peristiwa penting lainnya dalam sebuah buku yang dinamakan Buku Gajah. Setelah Sultan Said Hasyim mangkat pada tahun 1930, T. Said Umar Muhammad dan keluarganya pindah dari Pelalawan ke Kuala Panduk dan menjalani aktivitas seperti masyarakat lainnya.
Kebiasaan dalam mendengar, melihat, dan mengamati berbagai khasanah budaya ini secara berangsur - angsur membuat Tenas mampu menyerap berbagai unsur budaya tersebut dan terpatri sangat mendalam dalam kehidupannya. Hal inilah yang kemudian mengantarkannya dalam serangkaian penelitian kebudayaan. Dari perjalanan panjangnya berkecimpung dengan kajian kebudayaan dan aktivitasnya dalam menulis, Tenas berhasil mengumpulkan lebih kurang 20.000 ungkapan, 10.000 pantun, dan tulisan - tulisan mengenai kebudayaan Melayu. Kepiawaiannya dalam menulis dan pengetahuannya yang mendalam tentang kebudayaan menarik minat banyak institusi untuk berbagi pemikiran dalam berbagai seminar, simposium, dan lokakarya mulai dari Malaysia, Singapura, Brunei sampai ke Belanda.
Tenas pun aktif dalam kegiatan seni berupa pembacaan puisi dan sering mengisi acara karya budaya yang disiarkan oleh RRI Padang.
Suami dari Tengku Zahara binti Tengku Long Mahmud ini memutuskan untuk menyingkat namanya sebab apabila masyarakat mengetahui bahwa peneliti itu adalah seorang tengku, maka akan timbul semacam jarak antara dirinya dengan masyarakat sehingga ia tidak bisa leluasa dalam menggali informasi di masyarakat.