Aksi Sang Pawang Hujan Merayu Langit Kelabu
Merdeka.com - Langit berwarna kelabu dengan awan mendung terlihat tak jauh dari Candi Prambanan. Nampaknya awan mendung tersebut segera menghampiri Candi Hindu terbesar di Indonesia ini. Padahal, acara besar tengah berlangsung. Rasa was-was dan khawatir pun mulai menyelimuti pihak penyelenggara.
Mas Agus, demikian salah seorang pawang hujan itu biasa disapa. Pria asal Solo ini diminta membantu mengendalikan hujan saat perhelatan itu tengah berlangsung. Ubo rampe khusus dengan cabe merah, bawang merah hadir di rumput hijau Candi Prambanan. Pria berbaju lurik ini sibuk menjalankan ritual.
Entah apa yang dilafalkan dalam hatinya, namun Agus khusyuk merayu langit kelabu. Tangannya memegang beberapa seikat sapu gerang. Sambil berdiri menatap langit, Ia berusaha menyapu baik awan mendung dan hujan yang nampaknya akan segera datang.
-
Siapa yang terobos hujan dengan cara unik? Termasuk kaum bapak-bapak yang selalu memiliki cara yang unik dan terkesan tidak masuk akal dalam menghadapinya, terutama saat berkendara di jalan.
-
Apa yang terjadi pada suasana hati saat hujan? Musim hujan memang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang, dan ada banyak penelitian serta literatur psikologi yang telah membahas hubungan antara cuaca dan mood.
-
Bagaimana cara membuat pantun hujan lucu? Pilih tema yang lucu terkait dengan hujan, seperti suara rintik-rintik atau efek lucu yang muncul selama hujan.
-
Apa itu hujan? Hujan adalah fenomena alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.
-
Kenapa Bapak-Bapak suka cari solusi unik saat hujan? Jangan pernah meremehkan kemampuan bapak-bapak dalam mencari solusi. Dalam menghadapi hujan, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda. Termasuk kaum bapak-bapak yang selalu memiliki cara yang unik dan terkesan tidak masuk akal dalam menghadapinya, terutama saat berkendara di jalan.
-
Apa yang pria ini capai? Kini impiannya terwujud hingga berhasil mendirikan apotek untuk membantu masyarakat berekonomi rendah.
Atas izin yang Maha Kuasa serta tidak lupa uluk salam kepada leluhur dan semua makhuk di sekitar lokasi, hujan tak turun di lokasi yang Ia pawangi. Kemantapan dan keyakinan do'a kepada Tuhan, Sang Pencipta Alam memang menjadi kunci dari prosesi ini.
Sebelum hadir untuk mawang hujan, pemilik nama lengkap Agus Santoso ini perlu menjalankan beberapa ritual terlebih dahulu. Ia biasa puasa dan tidak tidur baik siang dan malam hari. Malam hari, Ia sibuk dengan semedi, zikir, tahajud dan berdoa. Beberapa pantangan pun perlu Ia jalani.
©2021 Merdeka.com/Budi PrastSetiap pawang hujan punya tradisi masing-masing. Begitupula dengan pria kelahiran 1982 ini. Agus biasanya membawa uborampe khusus sebagai alat tempurnya. Anglo lengkap dengan arangnya, kipas, kembang 7 rupa, bawang merah 7, lombok merah 7, kinang, garam dan sapu gerang.
Ubo rampe ini mengikuti kearifan lokal yang telah leluhur ajarkan. Setiap komponennya memiliki makna tersendiri. Seperti sapu gerang dan kipas sebagai perlambang untuk menyapu baik awan mendung, kesombongan diri yang tak bisa berbuat apa-apa tanpa izin Sang Penguasa.
Sapu yang dibalik bermakna membalikkan semua godaan yang mengganggu ritual. Begitupula dengan kembang piton, 7 cabe dan bawang merah melambangkan agar senantiasa mendapatkan pertolongan dari sang pencipta. Garam grasak atau garam kasar untuk mengusir tolak bala bekasak'an atau dari gangguan dari makhluk gaib yang mengganggu.
©2021 Merdeka.com/Budi PrastPria yang memiliki gelar Raden Tumenggung Agus Santoso Hadipuro dari Keraton Solo ini melakoni profesi sebagai pawang hujan sejak remaja. Tepatnya, selepas lulus SMP tahun 1999. Uniknya, pria 39 tahun ini otodidak atau belajar sendiri.
Saat Ia mengabdi di Keraton Solo sering di ajak mawang hujan pawang Keraton Solo yang sepuh. Sang pawang sepuh mengatakan, Agus berbeda dan ditakdirkan sebagai penerus pawang hujan. Di sini petualang Agus dimulai.
Usianya yang kala itu masih muda, sering dipandang sebelah mata. Namun, keahlian dan kesuksesannya sebagai pawang hujan tak bisa dianggap enteng. Agus terbukti sukses membuat hujan tak turun.
©2021 Merdeka.com/Budi PrastDari acara tetangga sampai acara HUT Bela Negara di Monas Jakarta. Proyek pembangunan kecil atau besar. Bahkan sampai penggarukan tanah di beberapa kota seperti Pulau Jawa, Bali atau Sumatera. Konser-konser besar dan kampanye dari lurah, bupati, DPR sampai presiden pun pernah ia tangani.
Biasanya Agus berada di lokasi sampai acara selesai. Banyaknya permintaan, terkadang 1 hari 1 malam bisa berkunjung ke 5 atau 11 lokasi. Untuk proyek pembangunan bahkan terkadang sampai 3 bulan ia terus berkunjung di proyek.
Selama 22 tahun menggeluti profesi ini, Agus tak memasang tarif untuk jasa yang ia berikan. Namun seringkali, Ia menerima pembayaran Rp 400.000 sampai Rp 2.500.000 ribu. Selain sebagai pawang hujan, pria ramah ini juga membuka kedai minuman bernama Lingsir Wengi di tempat tinggalnya, Solo. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Joko Menthek menjaga jalannya kampanye akbar Ganjar-Mahfud dari kepungan hujan
Baca SelengkapnyaAngin puting beliung berputar-putar tepat di tengah jemaah salat istisqa di Banyuwangi.
Baca Selengkapnya