7 Cara Perkembangan Virus Corona Dalam Tubuh, Patut Diwaspadai
Merdeka.com - Perkembangan virus corona mengalami mutasi sejak sekian tahun lamanya dan menjangkit banyak korban. Beberapa tipe virus corona ada yang sudah ditemukan vaksin, namun belum untuk jenis 2019-nCov yang sedang merebak saat ini.
Perkembangan virus corona ketika mulai masuk dalam tubuh dan menyebar ke beberapa jaringan tubuh, juga masih dalam tahap penelitian. Berbagai studi secara bertahap selalu melaporkan hasil mengenai virus corona atau COVID-19 ini.
Berikut merdeka.com telah merangkum mengenai perkembangan virus corona di dalam tubuh dari berbagai sumber.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi tubuh? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penyakit misterius ini menyebar? 'Tidak jelas kapan wabah ini dimulai karena akan tidak biasa bagi begitu banyak anak untuk terpengaruh begitu cepat,' Dan Silver, seorang pelapor ProMED.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
COVID-19 Mempengaruhi Paru-Paru
Melansir dari Healthline, layaknya virus corona yang menyerang manusia sebelumnya, SARS, MERS, dan flu biasa. COVID-19 merupakan penyakit pernapasan, sehingga paru-paru biasanya lebih dulu terkena.
Shutterstock.com/Spectral-Design
Muncul gejala segera setelah 2 atau selama 14 hari, setelah terpapar virus corona. Tingkat keparahan COVID-19 bervariasi, dari gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali, hingga sakit parah atau kadang fatal.
Data di lebih dari 17.000 kasus yang dilaporkan China menemukan bahwa sekitar 81 persen kasusnya ringan, sisanya parah atau kritis.
Prof. dr. Laura E. Evans, Direktur Medis, Perawatan Kritis UWMC, Apa yang sering nampak pada pasien sakit parah dengan COVID-19 adalah suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut, atau ARDS,".
Perkembangan virus corona di tubuh pertama kali menyerang paru-paru, dengan sebagian kasus mengalami gejala pernapasan minor. Sedangkan yang lain mengalami pneumonia yang tidak mengancam jiwa. Tetapi ada sekelompok orang yang mengalami kerusakan paru-paru parah.
Organ Lain yang Terkena COVID-19
washingtonpost.com 2020 Merdeka.com
"Perkembangan virus corona di dalam tubuh sebagian mempengaruhi sistem kerja organ lain. Pada pasien yang sakit parah, sebagian besar pasien itu juga mengalami disfungsi dalam sistem organ lain," ujar Prof. dr. Laura E. Evans.
Hal ini bisa terjadi dengan infeksi parah. Kerusakan pada organ ini tidak selalu secara langsung muncul dari adanya infeksi, tetapi diakibatkan oleh respon tubuh terhadap infeksi.
Perut dan Usus
Perkembangan virus corona di dalam tubuh selanjutnya yang dialami oleh beberapa pasien positif COVID-19 melaporkan gejala gastrointestinal. Tanda berupa rasa mual atau diare, meski gejala ini lebih jarang terjadi daripada masalah pada paru-paru.
Kemungkinan yang ada, virus hanya masuk di organ paru-paru dan tidak mencapai usus.
Hasil penelitian dari New England Journal of Medicine, melaporkan bahwa sampel tinja dari orang terjangkit COVID-19 dinyatakan positif virus corona. Namun, masih dalam studi tindak lanjut mengenai penularan tinja dari virus ini apakah dapat terjadi.
Jantung dan Pembuluh Darah
2020 Merdeka.com/www.pixabay.com
Prof. dr. Laura E. Evans mengungkapkan, bahwa COVID-19 juga bisa memengaruhi jantung dan pembuluh darah.
Muncul sebagai irama jantung yang tidak teratur, karena tidak cukup darah masuk ke jaringan, atau tekanan darah yang cukup rendah. Sejauh ini, belum ada indikasi mengenai virus corona baru ini bisa langsung merusak jantung.
Hati dan Ginjal
Perkembangan virus corona di dalam tubuh berikutnya diduga mempengaruhi sistem kerja hati dan ginjal.
Masih dilansir dari Healthline, saat sel-sel hati meradang atau rusak, mereka bisa bocor lebih tinggi dari jumlah normal enzim ke aliran darah.
Terdapat tanda kerusakan hati pada seorang positif COVID-19. Dokter mengutarakan, belum jelas apakah virus atau obat yang digunakan dalam perawatan, yang menyebabkan kerusakannya.
Menurut laporan WHO, ada sedikit bukti untuk menunjukkan bahwa virus secara langsung menyebabkan cedera ginjal.
Kata dr. James Cherry, ahli pediatri dan penyakit menular, UCLA Medical Center, Santa Monica, ketika Anda menderita radang paru-paru, Anda hanya menerima sedikit oksigen yang beredar, dan itu dapat merusak ginjal.
Kerusakan ginjal mungkin disebabkan oleh perubahan lain selama infeksi virus corona atau COVID-19.
Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan virus corona di dalam tubuh selanjutnya tentu normal bagi setiap tubuh ketika ada virus dan bakteri yang masuk, yakni sistem kekebalan.
Meski respons imun ini mampu membersihkan tubuh dari infeksi, tapi terkadang juga bisa menyebabkan kerusakan kolateral pada tubuh.
Datang dalam bentuk respons peradangan yang intens, dikenal sebagai "badai sitokin." Sel-sel kekebalan memproduksi sitokin untuk melawan infeksi, tapi jika terlalu banyak yang dilepaskan, bisa menyebabkan masalah dalam tubuh.
"Banyak (kerusakan dalam tubuh selama virus corona atau COVID-19) disebabkan oleh apa yang kita sebut sindrom sepsis, berasal dari reaksi imun yang kompleks," ujar Prof. dr. Laura E. Evans.
Kelebihan respons imun yang sebagian besar dialami oleh orang dewasa. dr. James Cherry menambahkan, Anak-anak memiliki respon imun langsung, sedangkan orang yang lebih tua kadang memiliki respons berlebihan.
Virus Corona Bertahan Sekitar 5 Minggu dalam Tubuh
Melansir dari CBS News, 19 dokter yang menulis studi ini menganalisis catatan medis dari 191 pasien di China.
CBS News 2020 Merdeka.com
Sebuah studi baru dalam The Lancet medical journal, menemukan bahwa virus corona atau COVID-19 hidup di saluran pernapasan beberapa pasien selama lebih dari lima minggu. Beberapa pasien menerima antivirus tetapi obat itu nampaknya tidak memperpendek umur virus.
Jangka waktu terpendek virus corona hidup di saluran pernapasan orang yang selamat adalah 8 hari. Hal yang paling mengejutkan dari semuanya, ada beberapa kasus, virus bertahan selama 37 hari.
CBS News 2020 Merdeka.com
Dr. David Agus, Kontributor medis CBS News, mengatakan menggunakan temuan ini untuk memperkirakan berapa lama seseorang bisa menular, sebagai mengenai pertimbangan keputusan dalam karantina mandiri 14 hari di rumah.
Itulah beberapa cara perkembangan virus corona di dalam tubuh yang patut diwaspadai. Ikutilah setiap langkah anjuran dari pihak medis, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebagai penangkal virus masuk. Semoga bermanfaat. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus memiliki ukuran yang sangat kecil, yang hanya sampai 200 mikron.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengidentifikasi total 125 spesies virus saat meneliti ratusan ekor hewan yang mati di peternakan bulu.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaTerdapat berbagai macam virus yang dapat membawa penyakit serius.
Baca SelengkapnyaVirus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
Baca SelengkapnyaPemahaman mengenai ciri-ciri dan bentuk virus menjadi kunci penting dalam mengungkap misteri tentang bagaimana virus itu sebenarnya.
Baca SelengkapnyaMunculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnya