Munculnya Mpox Bukan Terjadi Akibat Vaksin Covid-19
Munculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Belakangan ini, beredar narasi di media sosial yang mengaitkan kemunculan penyakit Mpox dengan efek samping dari vaksin COVID-19. Klaim ini bahkan menyebutkan bahwa Mpox muncul akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh vaksin tersebut. Namun, narasi ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga membahayakan, karena dapat memicu ketakutan yang tidak berdasar di kalangan masyarakat.
Sejalan dengan upaya untuk meluruskan informasi yang keliru, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, menegaskan bahwa Mpox dan COVID-19 adalah dua penyakit yang sangat berbeda.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Bagaimana cara kerja vaksin Mpox? Vaksin ini merupakan vaksin turunan dari cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating, artinya tidak menyebabkan virus berkembang biak dalam tubuh.
-
Apa manfaat vaksin Mpox? Dengan adanya persetujuan dari dua lembaga kesehatan internasional dan nasional tersebut, vaksin Mpox telah dipastikan keamanannya dan siap digunakan untuk melindungi masyarakat dari penularan virus Mpox (MPXV).
-
Kenapa vaksin Mpox diizinkan di Indonesia? Penggunaan vaksin Mpox di Indonesia kini telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman dan dapat digunakan dalam kondisi darurat kesehatan.
-
Apa yang sebenarnya menyebabkan mpox? Mpox disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui hewan yang terinfeksi, namun juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
“Mpox dan COVID-19 ini dua penyakit yang berbeda. Sebelum COVID-19 ada, Mpox sudah ada. Mpox dilaporkan ada sejak tahun 1970 dan endemis di Afrika barat dan tengah seperti di Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” jelas Syahril.
Mpox Sudah Ada Sejak Tahun 1970
Mpox, yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV), telah dikenal oleh dunia medis sejak tahun 1970, jauh sebelum kemunculan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dan pengembangan vaksin terkait. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus Mpox pertama kali dilaporkan pada manusia di Republik Demokratik Kongo.
Hingga kini, Mpox tetap endemik di beberapa negara Afrika, meskipun telah terjadi penyebaran kasus ke wilayah lain di dunia. Pada 23 Juli 2022, WHO bahkan menetapkan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) untuk Mpox, setelah lonjakan kasus di beberapa negara. Meskipun status kedaruratannya sempat dicabut pada Mei 2023, pada Agustus 2024, WHO kembali menetapkan Mpox sebagai PHEIC akibat peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Barat. Melihat sejarah dan penyebaran virus ini, sangat jelas bahwa tidak ada hubungan antara munculnya Mpox dan vaksin COVID-19.
Dalam upaya untuk lebih memahami dan mengendalikan penyebaran Mpox, penting untuk mengetahui cara penularannya. Virus Mpox dapat menular antar-manusia melalui kontak langsung, baik melalui kontak fisik biasa maupun kontak seksual. Berdasarkan laporan global, sebagian besar kasus konfirmasi Mpox terjadi pada kelompok Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL). Meski demikian, Syahril mengingatkan bahwa penyakit ini tidak terbatas pada kelompok tersebut saja.
“Mpox ini penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung. Kontak langsung dapat berupa berjabat tangan, bergandengan, termasuk kontak seksual. Dalam laporan kasus Mpox di negara-negara di dunia, memang banyak terjadi pada laki-laki, hampir 96 persen laki-laki dan 60 persennya LSL,” terang Syahril.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa virus ini juga dapat menular pada kelompok lain, termasuk anak-anak, jika mereka memiliki kontak erat dengan orang yang terinfeksi.
Mpox juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti sprei, sarung bantal, dan handuk. Oleh karena itu, siapa pun yang tinggal serumah atau memiliki riwayat kontak dengan seseorang yang terinfeksi berisiko tinggi tertular. Kelompok dengan perilaku seksual berisiko, seperti memiliki banyak pasangan dan sering berganti-ganti pasangan, juga berisiko tinggi terkena Mpox. Dalam hal ini, upaya pencegahan dan edukasi publik menjadi sangat penting untuk meminimalisir penyebaran penyakit ini.