Begini Cara Mudah Menjawab Pertanyaan Anak Tentang 'Di mana Allah SWT'
Buya Yahya menjelaskan bahwa menjawab pertanyaan anak mengenai 'di mana Allah' sebenarnya tidak sulit.
Anak-anak biasanya memiliki tingkat rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka sering kali mengajukan berbagai pertanyaan kepada orang tua mereka, termasuk pertanyaan yang berkaitan dengan ketauhidan. Misalnya, mereka dapat bertanya tentang siapa, bagaimana, dan di mana Allah SWT. Seorang jemaah Al Bahjah menceritakan pengalamannya kepada ulama terkenal KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. Ia mengungkapkan sebagai orang tua pernah mendapatkan pertanyaan dari anaknya mengenai 'di mana Allah'. Kemudian, ia bertanya kepada Buya Yahya tentang cara menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut Buya Yahya, menghadapi pertanyaan semacam itu sebenarnya cukup sederhana. Orang tua hanya perlu cerdas dalam mengalihkan pertanyaan anak dan memperkuat keyakinan mereka terhadap iman.
"Anak-anak itu mudah, dia jalan jalan dengan pikirannya. Artinya, kita harus pandai membawa mereka kepada sesuatu yang menjadikan dia selamat dalam urusan keimanan," ungkap Buya Yahya dalam tayangan YouTube Buya Yahya, yang dikutip pada Rabu (13/11/2024).
Jawaban 'Di mana Allah'
Buya Yahya menjelaskan pertanyaan mengenai keberadaan Allah, bahkan jika diajukan oleh orang dewasa, sulit untuk dijawab. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Allah tidak memiliki tempat seperti makhluk-Nya.
"Ini berhubungannya dengan keyakinan bahwasanya Allah tidak seperti apapun, sudah. Kalau butuh tempat berarti seperti sesuatu, Allah tidak seperti apapun," tegasnya.
Ketika anak-anak terus bertanya, orang tua sebaiknya mengalihkan perhatian mereka kepada sifat-sifat Allah yang lebih mudah dipahami. Misalnya, orang tua bisa menjelaskan bahwa Allah dekat dengan mereka, dan memberi contoh seperti, "Coba kamu kedip, siapa yang ngedipkan kamu? Siapa yang membangunkan kamu? Siapa yang memberi makan kamu? Nanti kamu akan lupa sendiri," kata Buya Yahya.
"Jadi, fokusnya bukan pada pertanyaan itu, melainkan pada pengalihan perhatian. Sebab, anak-anak belum dapat memahami konsep yang tidak memerlukan tempat. Allah tidak membutuhkan tempat," lanjutnya.
Untuk menjelaskan kepada anak-anak, Buya Yahya menyarankan agar orang tua membawa mereka kepada hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian dari pertanyaan tentang 'di mana Allah'. Pertanyaan tersebut memang tidak dapat dijawab dengan baik oleh anak-anak karena kemampuan berpikir mereka belum setara dengan orang dewasa.
"Jika mereka bertanya lagi, jawabannya memang tidak bisa diberikan kepada mereka, karena tidak perlu jawaban ini. Jawabannya adalah iman. Allah tidak seperti apapun, selesai. Dan nalar mereka belum sampai, masih anak-anak," jelas Buya Yahya.
Tanda-Tanda Keberadaan Allah Sapat Ditemukan di Sekitar Kita
Dalam sebuah ceramah, Ustadz Khalid Basalamah menjawab pertanyaan dari YouTuber Denny Sumargo mengenai keberadaan Allah dan bukti-bukti yang menunjukkan eksistensi-Nya. Ustadz Khalid menjelaskan bahwa banyak hal di dunia ini tidak terlihat, namun dapat dirasakan, seperti rasa lapar, haus, ngantuk, sakit, dan benci.
"Memang pasti ada satu rahasia kenapa dia tidak diwujudkan, karena cukup dengan merasakannya orang sudah tahu. Dia gak butuh lihat wujudnya untuk menyatakan 'Oh nanti kalau tampak wujudnya lapar baru saya akan nyatakan diri saya lapar'. Kan gak perlu. Dia sudah secara alami 'Oh ya ini lapar'," ujarnya, dikutip dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo, Sabtu (31/8/2024).
Ustadz Khalid menegaskan ketika seseorang merasa lapar, satu-satunya solusi adalah makan, dan tidak bisa digantikan dengan tidur. Hal ini menunjukkan adanya sistem yang diatur oleh Allah SWT. Ia juga menambahkan meskipun wujud Allah tidak tampak di dunia, banyak bukti yang menunjukkan keberadaan-Nya, seperti perubahan siang dan malam, pergantian musim, serta populasi manusia yang terus bertambah.
"Semua ini pasti menunjukkan ada satu sistem yang sangat baik," tambahnya.
Lebih lanjut, bukti eksistensi Tuhan dapat dirasakan melalui indera yang dimiliki manusia. Misalnya, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk merasakan, dan kaki untuk melangkah.
"Ini kan ada bentuknya dan ada sistemnya. Kita gak bisa mengalihkan sistemnya, gak bisa kita misalnya makan melalui kuping. Berarti kan ada yang mengatur. Nah, itulah mengerucut pada Tuhan," jelasnya.
Ustadz Khalid juga menekankan dalam ajaran Islam, wujud Allah SWT akan terlihat secara sempurna di surga, dan melihat-Nya akan menjadi nikmat terbesar bagi penghuni surga.
Ia menjelaskan orang yang dimasukkan ke dalam neraka tidak akan dapat melihat wujud Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, mereka hanya akan melihat Allah dalam bentuk cahaya yang sangat terang seperti bulan purnama saat berkumpul di Padang Mahsyar. Wallahu a'lam.