Bocah 13 Tahun ini Tewas Disiksa dengan Keji Rezim Assad di Penjara karena Ikut Demo, Kondisi Jenazahnya Sungguh Mengenaskan
Kisah bocah 13 tahun yang disiksa oleh rezim Assad di Suriah karena ikut demo.
Seorang bocah berusia 13 tahun menjadi korban kekejaman rezim Bashar Al Assad di Suriah. Meski telah ditumbangkan oleh pemberontak, kekejaman yang dilakukan Assad masih terus membekas di hati rakyat Suriah.
Bocah tersebut bernama Hamza Ali al-Khateeb. Anak laki-laki berusia 13 tahun itu dianggap sebagai simbol keberanian dan ketidakadilan. Ia ditahan karena ikut dalam sebuah demonstrasi pada 29 April 2011 yang lalu.
Sang ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itu, ia hanya berharap anaknya sesegera mungkin dibebaskan. Ternyata, anak yang ia besarkan dengan keringatnya itu, harus menjadi korban kebiadaban rezim. Simak ulasannya.
Bocah 13 Tahun Jadi Korban Kekejaman Rezim Assad
Mengutip dari laman Al Jazeera, kisah bocah 13 tahun bernama Hamza itu kembali mencuat ke permukaan. Hamza adalah anak yang mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi.
Tidak jarang ia meminta uang kepada orangtuanya untuk diberikan kepada orang miskin yang membutuhkan. Namun, di tangan rezim Assad, bocah baik hati itu justru dihabisi dengan kejam tanpa ampun.
Hamza ditangkap saat ia ikut dalam sebuah demonstrasi di Saida, 29 April 2011. Ia menghabiskan waktu satu bulan di dalam penjara dan jenazahnya dikembalikan pada 24 Mei 2011 dengan kondisi yang mengerikan.
Di dalam penjara, Hamza disiksa dengan brutal. Hal itu tampak jelas dari adanya luka sayatan, memar, dan luka bakar di kaki, siku, wajah, dan lututnya. Mata Hamza juga bengkak menghitam.
Selain itu, ada dua luka tembak di salah satu bagian tubuh Hamza. Peluru tersebut merobek bagian itu. Di dada Hamza juga ada bekas luka bakar yang sangat dalam dan gelap. Lehernya patah dan penisnya dipotong.
“Kami mencoba memberi tahu ayahnya untuk tidak melihat, tetapi dia menarik selimutnya. Ketika dia melihat tubuh Hamza, dia pingsan. Orang-orang berlarian untuk membantunya dan beberapa mulai merekam, itu kacau,” kata sepupu Hamza, dikutip dari Al Jazeera.
Awalnya Ikut Demo
Hamza adalah bocah yang tidak terlalu bersemangat dalam urusan politik. Tapi demonstrasi pada 29 April ini menarik perhatiannya dan membuatnya ikut dalam protes besar-besaran tersebut.
Demonstrasi itu dipicu oleh kota Deraa yang menjadi tempat penyiksaan anak-anak. Ratusan orang melakukan protes, salah satunya adalah Hamza yang juga ikut berjalan bersama teman dan keluarganya sejauh 12 km.
Perjalanan itu dilakukan sepanjang jalan dari kota asalnya yaitu Jeezah ke barat laut menuju Saida. Saat demonstran sampai di pinggiran Saida, penembakan pun langsung dimulai.
Beberapa orang terbunuh akibat serangan itu, beberapa yang lainnya juga ditangkap. Salah satu yang ditangkap adalah Hamza. Ia ditahan bersama dengan 51 pengunjuk rasa lainnya.
"Orang-orang terbunuh dan terluka, beberapa ditangkap. Saat itu sangat kacau, kami tidak tahu apa yang terjadi pada Hamza. Dia menghilang begitu saja,” kata sepupunya.
Pada 2 September 2024 yang lalu, ayah Hamza, Ali Hilal Al-Khateeb, meninggal dunia di Daraa, Suriyah. Selama 13 tahun, ia menunggu keadilan bagi putranya yang menjadi simbol revolusi Suriah.