Inilah 3 Macam Tauhid Menurut Ibnu Taimiyah
Merdeka.com - Terdapat tiga macam tauhid menurut Ibnu Taimiyah. Pada abad ketujuh hijriah, Ibnu Taimiyah membuat konsep tauhid yang memiliki beberapa konsekuensi sangat berat. Ketiga macam tauhid tersebut berupa rububiyah, uluhiyah dan al-asmâ’ was-shifât.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut sudah dikenal dan beredar luas sejak sebelum era Ibnu Taimiyah. Akan tetapi hanya sebagai istilah lepas, bukan istilah terintegrasi dalam konsep berjenjang tentang tauhid.
Lantas bagaimana penjelasan tiga macam tauhid tersebut? Melansir dari laman islam.nu.or.id, Rabu (11/11/2020), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Apa itu tauhid? Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas wujud Allah, sifat-sifat wajib yang dimiliki, serta sifat-sifat mustahil yang ada pada Allah.
-
Siapa yang menjelaskan tauhid? Menurut ulama Ibnu Taimiyyah, tauhid merupakan konsep yang mencakup keyakinan akan keesaan Allah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam ibadah, keadilan, dan sifat-sifat-Nya.
-
Apa inti dari penjelasan Nabi Muhammad SAW tentang konsep Tauhid? 'Tuhan itu seperti majikanmu. Jika banyak, pasti perintahnya berbeda-beda, dan kamu akan bingung,' jelas Nabi.
-
Siapa yang mengajarkan tauhid? Tauhid mengajarkan umat Islam untuk mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah.
-
Bagaimana tauhid dapat diwujudkan? Tauhid uluhiyah ini dapat direalisasikan dengan dua cara, pertama melakukan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Kedua, dengan cara melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah yang diberikan Allah, serta menjauhi segala larangan yang diatur dalam agama.
Tauhid Rububiyah
Macam tauhid yang pertama adalah tauhid rububiyah. Pada perspektif Ibnu Taimiyah, Tauhid rububiyah sebagai jenjang pertama tauhid merupakan keyakinan bahwa pencipta serta pengatur alam semesta hanyalah Allah SWT saja. Dalam hal ini, seluruh golongan manusia diklaim sudah bertauhid.
Ibnu Abdil Izz, salah satu pendukung fanatik Ibnu Taimiyah menjelaskan:
وَأَمَّا الثَّانِي: وَهُوَ تَوْحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ، كَالْإِقْرَارِ بِأَنَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ، وَأَنَّهُ لَيْسَ لِلْعَالَمِ صَانِعَانِ مُتَكَافِئَانِ فِي الصِّفَاتِ وَالْأَفْعَالِ، وَهَذَا التَّوْحِيدُ حَقٌّ لَا رَيْبَ فِيهِ، وَهُوَ الْغَايَةُ عِنْدَ كَثِيرٍ مِنْ أَهْلِ النَّظَرِ وَالْكَلَامِ وَطَائِفَةٍ مِنَ الصُّوفِيَّةِ، وَهَذَا التَّوْحِيدُ لَمْ يَذْهَبْ إِلَى نَقِيضِهِ طَائِفَةٌ مَعْرُوفَةٌ مِنْ بَنِي آدَمَ، بَلِ الْقُلُوبُ مَفْطُورَةٌ عَلَى الْإِقْرَارِ بِهِ أَعْظَمَ مِنْ كَوْنِهَا مَفْطُورَةً عَلَى الْإِقْرَارِ بِغَيْرِهِ مِنَ الْمَوْجُودَاتِ
Artinya: “Yang kedua adalah tauhid rububiyah, seperti pengakuan bahwasanya Allah adalah pencipta segala sesuatu dan bahwasanya alam semesta tidak mempunyai dua pencipta yang setara dalam sifat dan perbuatannya. Tauhid ini adalah benar tanpa diragukan lagi. Ia adalah puncak menurut banyak pemikir dan ahli kalam serta segolongan Sufi. Tauhid jenis ini tidak ditentang oleh kelompok Bani Adam mana pun yang dikenal, tetapi sudah ada fitrah dalam hati untuk mengakuinya lebih besar dari fitrah untuk mengakui seluruh eksistensi lain.” (Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 79)
Kemudian, Ibnu Abdil Izz lebih lanjut mengklaim, sleuruh kaum musyrik non muslim tidak ada yang meyakini Tuhan mereka sebagai sekutu Allah SWT dalam menciptakan alam semesta. Beliau berkata:
وَلَمْ يَكُونُوا يَعْتَقِدُونَ فِي الْأَصْنَامِ أَنَّهَا مُشَارِكَةٌ لِلَّهِ فِي خَلْقِ الْعَالَمِ، بَلْ كَانَ حَالُهُمْ فِيهَا كَحَالِ أَمْثَالِهِمْ مِنْ مُشْرِكِي الْأُمَمِ مِنَ الْهِنْدِ وَالتُّرْكِ وَالْبَرْبَرِ وَغَيْرِهِمْ
Artinya: “Mereka (kaum musyrik jahiliyah) tidak meyakini bahwa berhala-berhala mereka adalah sekutu Allah dalam penciptaan Alam semesta, tetapi keyakinan mereka sama seperti keyakinan kaum musyrik lain dari berbagai umat, dari India, Turki, Barbar dan selainnya.” (Ibnu Abdil Izz, Syarh at-Thahawiyah, 81)
Tauhid Uluhiyah
Macam tauhid yang kedua adalah Tauhid Uluhiyah. Sebagai jenjang kedua, menurut Ibnu Taimiyah merupakan sebuah ajaran untuk menyembah Allah SWT semata, berdoa kepada Allah SWT semata hingga mencintai Allah SWT semata. Tauhid jenis ini dianggap sebagai misi utama Rasulullah SAW. Bukan tauhid rububiyah yang memang telah diakui.
©Shutterstock
Ibnu Taimiyah mengatakan:وَإِنَّمَا التَّوْحِيدُ الَّذِي أَمَرَ اللَّهُ بِهِ الْعِبَادَ هُوَ تَوْحِيدُ الْأُلُوهِيَّةِ، الْمُتَضَمِّنُ لِتَوْحِيدِ الرُّبُوبِيَّةِ، بِأَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُونَ بِهِ شَيْئًا، فَيَكُونُ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ، وَلَا يُخَافُ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا يُدْعَى إِلَّا اللَّهُ، وَيَكُونُ اللَّهُ أَحَبَّ إِلَى الْعَبْدِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، فَيُحِبُّونَ لِلَّهِ، وَيُبْغِضُونَ لِلَّهِ، وَيَعْبُدُونَ اللَّهَ وَيَتَوَكَّلُونَ عَلَيْهِ Artinya: “Sesungguhnya tauhid yang diperintahkan oleh Allah kepada para hamba-Nya hanyalah Tauhid Uluhiyah yang sudah mencakup tauhid rububiyah, dengan cara menyembah Allah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu pun sehingga agama seluruhnya menjadi milik Allah, tak ditakuti selain Allah, tak diseru kecuali Allah, Allah menjadi yang paling dicintai dari apa pun sehingga cinta dan marah karena Allah, dan menyembah Allah dan pasrah terhadap Allah.” (Ibnu Taimiyah, Minhâj as-Sunnah, juz III, halaman 289-290)
Macam tauhid yang ketiga sekaligus terakhir adalah Tauhid Al-asmâ’ was-shifât. Adapun tauhid al-asma’ was-shifat definisikan oleh Ibnu Taimiyah dan pengikutnya sebagai berikut: توحيد الأسماء والصفات: وهو الإيمان بكل ما ورد في القرآن الكريم والأحاديث النبوية الصحيحة من أسماء الله وصفاته التي وصف بها نفسه أو وَصفه بها رسوله على الحقيقة. Artinya: “Tauhid al-Asma’ was-Shifat, yakni beriman pada semua yang ada dalam al-Qur’an yang mulia dan hadits-hadits nabi yang sahih yang terdiri dari nama-nama Allah dan sifat-sifatnya yang disifati sendiri oleh Allah dan Rasul secara hakikat.” (Syahatah Muhammad Saqar, Kasyf Syubahât as-Shûfiyah, halaman 27). (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tauhid adalah dasar agama Islam, di mana umat Muslim mengakui Allah adalah Tuhan yang Maha Esa.
Baca SelengkapnyaTauhid merupakan landasan dasar yang perlu dipahami umat Muslim.
Baca SelengkapnyaTahlilan merupakan amalan kelas internasional. Pasalnya ulama sekaliber IbnuTaimiyah dan Ibnul Qayyim al-jauziyah setuju hadiah pahala bacaan Al-Qur'an.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang 7 aliran Islam yang wajib diketahui beserta pandangannya.
Baca SelengkapnyaPahami perbedaan bacaan tasyahud akhir antara Muhammadiyah dan NU, jangan sampai salah.
Baca Selengkapnya