Bacaan Tasyahud Akhir Muhammadiyah, Ini Perbedaannya dengan NU
Pahami perbedaan bacaan tasyahud akhir antara Muhammadiyah dan NU, jangan sampai salah.
Pahami perbedaan bacaan tasyahud akhir antara Muhammadiyah dan NU, jangan sampai salah.
Bacaan Tasyahud Akhir Muhammadiyah, Ini Perbedaannya dengan NU
Bacaan tasyahud akhir Muhammadiyah ini perlu diketahui. Salat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang baligh (dewasa) dan mukallaf (berakal). Ibadah salat dilakukan sebagai bentuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah. Salat memiliki peran penting dalam kehidupan seorang Muslim, dan pelaksanaannya telah diatur secara rinci oleh ajaran Islam.
Salat memiliki bacaan-bacaan yang harus dilafalkan saat sedang mengerjakannya. Di antaranya adalah bacaan tasyahud akhir biasanya diucapkan dalam duduk tahiyat akhir, sebelum melanjutkan untuk memberikan salam.
Tasyahud akhir merupakan momen penting di akhir setiap unit salat dan menegaskan keyakinan seorang Muslim terhadap dasar-dasar iman dalam agama Islam.
Dalam tasyahud akhir, seorang Muslim mengungkapkan kesaksian atas keesaan Allah dan kenabian Muhammad sebagai utusan-Nya. Ungkapan ini mencerminkan pokok-pokok ajaran tauhid (keyakinan kepada keesaan Allah) dan risalah (utusan) dalam Islam.
-
Apa perbedaan utama NU dan Muhammadiyah? NU merupakan organisasi yang menganut paham Islam Sunni yang mengikuti tradisi keagamaan yang telah ada sejak masa kolonial. Mereka menghargai dan menghormati tradisi-tradisi keagamaan seperti tahlil, doa arwah, dan ziarah kubur. Di sisi lain, Muhammadiyah memiliki pandangan yang lebih puritan dan lebih menekankan pada ibadah yang benar dan tegas dalam kerangka yang sederhana, dengan menekankan pentingnya pemahaman ajaran agama yang murni.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah punya pandangan berbeda? Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy‟ari. Keduanya merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
-
Siapa yang mendirikan NU dan Muhammadiyah? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Kapan NU dan Muhammadiyah didirikan? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912.
Di Indonesia, umum diketahui bahwa terdapat dua aliran organisasi Islam besar. Salah satunya adalah Muhammadiyah, yang memiliki kebijakannya sendiri dalam beribadah. Kebijakan bacaan sholat Muhammadiyah didasarkan pada sumber-sumber yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis, serta berpedoman pada Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
Bacaan sholat Muhammadiyah memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
- Bacaan sholat Muhammadiyah tidak mengandung bacaan tambahan, seperti membaca basmalah sebelum surat Al-Fatihah, membaca qunut pada sholat subuh, dan membaca doa setelah tasyahud akhir.
- Bacaan sholat Muhammadiyah mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam gerakan sholat, seperti mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan telinga ketika ruku dan sujud, dan meletakkan kedua tangan di atas paha ketika duduk di antara dua sujud.
- Bacaan sholat Muhammadiyah sesuai dengan jumlah rakaat yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW dalam sholat sunnah, seperti sholat tarawih 11 rakaat atau lebih sedikit, dan sholat witir 1 rakaat atau 3 rakaat tanpa salam di antaranya.
Adapun artikel ini akan membahas secara rinci mengenai bacaan tasyahud akhir Muhammadiyah dan menilik perbedaannya dengan bacaan tasyahud akhir di NU.
Mengenal Apa Itu Tasyahud Akhir
Tasyahud akhir adalah bagian dari salat dalam agama Islam yang melibatkan pengakuan dan penyataan keyakinan seorang Muslim terhadap ajaran-ajaran dasar Islam. Tasyahud akhir biasanya dilakukan di tahap akhir salat, sebelum salam (salam penutup).
Tasyahud akhir yang dikenal juga sebagai tahiyat akhir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bagian dari doa dalam salat yang ditujukan untuk menghormati Allah SWT. Bacaan tahiyat juga mencakup doa untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, serta doa untuk hamba Allah yang saleh.
Dalam tahiyat akhir Muhammadiyah dan NU, umat Islam mengucapkan segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan kepada Allah.
Bacaan Tasyahud Akhir Muhammadiyah
Bacaan tasyahud akhir Muhammadiyah berbunyi;
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Artinya:
"Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan kebahagiaan-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya)." (HR. Muslim No. 403).
"Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia)." (HR. Bukhari No. 4797 dan Muslim No. 406, dari Ka'ab bin 'Ujroh).
Setelah membaca tasyahud akhir Muhammadiyah, umat Islam hendaknya melanjutkan dengan melafalkan doa berikut ini sebelum salam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُدِ الْآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذُ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Artinya:
"Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: (1) siksa neraka jahannam, (2) siksa kubur, (4) penyimpangan ketika hidup dan mati, (5) kejelekan Al Masih Ad Dajjal." (HR. Muslim No. 588).
Doa yang diajarkan oleh Nabi SAW disebutkan dalam riwayat lain, berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Artinya:
“Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal." (HR. Muslim No. 588).
Perbedaan Tasyahud Akhir Muhammadiyah dengan NU
Tasyahud akhir adalah salah satu bacaan dalam salat, namun terdapat perbedaan pelafalan antara Muhammadiyah dan NU. Berikut adalah bacaan tasyahud akhir Muhammadiyah:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Sementara itu, bacaan tasyahud versi NU adalah:
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Perbedaan terletak pada frasa awal bacaan. Muhammadiyah memulainya dengan
"التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ "
Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu lillah
Artinya: Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah.
"اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ".
Allahumma sholli alaa sayyidinaa muhammad
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada nabi kita Muhammad."
Meskipun perbedaan ini kecil dalam kata-kata, namun memiliki makna yang mirip.
Bagi Muhammadiyah, lebih menekankan pada segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan yang ditujukan kepada Allah, sedangkan NU langsung memulai dengan meminta shalawat kepada Nabi Muhammad.
Selain itu, tasyahud akhir Muhammadiyah ditambah dengan doa memohon perlindungan dari siksa di akhirat. Ini yang membedakan tahiyat akhir Muhammadiyah dengan NU.