Masa Menjabat Wapres, Cerita Hamzah Haz Tidak ada yang Mengganggu di Sektor Keamanan
Wakil presiden ke-9 RI, Hamzah Haz yang mendampingi Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada masa jabatan 2001-2004.
Masa Menjabat Wapres, Cerita Hamzah Haz Tidak ada yang Mengganggu di Sektor Keamanan
Wakil presiden ke-9 RI, Hamzah Haz yang mendampingi Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri pada masa jabatan 2001-2004, memiliki kisah terkait aksi-aksi unjuk rasa di Tanah Air.
Menurut Hamzah Haz selama pemerintahan Megawati dirinya bisa meredam gejolak demonstrasi tersebut.
Dengan cara pendekatan dan bicara dari hati-kehati, ia mengundang sejumlah orang yang dianggap keras kerumah dinas wakil Presiden.
"Saya udang ketempat kediaman resmi Wakil Presiden kemudian saya ajak bicara karena saya sudah kenal semuanya ini waktu saya menjadi ketua umum (PPP) dulu, jadi saya ajak bicara kata saya. Saya sekarang jadi Wakil Presiden saya anggap mewakili dari golongan islam, golongan nasionalismenya Ibu Mega," kata Hamzah Haz dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, saat memperingati HUT ke-75 RI pada 17 Agustus 2020 lalu.
"Waktu itu Semarang demo-demo saya mengundang antara lain orang-orang keras yang demo ini Habib Rizieq, Jafar Umar atau Umar Jafar lupa saya," kata dia menambahkan.
Ia menceritakan kesan-kesannya saat duduk di pemerintahan pada periode 2001-2004 lalu.
"Kita menunjukkan supaya akhlakul karimah kita itu bagus, saya minta kalau ada permasalahan-permasalahan apapun jangan demo. Datang ke saya, kemudian kita bicarakan insyallah apa yang diminta akan saya berikan itu permintaan saya," ucapnya.
Selama mendampingi Megawati, Hamzah Haz akui sangat berkesan, sebab berhasil menjaga sektor keamanan dengan baik.
"Alhamdulillah selama pemerintah Ibu Mega semuanya berjalan tidak ada masalah yang mengganggu sektor keamanan, penting sekali dalam pembangunan kita baik pembangunan politik, pembangunan ekonomi, keuangan maupun keamanan itu yang berkesan dengan saya, jadi saya bisa memberikan, membantu presiden itu kesan saya dan bisa meredam selama itu tidak ada demo-demo selama saya dengan ibu Mega alhamdulillah jadi berjalan bagus tidak," kata dia.
Diketahui, hari ini Rabu (24/07) kabar duka datang dunia politik tanah air. Salah satu politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sekaligus wakil presiden ke-9 RI, Hamzah Haz meninggal dunia.
Kabar duka dibenarkan mantan Waketum PPP, Zainut Tauhid Sa'adi.
"Iya benar Mas, mohon doanya semoga beliau husnul khotimah," kata Zainut saat dikonfirmasi merdeka.com.
Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia. Hal ini terutama jatuhnya KH Abdurrahman Wahid dari kursi presiden.
Secara otomatis, Megawati yang menjabat wapres naik menjadi presiden. Lowongnya kursi wapres itu tidak langsung ditempati Hamzah, melainkan ia harus melalui proses pemilihan. Ia bertarung menghadapi nama-nama yang cukup dikenal luas seperti Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, mantan Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polsoskam Agum Gumelar, dan Siswono Yudo Husodo.
Dalam pemungutan putaran ketiga dalam lanjutan Rapat Paripurna Sidang Istimewa (SI) MPR ia berhasil mengungguli Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung.
Jejak Politik Hamzah Haz
Hamzah Haz adalah salah satu politikus kawakan Indonesia. Hamzah lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Februari 1940. Hamzah dikenal sebagai orang yang sederhana.
Ia bermukim di Jalan Tegalan 27, Matraman, Jakarta Timur. Hamzah Haz didampingi dua istri, Hj Asmaniah dan Hj Titin Kartini . Dari kedua istrinya, ia dikaruniai 12 anak, yaitu 4 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan.
Karirnya dalam bidang politik sudah dirintis ketika ia masih sangat muda. Sejak SMP, ia sudah aktif berorganisasi.
Setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak pada 1961, ia menjadi wartawan surat kabar Pontianak, Bebas. Karir jurnalistik hanya sempat dijalaninya selama setahun. Sebab, tahun berikutnya ia ikut ayahnya, anggota Koperasi Kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi Negara Yogyakarta. Karena giat berorganisasi sejak SMP, di kampusnya itu pun ia mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, sekaligus ia terpilih menjadi ketuanya.
Pada 1965, Hamzah kembali ke Pontianak dan bergelar sarjana muda. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura dan mengambil jurusan ilmu perusahaan. Di Universitas tempatnya belajar, Hamzah menjadi dosen pada akhirnya.