Menelusuri Asal Usul Raja Salman, Disebut Keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Raja Salman merupakan raja ketujuh dalam deretan penguasa Kerajaan Arab Saudi.
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud adalah keturunan langsung dari pendiri Kerajaan Arab Saudi modern, Raja Abdulaziz bin Abdulrahman al Saud. Sebagai anak ke-25 dari Raja Abdulaziz, Raja Salman memiliki hubungan langsung dengan pendiri kerajaan tersebut.
Pertanyaan mengenai "siapa nenek moyang Raja Salman" seringkali muncul, mengingat pentingnya silsilah keluarga dalam sistem monarki di Arab Saudi. Raja Salman adalah raja ketujuh yang memimpin Kerajaan Arab Saudi, dan ia naik tahta pada tahun 2015 setelah menggantikan saudara tirinya, Raja Abdullah.
Selama lebih dari delapan tahun, Raja Salman telah memimpin negara penghasil minyak terbesar di dunia. Memahami asal usul Raja Salman sangat penting untuk mengerti dinamika politik dan kekuasaan di Arab Saudi. Bagi masyarakat luas, terutama umat Islam di seluruh dunia mengetahui latar belakang Raja Salman menjadi hal yang signifikan mengingat perannya sebagai Penjaga Dua Kota Suci Islam. Silsilah keluarga Raja Salman, yang berakar pada sejarah panjang Semenanjung Arab, memberikan legitimasi pada kepemimpinannya di negara yang menjadi pusat bagi umat Islam di seluruh dunia. Pengetahuan ini juga membantu dalam memahami kebijakan-kebijakan Arab Saudi di tingkat internasional. Berikut adalah ulasan lengkap Selasa (8/10).
Siapa Leluhur Raja Salman?
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud merupakan generasi langsung dari pendiri Kerajaan Arab Saudi modern, Raja Abdulaziz bin Abdulrahman al Saud. Untuk menjawab pertanyaan "Siapa keturunan Raja Salman?", dapat menelusuri silsilah keluarga kerajaan yang memiliki sejarah panjang di Semenanjung Arab.
Dia adalah putra ke-25 dari Raja Abdulaziz, yang dikenal dengan nama Ibn Saud, dari pernikahannya dengan Hassa bint Ahmad Al Sudairi. Garis keturunan ini memberikan dasar yang kuat bagi legitimasi kepemimpinan Raja Salman di Arab Saudi. Berdasarkan catatan silsilah Keluarga Al Saud, asal-usul Raja Salman dapat ditelusuri hingga leluhurnya, Mani' bin Rabi'a Al Muraydi, yang merupakan bagian dari Kafilah Bani Hanifah.
Bani Hanifah adalah salah satu suku Arab yang terkenal, yang berasal dari garis keturunan Hanifah bin Lajim bin Sha'ab bin Ali bin Bakr bin Wa'il bin Qasith bin Hinb bin Afsha bin Du'ami bin Judailah bin Asad bin Rabi'ah bin Nazzar bin Ma'ad bin Adnan.
Informasi ini memberikan wawasan mengenai sejarah panjang keluarga kerajaan Arab Saudi. Para pengamat Timur Tengah mengungkapkan bahwa anggota keluarga kerajaan Saud adalah keturunan suku Adnan, yang memiliki hubungan dengan Nabi Ibrahim. Meskipun mereka diakui sebagai keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, hubungan keturunan selanjutnya dengan Nabi Muhammad SAW belum sepenuhnya terungkap.
Penting untuk dicatat bahwa keluarga kerajaan Arab Saudi, termasuk Raja Salman, berasal dari keturunan Nabi Ibrahim melalui jalur Nabi Ismail, dan bukan dari Nabi Ishaq yang melahirkan bangsa Yahudi.
Informasi ini membantu mengoreksi kesalahpahaman yang mungkin ada mengenai hubungan keluarga kerajaan Arab Saudi dengan bangsa Yahudi. Memahami asal-usul Raja Salman sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam konteks politik dan agama di Timur Tengah.
Keberadaan Raja Salman sebagai keturunan langsung dari pendiri Kerajaan Arab Saudi modern memberikan dasar yang kuat untuk kepemimpinannya. Sistem monarki di Arab Saudi, yang menekankan pentingnya garis keturunan, menjadikan pemahaman mengenai "Siapa keturunan Raja Salman?" sebagai elemen penting dalam dinamika politik negara tersebut. Pengetahuan ini juga relevan bagi masyarakat global, terutama umat Islam, mengingat posisi Raja Salman sebagai Penjaga Dua Kota Suci Islam, Mekah dan Madinah.
Keturunan Raja Salman
Berikut adalah penjelasan mengenai silsilah Raja Salman yang dimaksud:
a. Raja Abdulaziz bin Abdulrahman al Saud (Ayah)
Raja Abdulaziz, yang dikenal juga sebagai Ibn Saud, merupakan pendiri Kerajaan Arab Saudi yang modern. Ia berhasil menyatukan berbagai daerah di Semenanjung Arab dan mendirikan negara tersebut pada tahun 1932. Raja Salman merupakan putra ke-25 dari total 45 putra yang dilahirkan oleh Raja Abdulaziz dari berbagai istri. Untuk memahami asal-usul Raja Salman, penting untuk mengenal sosok ayahnya yang legendaris ini.
b. Hassa bint Ahmad Al Sudairi (Ibu)
Hassa bint Ahmad Al Sudairi adalah salah satu istri tercinta Raja Abdulaziz dan merupakan ibu dari Raja Salman. Ia melahirkan tujuh putra yang dikenal sebagai "Sudairi Seven," termasuk Raja Fahd, Raja Salman, serta beberapa tokoh penting lainnya dalam pemerintahan Arab Saudi. Peran Hassa dalam menjelaskan asal-usul Raja Salman sangat penting karena kedudukannya yang istimewa di antara para istri Raja Abdulaziz.
c. Saudara-saudara Raja Salman
Raja Salman memiliki enam saudara kandung yang tergabung dalam kelompok yang dikenal sebagai "Sudairi Seven." Mereka terdiri dari Pangeran Fahd (yang kemudian menjadi Raja), Pangeran Sultan, Pangeran Abdul Rahman, Pangeran Nayef, Pangeran Turki, dan Pangeran Ahmed. Saudara-saudara ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemerintahan Arab Saudi selama beberapa dekade. Memahami hubungan Raja Salman dengan saudara-saudara ini penting dalam konteks "Raja Salman keturunan siapa" karena menunjukkan kekuatan politik dalam keluarganya.
d. Istri dan Anak-Anak
Raja Salman telah menjalani tiga kali pernikahan dan dikaruniai 13 anak. Dari pernikahan pertamanya dengan Sultana bint Turki Al Sudairi, ia memiliki enam anak. Pernikahan keduanya dengan Sarah bint Faisal Al Subaiai menghasilkan satu anak. Sedangkan dari pernikahan ketiganya dengan Fahda bint Falah bin Sultan, lahir enam anak, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Keturunan Raja Salman ini sangat penting dalam menjawab pertanyaan "Raja Salman keturunan siapa" dan memahami dinamika kekuasaan di Arab Saudi saat ini.
e. Leluhur Jauh
Silsilah Raja Salman dapat ditelusuri hingga Mani' bin Rabi'a Al Muraydi dari Kafilah Bani Hanifah. Garis keturunan ini berlanjut melalui berbagai tokoh penting dalam sejarah Arab, hingga akhirnya mengarah pada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Meskipun hubungan dengan Nabi Muhammad SAW belum sepenuhnya jelas, garis keturunan ini memberikan legitimasi historis dan religius yang kuat bagi keluarga kerajaan Arab Saudi.
Raja Salman Raja ke-7
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud adalah raja ketujuh dalam sejarah modern Kerajaan Arab Saudi. Untuk menjawab pertanyaan "Siapa keturunan Raja Salman," penting untuk memahami posisinya dalam garis keturunan para penguasa Arab Saudi. Ia naik takhta pada 23 Januari 2015 setelah meninggalnya Raja Abdullah, melanjutkan tradisi kepemimpinan yang dimulai oleh ayahnya, Raja Abdulaziz, yang merupakan pendiri kerajaan modern Arab Saudi.
Sebelum Raja Salman, kerajaan ini dipimpin oleh enam raja, semuanya adalah putra Raja Abdulaziz. Urutan para raja tersebut adalah: Raja Saud (1953-1964), Raja Faisal (1964-1975), Raja Khalid (1975-1982), Raja Fahd (1982-2005), Raja Abdullah (2005-2015), dan diikuti oleh Raja Salman.
Setiap raja memiliki gaya kepemimpinan dan fokus kebijakan tersendiri, namun semuanya berakar pada visi yang sama untuk membangun dan memperkuat Kerajaan Arab Saudi. Sebagai raja ketujuh, Raja Salman mewarisi tanggung jawab besar untuk memimpin salah satu negara paling berpengaruh di Timur Tengah. Sebagai keturunan langsung dari pendiri kerajaan, ia memiliki legitimasi yang kuat, tetapi juga menghadapi ekspektasi yang tinggi.
.Masa pemerintahannya ditandai oleh berbagai reformasi dan inisiatif baru, termasuk pengangkatan putranya, Mohammed bin Salman, sebagai Putra Mahkota. Langkah ini mencerminkan dinamika perubahan dalam struktur kekuasaan kerajaan, sambil tetap menjaga kesinambungan dinasti. Memahami Raja Salman sebagai raja ketujuh membantu kita menganalisis arah kebijakan dan perubahan yang terjadi di Arab Saudi dalam konteks sejarah panjang kerajaan.
Sebagai Penjaga Dua Kota Suci Islam, posisi Raja Salman sebagai raja ketujuh memiliki makna yang signifikan, tidak hanya bagi Arab Saudi tetapi juga bagi dunia Islam secara keseluruhan. Tanggung jawabnya dalam mengelola tempat-tempat suci dan menyelenggarakan ibadah haji tahunan merupakan amanah besar yang diwarisi dari para pendahulunya