Pedagang Jual Belikan Lapak di Pasar Rp45 Juta, Dedi Mulyadi Ngamuk 'Kita Proses'
Merdeka.com - Mungkin tak sedikit di antara para pedagang pasar yang tanpa sadar mereka telah melakukan pelanggaran hukum dengan menggadaikan aset negara. Sejatinya pasar yang dibangun oleh negara, memang fasilitas untuk rakyat.
Rupanya banyak lapak hingga trotoar disewakan untuk keuntungan pribadi. Mengetahui temuan tersebut, Anggota DPR RI Dedi Mulyadi lantas meluapkan emosinya. Sebagian besar lapak di pasar sudah diperjual-belikan tanpa dasar hukum yang jelas.
Bahkan Demul, sapaan akrabnya, tak segan untuk memproses hukum. Jika yang bersangkutan tidak segera mengambil tindakan yang sesuai aturan. Ia sudah terlibat mengeluarkan pribadi untuk memperbaiki pasar, tapi justru diperjual-belikan, bahkan mencapai angka Rp45 juta.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Di mana Pasar Baru berada? Lokasi Pasar Baru juga terbilang strategis dan berbatasan dengan Jalan Raya Pos serta bangunan Gedung Kesenian Jakarta.
-
Apa yang dijual di pasar murah? 'Untuk beras kami jual dengan harga Rp8.500 atau Rp42.500 per lima kilogram. Jadi harganya terjangkau oleh masyarakat. Apalagi kalau harga beras di pasaran mencapai Rp10-12 ribu. Selain beras, kami juga bawa minyak, gula, dan tepung terigu,' kata Ardiansyah Kristianto, PJS Asisten Manajer Bulog Surakarta, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Rabu (9/8).
-
Bagaimana Pasar Kayu disulap? Lapak-lapak pedagang kayu di sana diubah menjadi sejenis warung, restoran jadul, serta gudang penyimpanan rokok kretek.
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
-
Mengapa Pasar Pakelan sepi? 'Sudah bubar pasarnya. Tadi pagi ramai. Jam setengah 6 pagi sudah ramai di sini,' kata salah seorang pedagang di Pasar Pakelan.
Simak ulasan selengkapnya berikut ini, seperti dihimpun dari kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (8/4).
Lokasi jadi Tidak Beraturan
kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel ©2022 Merdeka.com
Sewajarnya pasar tradisional akan dibagi menjadi sejumlah blok untuk mempermudah, seperti bagian khusus pakaian, makanan, bahan mentah, dan sebagainya.
Tapi Dedi Mulyadi justru menemukan sejumlah lapak yang tak sesuai. Ada pedagang sayur dan buah di wilayah khusus jual pakaian. Dari situ Demul menemukan fakta bahwa lapak telah jadi bisnis penyewaan di antara para oknum pedagang.
"Ini kok ada pedagang sayur, padahal ini kan kios baju. Sok ngomong, kumaha. Tadinya jualan sandal di dalam terus sekarang pindah ke depan jualan sayur. Tukang sayur mah di sana (dalam) di sini (luar) tukang, sandal, baju dan peci," kata Dedi.
"Tempat di dalam enggak dijual hanya dikontrakkan. Bukan di sini saja yang dikontrakkan, saya bercerita banyak yang dikontrakkan," tukas pedagang.
"Tempat siapa yang di kontakan, menurut aturan boleh gak tempat dikontakan?," ujar Dedi.
Antar Pedagang Saling Menyewakan Lapak
kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel ©2022 Merdeka.com
Tak berhenti di situ, temuan miris bahwa beberapa pedagang mengaku sudah membeli lapak. Jadi seakan merasa leluasa untuk menyewakan lagi ke pedagang yang lain. Tentu hal itu membuat Demul naik pitam dan mencoba menjelaskan.
"Melanggar semua, tukang dagang tidak ada tertibnya, tempat sendiri dikontrakan, terus ngambil lagi tempat di depan. Ini ngontrak di sini ke siapa?," tanyanya.
"Jujur saya terus terang ini yang punyanya (ibu Kokom)," ucap pedagang sayur.
"Ini punya saya sendiri. Saya beli ke IWP Rp15 juta. Terus dia pengen ngontrakkin, saya kasih Rp7 juta per tahun, itu asalnya punya tukang baso," bela Kokom.
Semua Disewakan Demi Keuntungan Sendiri
kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel ©2022 Merdeka.com
Demul berusaha menyampaikan bahwa tindakan mereka termasuk melanggar hukum. Karena sudah menggadaikan aset negara. Di mana lapak seharusnya menjadi fasilitas bersama. Tapi nyatanya dimanfaatkan oleh sejumlah oknum untuk berbisnis sewa dan jual-beli lapak.
"Apa dasarnya ibu ngontrakkin tempat ini ke si bapak? Itu bukan hak ibu ya. Ibu sudah menggadaikan aset negara. Pilih mana, pindah atau proses?," tanya Demul.
"Ini kan jual beli tempat pantesan pada bandel diuangkan semua tempat ini satu tempat loh. Tempat lain pasti sama. Semua gini jadi pasar setiap orang mengambil keputusan sendiri-sendiri, trotoar disewakan, lapak disewakan sampai kiamat enggak bakalan tertib-tertib," sambungnya.
Dedi Sampai Lelah, Sudah Ditertibkan Terulang Lagi
kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel ©2022 Merdeka.com
Para pedagang di pasar seraya masih berusaha membela diri. Bahkan mirisnya lagi, pedagang sebelumnya justru telah menjual lapak tersebut sebesar Rp45 juta.
"Tadinya ya bapak, ini asalnya tempat tukang baso dibeli sama ibu Kokom," terang pedagang sayur.
"Ibu beli dari tukang baso lapaknya berapa?," tanya Dedi.
"Rp45 juta," jawabnya.
Sontak Demul ingin segera ada audit dan penertiban ulang. Lantaran sebelumnya sudah direnovasi dan ditertibkan, kini ada kasus jual-beli lapak tanpa izin hukum.
"Rp45 juta, cari tukang basonya, ini semua bu tempat ini sudah dijual-belikan. Ada yang Rp15 juta, ada yang Rp45 juta. Suruh audit kita sudah capek-capek menertibakan saya ngeluarin duit pribadi untuk menertibkan pasar ini, orang sini memperjualbelikan tempat," imbuhnya.
(mdk/kur)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mendag menyebut saat ini marak warga negara asing yang berdagang di mal, pusat perbelanjaan atau pusat grosir besar.
Baca SelengkapnyaDeretan lapak kaki lima berjejer sepanjang jalan kurang lebih 500 meter
Baca SelengkapnyaTidak hanya menganiaya para pedagang, ratusan diduga preman itu juga merusak kios serta menjarah dagangan serta uang para pedagang.
Baca SelengkapnyaKedua tersangka terbukti merusak lapak pedagang buah sekaligus menganiaya pemiliknya.
Baca SelengkapnyaMendag menyebut fenomena ini semakin mencolok, terutama di pusat-pusat perdagangan besar seperti Kapuk, Tanah Abang, dan Mangga Dua di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAncaman itu didapatkan agar mereka mau direlokasi.
Baca SelengkapnyaCara pungli dilakukan dengan mengutip langsung kepada para pedagang lebih dari tiga kali dan dilakukan orang berbeda pada pukul 03.00 hin
Baca SelengkapnyaPolisi berjanji menindak tegas pelaku yang menyerang para pedagang hingga merusak kios pada Minggu (24/9) sore tersebut.
Baca SelengkapnyaMenurut Mendag Zulkifli, tim tersebut bekerja sama dengan lembaga terpercaya, yang melakukan penyelidikan secara diam-diam.
Baca SelengkapnyaCara pungli dilakukan dengan mengutip langsung kepada para pedagang.
Baca Selengkapnya