Pasar Tradisional di Magelang Ini Jadi Lokasi Film Gadis Kretek, Ini Fakta di Baliknya
Selama proses pengambilan gambar, pasar itu disterilkan dari kegiatan jual beli. Pedagang pun mendapat kompensasi.
Selama proses pengambilan gambar, pasar itu disterilkan dari kegiatan jual beli. Pedagang pun mendapat kompensasi.
Pasar Tradisional di Magelang Ini Jadi Lokasi Film Gadis Kretek, Ini Fakta di Baliknya
Belum lama ini platform hiburan Netflix Indonesia meluncurkan serial film berjudul Gadis Kretek. Serial dengan lima episode itu menyita perhatian masyarakat dengan plot cerita yang menarik.
Mengutip Liputan6.com, serial yang diproduksi BASE Entertainment dan Fourcolours Film itu diadaptasi dari novel berjudul sama dengan sutradara Kamila Andini dan Ifa Isfansyah.
-
Di mana Pasar Kangen diadakan? Pada 2023 ini, Pasar Kangen kembali hadir untuk masyarakat Jogja dan sekitarnya. Dengan mengusung tema “Gandeng Gendong“, Pasar Kangen digelar mulai 27 Juli-5 Agustus 2023 pukul 13.00-21.00 di Taman Budaya Yogyakarta.
-
Di mana Pasar Klitikan Notoharjo berada? Pasar Klitikan Notoharjo berdiri sejak 2006.
-
Dimana lokasi kisah film "Kutukan Calon Arang"? Kutukan Calon Arang adalah film horor-thriller Indonesia yang siap mengguncang layar bioskop pada 3 Oktober 2024. Disutradarai oleh Girry Pratama dan diproduksi oleh Lingkar Pictures, film ini mengambil inspirasi dari kisah mistis yang terkenal di Alas Purwo, Jawa Timur.
-
Dimana lokasi Pasar Pakelan? Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ada sebuah pasar yang lokasinya terpencil. Namanya Pasar Pakelan. Lokasinya berada di kawasan perbukitan kapur. Jalan menuju ke pasar itu penuh tanjakan dan kelokan.
-
Dimana lokasi Pasar Mendenrejo? Pasar Mendenrejo merupakan sebuah pasar tradisional yang berada di pelosok Kabupaten Blora.
-
Dimana Pasar Pakelan berada? Lokasinya berada di pinggiran desa.
Salah satu lokasi syuting film itu ada di Pasar Kayu Muntilan. Pasar itu memiliki luas 3.832 meter persegi yang terdiri dari 46 blok.
Sejumlah titik di kompleks pasar tersebut disulap oleh tim produksi sebagai pasar pada era tahun 1960-an.
Lapak-lapak pedagang kayu di sana diubah menjadi sejenis warung, restoran jadul, serta gudang penyimpanan rokok kretek.
“Waktu syuting ada warung yang dibuat mirip pasar di dalam. Dibuat stand-stand ada rokok tembakau, sayur mainan. Kayak pasar gitu,” kata seorang pemilik lapak di Pasar Kayu, Evi Handayani, mengutip Liputan6.com pada Rabu (15/11).
Saat syuting berlangsung, Evi mendapatkan kompensasi sebesar Rp15 juta karena disewakan selama sepekan penuh untuk pembuatan film. Walau begitu, ada pula pedagang yang menerima kompensasi Rp5 juta, Rp10 juta, dan Rp12 juta.
Jumlah kompensasi biaya sewa itu ditentukan tergantung lokasi dari lapaknya. Semakin strategis dan besar, semakin besar pula biaya yang akan diterima. Di sisi lain bahkan ada pedagang yang menerima biaya sewa sekitar Rp500 ribu sampai Rp1 juta karena lokasinya yang berada di pojok dalam.
Selama proses syuting, area pasar kayu tidak boleh dimasuki oleh siapapun termasuk pedagang pemilik lapak. Orang yang boleh masuk hanyalah kru dan pemain film. Oleh karena itu, semua barang jualan wajib dipindah agar tidak mengganggu proses syuting.
Karena kompensasi yang diterima cukup besar, para pedagang di Pasar Kayu Muntilan tidak merasa keberatan. Apalagi kompensasi yang diterima terbilang cukup besar.
Untuk mengosongkan lapak, Evi dan para pedagang lain harus memindahkan kayu jualan mereka. Total mereka butuh waktu setengah bulan untuk proses pemindahan kayu. Sepekan untuk pengosongan, dan sepekan lagi untuk mengembalikan kayu ke tempat semula.
Seperti mendapatkan durian runtuh, ratusan warga sekitar mulai dari pegawai toko, kuli, hingga pengantar kayu dilibatkan untuk menjadi pemeran figuran dalam serial Gadis Kretek.
Dalam sehari tampil, mereka mendapat bayaran sebanyak Rp150 ribu. Beberapa warga bahkan mendapat kesempatan sepekan penuh untuk menjadi pemain figuran.
Pernah Kebakaran
Pada 15 September 2015 lalu Pasar Kayu Muntilan mengalami insiden kebakaran. Peristiwa itu menyebabkan belasan pedagang mengalami kerugian.
Kebakaran itu diduga terjadi akibat proses pembakaran limbah kayu yang biasa dilakukan oleh para perajin kayu.
Pemkab Magelang memberikan bantuan sosial kepada para korban kebakaran yang berjumlah 14 orang. Sebanyak 13 orang mendapat bantuan biaya Rp2,5 juta sedangkan satu orang mendapatkan bantuan Rp1 juta karena kerugiannya bukan berupa kios namun berupa sepeda serta gerbongnya. Bantuan itu berasal dari dana tak terencana APBD Kabupaten Magelang.