16 Persen Penduduk Indonesia Rentan Alami Kelaparan
Daud juga mengingatkan bahwa 7-16 persen penduduk Indonesia masih rentan terhadap masalah kelaparan, meski sudah ada penurunan.
Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengingatkan bahwa ketahanan pangan di Indonesia masih dibayangi beberapa tantangan. Salah satunya di sisi eksternal yaitu gejolak dan ketidakpastian global, dampak konflik Rusia-Ukraina dan di Timur Tengah terhadap rantai pasok.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kemendagri, Ir. Restuardy Daud dalam kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Wilayah Jawa pada Kamis (14/8).
"Misalnya ada gangguan rantai pasok secara global akibat polarisasi dari berbagai sentral produksi pangan di dunia. Hal ini Tentunya perlu dukungan kita bersama, antisipasi. sekaligus juga bagaimana kita memperkuat produksi pangan untuk menjamin kecukupan pangan bagi masyarakat," ujar Restuardy Daud dalam pidatonya di GNPIP Wilayah Jawa, dikutip Rabu (14/8/2024).
Selain itu, Daud juga mengingatkan bahwa 7-16 persen penduduk Indonesia masih rentan terhadap masalah kelaparan, meski sudah ada penurunan.
"Kita juga mencatat adanya sedikit penurunan pada produktivitas padi kita," bebernya.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti beberapa negara pengekspor beras yang sudah menutup keran ekspor beras mereka untuk menjaga ketersediaan.
"Saat kita mencari sumber-sumber lain beberapa negara yang selama ini menjadi pengekspor; India misalnya, serta Kamboja hingga Thailand sudah menutup untuk memberikan pangan mereka," jelas Daud.
"Ini yang menjadi tantangan kita untuk menjamin kehidupan pangan setidak-tidaknya sampai beberapa waktu ke depan yang menjadi target bersama," tuturnya.
Dunia Hadapi Neraka Iklim
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa dunia akan menghadapi neraka iklim, di mana suhu akan mencapai rekor tertinggi pada lima tahun ke depan. Jokowi mencontohkan sejumlah negara yang mengalami gelombang panas ekstrem, seperti India yang mencapai 50 derajat celcius.
Dia menuturkan, panas ekstrem tersebut akan berdampak terhadap ketersediaan pangan dunia. Jokowi menyampaikan Organisasi Pangan Dunia (FAO) telah mewanti-wanti kondisi tersebut dapat membuat masyarakat dunia mengalami kelaparan berat.
Pakar Ekonomi Ferry Latuhihin mengingatkan pentingnya ketahanan pangan dalam menghadapi perubahan iklim agar tidak terjadi masalah suplai yang dapat mengganggu kestabilan harga.
Dia pun mengharapkan pemangku kepentingan terkait seperti Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menyiagakan stok pangan dan menyiapkan jalur distribusi hingga ke konsumen.
"Ini bukan kasus baru. Dari tahun ke tahun kasus stok pangan selalu muncul karena keterbatasan supply," kata Ferry dikutip dari Antara,
Senin (29/7).
Ferry mengatakan upaya untuk meminimalisir risiko sangat penting agar tidak terjadi gangguan distribusi pangan dan harga kebutuhan pokok tidak mengalami kenaikan yang dapat memberatkan masyarakat.
"Lembaga-lembaga tersebut harus bekerja dengan baik dalam arti meminimalisir risiko short-supply agar tidak terjadi kepanikan pasar," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, kestabilan harga pangan sangat penting untuk menjaga laju inflasi tetap landai, apalagi tingkat inflasi nasional masih terpengaruh dari pergerakan harga kelompok bahan makanan.
"Kalau inflasi naik, dampaknya tentu negatif ke pertumbuhan ekonomi," kata Ferry.