Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.
Jokowi mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.
Di Depan Relawan, Jokowi Ungkap Dua Faktor Utama Masalah Pangan hingga Harga Beras Naik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi. Menurut Jokowi, faktor perang di luar negeri dan pertambahan jumlah penduduk.
"Ada perang di Ukraina, kelihatannya memang perangnya jauh, tetapi dampaknya sampai ke sini. Apa dampaknya? Presiden Ukraina Zelensky menyampaikan ada 77 juta ton gandum berhenti di Ukraina karena perang, gandum tidak bisa diekspor sehingga negara yang membutuhkan barangnya tidak ada,” kata Jokowi saat bersilaturahmi dengan relawan Alap-Alap di Sentul, Bogor, Sabtu (7/10).
Selain Ukraina, Jokowi melaporkan hal senada terjadi di Rusia. Menurut laporan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, ada 130 juta ton gandum berhenti di Rusia akibat perang. Artinya secara total, ada 207 juta ton pasokan gandum dunia terhenti.
“Terus yang biasanya ambil gandum di sana disuruh makan apa? Karena supply kurang, harganya naik sampe 50 persen,”
ungkap Jokowi.
Jokowi menjelaskan, penggunaan gandum memang bukan untuk kebutuhan primer rakyat Indonesia. Namun, pasokan gandum tetap dibutuhkan untuk pembuatan mie dan roti yang juga menjadi makanan favorit orang Indonesia. Kenaikan harga terhadap produk gandum tidak bisa dihindari.
"Kita memang makan beras, tetapi kita masih impor 11 juta ton gandum. Karena Negara ini besar, besar sekali, dari mana 11 juta ton? 30 persen dari Ukraina dan Rusia," urai Jokowi.
"(Impor) karena produksi dalam belum mencukupi, karena penduduk terus bertambah jadi 278 juta tahun ini, sebelumnya 270 juta. Sehingga, produksi beras harus nambah. Begitu India dengan 22 Negara lainnya lagi setop tidak ekspor beras, di semua negara naik semua harga beras," ungkap Jokowi.
"Ini masalah yang harus saya sampaikan. Karena imbasnya ke negara lain," sambung Jokowi.
Jokowi menyebut, harga beras di Indonesua masih dalam level tidak lebih tinggi dari negara tetangga lain yaitu Rp10.800—Rp13.000. Sebab, di negara terdekat, harga beras sudah tinggi seperti di Singapura rata-rata Rp21.600, Brunei Darussalam Rp37.000, dan Timor Leste Rp20.000.
Jokowi tidak menjamin bisa menahan harga beras di bawah standar rata-rata dunia seperti sekarang. Pada saatnya, kenaikan harga menjadi keharusan. Meski begitu, Jokowi memastikan tetap akan mencari jalan supaya harga beras tetap bisa terjangkau.
“Kita berusaha akan terus menekan harga agar turun dan kembali normal. Sebab (selain beras dan gandum) masalah ditambah dengan perubahan iklim. cuaca panas, kemarau panjang, produksi akhirnya menurun. Masalah ini harus mengerti kenapa ada sebuah kejadian pasti ada masalahnya,” Jokowi menandasi.