Dampak Tarif Dagang AS pada Ekonomi Indonesia, ALFI Institute Usul Pemerintah Lakukan 4 Langkah Ini
Ekonomi Indonesia juga menghadapi tantangan berupa pelemahan nilai tukar rupiah.

Perekonomian Indonesia menghadapi berbagai tekanan yang signifikan pada kuartal I tahun 2025, baik dari faktor eksternal maupun internal. Menurut ALFI Institute (Institut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia), faktor eksternal utama yang memengaruhi ekonomi Indonesia adalah ketidakpastian penurunan suku bunga global oleh The Federal Reserve (Fed) dan tarif perdagangan baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat sebesar 32% terhadap ekspor Indonesia.
Secara internal, ekonomi Indonesia juga menghadapi tantangan berupa pelemahan nilai tukar rupiah, tingginya tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK), rendahnya serapan pajak, keluarnya modal asing, serta kekhawatiran terkait terbatasnya ruang fiskal pemerintah. Semua faktor ini mengarah pada penurunan kinerja perekonomian nasional yang dapat memengaruhi pertumbuhan PDB.
Yukki Nugrahawan Hanafi, Chairman ALFI Institute, menjelaskan bahwa pengenaan tarif dagang oleh AS terhadap Indonesia dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi kontribusi ekspor. Ekspor Indonesia ke AS, yang berkontribusi sekitar 10% dari total ekspor, kemungkinan akan menurun. Sebelumnya, perekonomian Indonesia sudah tertekan oleh faktor internal seperti PHK massal dan pelemahan nilai tukar.
Untuk menghadapi tekanan ini, ALFI Institute mengusulkan beberapa langkah strategis yang perlu diambil oleh pemerintah Indonesia, antara lain penguatan konsumsi domestik, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Selain itu, rekomendasi kebijakan mencakup penguatan diplomasi ekonomi dengan AS, membuka pangsa pasar baru, dan memperkuat daya saing nasional melalui deregulasi dan stabilitas politik.
Pemerintah juga disarankan untuk melakukan kebijakan fiskal yang mendukung sektor-sektor terdampak langsung, seperti memberikan stimulus fiskal untuk pelaku usaha dan mendorong belanja pemerintah guna menstimulasi permintaan.
Selain itu, pemerintah perlu menarik investasi dan mempercepat hilirisasi pada sektor-sektor strategis seperti perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan, yang dapat menyerap tenaga kerja lebih besar dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Pemerintah juga diimbau untuk menjaga daya beli masyarakat dengan memberikan stimulus yang dapat mendorong konsumsi domestik.
Dengan situasi ekonomi yang penuh tantangan ini, Yukki Nugrahawan Hanafi menegaskan pentingnya langkah-langkah komprehensif dan proaktif untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.