Di COP28, Erick Thohir Pamer Keberhasilan RI Atasi Dampak Perubahan Iklim Lewat Mangrove
Erick Thohir menghadiri COP28 menggantikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan.
Erick Thohir menghadiri COP28 menggantikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan.
Di COP28, Erick Thohir Pamer Keberhasilan RI Atasi Dampak Perubahan Iklim Lewat Mangrove
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad Interim, Erick Thohir menyampaikan Indonesia siap untuk berbagi pengalaman pengelolaan dan pelestarian mangrove yang mempunyai peran signifikan dalam pengendalian perubahan iklim dunia.
Hal tersebut disampaikan Erick dalam COP28 bertajuk 'Delivering Global Action On Mangrove Restoration And Protection' di Dubai, Sabtu (10/12). Kehadiran Erick dalam forum tersebut sebagai pengganti Menko Luhut Binsar Pandjaitan yang masih menjalani proses pemulihan.Erick bilang keberadaan mangrove sangat penting bagi Indonesia karena manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat. Terutama kemampuannya memperkuat ketahanan pesisir.
"Sebagai solusi berbasis alam, mangrove turut serta dalam mengendalikan perubahan iklim dengan berperan sebagai paru-paru dunia melalui penyerapan dan penyimpanan karbon biru (blue carbon)," tutur Erick Thohir, dalam keterangan resminya, Minggu (10/12).
Merdeka.com
Erick menambahkan mangrove memberikan sejumlah manfaat bagi negara kepulauan seperti Indonesia.
Semisal perlindungan pantai, keanekaragaman hayati yang tinggi, manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata dan penetapan harga karbon.
"Kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap dan menyimpan karbon dengan kepadatan yang melebihi hutan tropis telah menarik perhatian dunia. Di Indonesia saja, ekosistem mangrove mampu menangkap 3,3 GigaTon CO2," imbuh Erick.
Angka tersebut menurut Erick, setara dengan 3,36 juta hektar kawasan mangrove dengan potensi valuasi ekonomi mencapai USD16,5 Juta. Bahkan sejak tahun 2020, Indonesia telah menanam lebih dari 265 juta mangrove."Menciptakan inovasi dan pendanaan berkelanjutan sangatlah penting. Dalam hal investasi, minat masyarakat terhadap ekosistem karbon biru berpotensi mencapai 10 juta Dolar Amerika yang berasal dari korporasi dan investor," ungkap Erick.
Peran sektor swasta tersebut dapat dikatalisasikan ke dalam program restorasi dan konservasi mangrove di seluruh dunia.
Menteri BUMN ini juga menyampaikan mulai tahun 2023, Indonesia akan mempercepat restorasi 75 ribu hektar lahan mangrove dan konservasi seluas 400 ribu hektare. Targetnya, berbagai rencana tersebut bisa selesai pada 2024.
"Bisnis yang produktif dan berkelanjutan memiliki peran vital dalam menciptakan mekanisme pasar jangka panjang untuk membuktikan bahwa mangrove lebih bernilai saat hidup dibandingkan saat rusak," ungkap Erick.
Tak hanya itu, Erick juga membeberkan pengalaman Indonesia yang memiliki model bisnis ekosistem mangrove. Mulai dari karbon biru, budidaya perikanan yang berkelanjutan, dan pengembangan perikanan yang menghasilkan keuntungan finansial sekaligus membangun masyarakat pesisir yang tangguh dan bermanfaat bagi lingkungan.
Indonesia menyadari pentingnya upaya kolektif dan solusi terkoordinasi dengan negara-negara di seluruh dunia untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Makanya, berbagai upaya dilakukan untuk menghalau dampak perubahan iklim yang lebih parah.
"Untuk mencapai target restorasi dan konservasi nasional, kami telah melaksanakannya secara Pentahelix, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, sektor swasta, LSM, filantropi, dan komunitas local," kata Erick.
Merdeka.com
Dia pun mencontohkan Indonesia yang telah mendirikan 30 pusat pembibitan untuk mendukung restorasi mangrove, antara lain G20 Mangrove Showcase di Bali. Erick berharap berbagai upaya yang dilakukan Indonesia bisa dikolaborasikan dengan berbagai pihak."Kami berharap dapat berkolaborasi dengan banyak pihak untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi dunia kita, untuk saat ini dan juga di masa depan melalui pengelolaan mangrove," pungkasnya.