Food Estate Tetap Lanjut, Mentan: Demi Kebutuhan Pangan Nasional
Menteri Amran meminta agar pendapatan milenial tidak kurang dari Rp10 juta per bulan.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan program food estate merupakan langkah strategis pemerintah untuk mengamankan kebutuhan pangan Indonesia di masa depan.
Dengan pendekatan holistik, program ini mencakup berbagai wilayah seperti Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Aceh, dan Riau.
"Ini food estate adalah pemikiran yang strategis. Ini pemikiran, ini visioner, Bapak Presiden Prabowo Subianto visioner, luar biasa. Kenapa? Penduduk bertambah tiap tahun 3,5 juta jiwa. Lahan tetap. Terus kalau kita tidak kembangkan food estate dengan basisnya pertanian modern, bagaimana bisa memberi makan pada penduduk di Indonesia semakin hari semakin bertambah," ujar Amran kepada merdeka.com, Rabu (4/12).
Pendekatan Holistik dan Teknologi Modern
Amran menjelaskan program food estate mengedepankan ekstensifikasi, seperti mencetak sawah baru dan mengoptimalkan lahan rawa. Biasanya lahan rawa yang sebelumnya hanya ditanami satu kali setahun, kini bisa ditanami tiga kali dengan teknologi modern.
Tak hanya itu, dia bilang food estate juga menggunakan pendekatan hulu ke hilir. Mulai dari pembibitan dengan teknologi, penanaman menggunakan drone, hingga panen dengan alat modern seperti combine harvester.
"Food estate kluster ini adalah pertanian modern. Pertanian modern ini sejajar dengan, kluster ini sejajar dengan negara maju. Seperti Amerika, Jepang dan seterusnya. Kita sejajarnya. Karena semua menggunakan teknologi. Mulai pembibitan menggunakan teknologi, kemudian penanaman menggunakan drone dan seterusnya, kemudian panen dengan menggunakan alat, combine harvester, kemudian juga siapkan gudang dan seterusnya," jelas Amran.
Generasi Milenial Jadi Penggerak Utama
Amran menekankan pentingnya keterlibatan generasi milenial dan generasi Z dalam mendukung pertanian modern. Karena generasi milenial itu 52 persen dari populasi. Apabil pemerintah tidak melibatkan mereka, sulit bagi Indonesia mencapai target Indonesia Emas.
Amran menambahkan pemerintah berupaya menarik minat milenial dengan membuat sektor pertanian lebih menguntungkan dan modern.
"Nah, generasi milenial tidak akan terlibat di sektor pertanian. Sekarang ini kenapa tidak mau terlibat? Karena menganggap itu kotor dan merugikan. Kita balik, bagaimana menguntungkan generasi milenial pendapatannya minimal Rp10 juta perbulan bersih dan menggunakan teknologi baru generasi milenial tertarik," tambahnya.
Amran menjelaskan pemerintah memberikan paket lengkap alat dan mesin pertanian, termasuk drone. Satu kelompok kerja (brigade) yang terdiri dari 15 orang bisa mengelola 200 hektare lahan, dengan potensi pendapatan hingga Rp20 juta per bulan.
"Alhamdulillah sekarang sudah ada generasi milenial bekerja 3 ribu di lapangan dan sudah mendaftar 23 ribu sampai hari ini. Kami target minimal 50 ribu, bahkan terbisa sampai 100 ribu nanti generasi milenial yang ikut," ujar Amran.
Target Generasi Milenial di Food Estate
Untuk memastikan keberlanjutan program, Amran mengingatkan para Dirjen dan pihak lapangan agar pendapatan milenial tidak kurang dari Rp10 juta per bulan.
"Kalau dia hanya mendapatkan 3 juta, 4 juta, kecenderungan tinggalkan tempat itu besar. Tapi kalau 10 juta, kami yakin bertahan di lapangan. Nah, insya Allah satu tahun ke depan minimal 50 ribu," tegasnya.
Lebih lanjut, pemerintah juga memberikan hibah alat pertanian bagi para milenial untuk memudahkan mereka bekerja. "Dan kami berikan alat pertanian hibah. Jadi ini menarik bagi mereka" tutupnya.