Gejolak di Timur Tengah Semakin Mencekam, APBN Aman untuk Jaga Ekonomi Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dirancang sebagai alat untuk menyerap berbagai shock absorber.
Peperangan yang terjadi di Timur Tengah membuat ketidakpastian global semakin meningkat. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk memitigasi dampak yang mungkin terjadi terhadap nilai tukar Rupiah.
Menurutnya, hal itu tentu akan terjadi dalam kondisi yang tidak pasti. Sebelumnya, pemerintah berhasil melakukan navigasi terhadap suku bunga kebijakan The Fed Amerika. Namun tiba-tiba terjadi gejolak di Timur Tengah, sehingga pemerintah harus melakukan mitigasi lebih awal.
"Setiap saat kita bisa berhadapan dengan gejolak dgn shock, kalau kemarin kita berhasil menavigasi kaitannya dengan suku bunga kebijakan di Amerika The Fed walaupun ini masih ada ketidakpastian tentuang gimana arahnya dalam beberapa bulan berapa kuartal ke depan itu kita harus mitigasi, akan tetapi seperti yang sekarang tiba-tiba juga terjadi eskalasi," kata Febrio kepada media, Jakarta, Jumat (4/10).
Dalam konteks ini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dirancang sebagai alat untuk menyerap berbagai shock absorber khususnya yang berdampak terhadap masyarakat. Dengan APBN itu menurutnya dampak atau shock itu bisa diredam dan menggunakan mekanisme yang sudah ada.
"Dampaknya memang selalu kita antisipasi makanya APBN kita itu kita selalu sebut shock absorber kita punya mekanisme untuk gimana kalau terjadi global shock khususnya yang berdampak bagi masyarakat itu bisa kita redam dan mekanisme eksisting yang ada di APBN itu bisa kita gunakan," papar dia.
Kondisi APBN Relatif Aman
Meskipun ada ketidakpastian terkait suku bunga di AS dan situasi global lainnya, Febrio memastikan kondisi APBN 2024 relatif aman.
"Terkait dampaknya dengan apbn krn ini sudah jelang akhir tahun, untuk 2024 relatifly cukup aman," tegasnya.
Menguatnya Rupiah, penurunan suku bunga, dan harga komoditas yang lebih rendah menjadi faktor positif. Namun, tantangan utama tetap pada bagaimana memitigasi dampak untuk tahun 2025, dengan situasi global yang mungkin tidak berubah.
"Kemarin sempet juga rupiah menguat cukup banyak dan tingkat suku bunga juga mulai turun dan juga harga komoditas juga mulai lebih rendah dibandingkan pertengahan tahun kemarin, sampai akhir tahun ini pelaksanaan apbn 2024 kita relatif sudah aman tantangan berikutnya tentu gimana kita antisipasi dan mitigasi untuk 2025 dengan situasi yang mungkin akan tetap sama," pungkas Febrio.