Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi, Kemenperin Kebut Hilirisasi Petrokimia dan Gas
Dan jika target skenario industri berkontribusi sebesar 21,9 persen dari PDB Nasional maka sektor IKFT harus memompa tambahan sumbangan Ro46,09 triliun.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berkomitmen kuat untuk terus memacu laju hilirisasi di industri petrokimia dan gas di Indonesia. Hal ini akan dilakukan dengan berbagai terobosan kebijakan, terutama untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Sektor petrokimia dan gas memberikan multiplier efek yang sangat besar terhadap sektor ekonomi lainnya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawzier menyampaikan rumusan teknokratis agar sektor petrokimia dan gas dapat memberikan tambahan kontribusi yang signifikan terhadap PDB Nasional.
Menurut Taufiek, Sektor Industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) harus memompa tambahan kontribusi PDB sebesar Rp39,77 triliun dengan skenario porsi sektor industri terhadap PDB Nasional sebesar 18,9 persen.
Dan jika target skenario industri berkontribusi sebesar 21,9 persen dari PDB Nasional maka sektor IKFT harus memompa tambahan sumbangan Ro46,09 triliun.
Dia menjelaskan, kalkulasi teknokratik ini diambil dari perhitungan baseline PDB harga konstan tahun 2024 sebesar Rp12.920 triliun. Dengan peningkatan 8 persen diperlukan sekitar Rp1.033 Triliun yang akan memperkokoh PDB nasional ke angka Rp13.953 triliun.
"Artinya dengan dua skenario dia tas kontribusi secara keseluruhan sektor industri nasional harus menambah porsi angkanya masing masing Rp195 triliun di mana share industri 18,9 persen, dan Rp226 triliun jika secara nasional industri mempunyai share 21,9 persen," kata Taufiek.
Selanjutnya, dari sektor IKFT dalam skenario pertama, industri kimia, barang kimia dan farmasi khususnya peran petrokimia dan gas harus memberikan tambahan nilai minimal Rp18,37 triliun hingga Rp21,28 triliun, dan pada tahun 2024 subsektor itu berkontribusi sebesar Rp555,40 triliun.
Menurut Taufiek, hal ini bisa dicapai dengan integrasi kebijakan nasional yang pro industri dari sisi pengendalian impor, kemudahan investasi di hulu, industri antara dan hilir, serta subsidi gas Industri melalui harga gas bumi tertentu (HGBT).
Taufiek menjelaskan untuk kinerja Industri petrokimia secara nasional, memiliki kapasitas produksi olefin dan turunannya sebanyak 9,7 juta ton, produk aromatik dan turunannya sebanyak 4,6 juta ton serta produk C1 (metanol) dan turunannya sebanyak 980.000 ton.
Kemampuan Produksi
Dia mengatakan seharusnya kemampuan produksi ini mampu melayani kebutuhan nasional namun faktanya utilisasinya masih belum maksimal dan secara nasional impor produk petrokimia di tahun 2023 mencapai USD 9,5 miliar.
"Di sinilah pentingnya instrumen kebijakan integratif dari Kementerian terkait untuk mendorong kemampuan produksi nasional sekaligus memberikan confidence bagi investor yang sudah membangun fasilitas produksinya di Indonesia," katanya.
Sementara itu peluang investasi di sektor ini sangat besar, misalnya metanol kebutuhan nasional sebanyak 1,6 juta ton, namun yang mampu diproduksi hanya 721.424 ton.
Hal ini yang perlu diarahkan investasi baru dalam pohon industri yang telah dibuat oleh Kemenperin, termasuk pohon industri dari minyak bumi, gas dan batu bara.
"Kami sudah membuat turunan produk dan nilai tambahnya beserta suplai dan demand di dalam negeri," kata Taufiek.
Dukung Swasembada Pangan
Dalam mendukung swasembada pangan, dukungan Kemenperin terhadap industri pupuk sangat kuat. Secara nasional pupuk jenis urea utilisasi industrinya mencapai 8.875 KTA. Secara nasional mampu mensuplai sebanyak 7.897 KTA bahkan kata Taufiek, pupuk urea ini Indonesia mampu melakukan ekspor sebanyak 1.376 KTA dan hanya sedikit yang di impor hanya 75 KTA.
Begitu juga pupuk jenis NPK dengan kapasitas nasional sebanyak 8.897 KTA mampu menutup semua kebutuhan nasional sebanyak 3.481 KTA. Namun demikian, bahan baku seperti Fosfat Alam dan Kalium masih perlu di datangkan dari luar negeri untuk menopang pupuk jenis NPK.
"Pastinya dunia riset dichalange pengganti unsur ini dengan effisasi yang sama untuk tanaman menjadi upaya ketahanan pupuk terutama bahan baku yang ada di dalam negeri kualitas dan maanfaat yang sejenis," jelas Taufiek