Jadi Kunci Hadapi Masa Depan, Ini Dia Soft Skills Bernilai Tinggi di Mata Perusahaan & Pekerja
Pekerja merasa bahwa soft skills mereka sudah memadai, sementara perusahaan menilai masih ada potensi pengembangan yang perlu dilakukan.

Kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil semakin mendesak seiring dengan keinginan perusahaan untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Menurut laporan "Future Skills Index of Indonesian Talents" yang disusun oleh Mekari, Skilvul, dan Int Labs, serta difasilitasi oleh Ravenry sebagai mitra riset pasar, mengungkap adanya perbedaan persepsi, atau perception gap antara pekerja dan perusahaan mengenai tingkat soft skills yang diperlukan untuk kolaborasi di tempat kerja dan adaptasi terhadap dinamika industri.
-
Bagaimana soft skills membantu meraih kesuksesan karier? Hal yang luar biasa mengenai soft skill adalah, soft skill tidak hanya dapat ditransfer ke berbagai industri dan melampaui peran, tetapi juga merupakan keterampilan berpendapatan tinggi, artinya keterampilan tersebut merupakan pintu gerbang menuju karier dan peluang bisnis bergaji tinggi.
-
Kenapa soft skills penting untuk karier? Seiring dengan terus berkembangnya tempat kerja dengan transformasi digital, penerapan AI, dan model kerja jarak jauh, serta meningkatnya permintaan untuk keahlian dan jenis peran tertentu, semakin penting untuk menguasai keterampilan yang akan memastikan kesuksesan dan stabilitas karier jangka panjang.
-
Apa itu soft skills? Soft skills atau keterampilan lunak, adalah aset abadi yang dibutuhkan setiap profesional untuk mengembangkan dan mengembangkan karier.
-
Kapan soft skills dibutuhkan dalam karier? Yang lebih buruk, mungkin tidak dapat melanjutkan pekerjaan saat ini sama sekali, sehingga menyulitkan untuk naik pangkat.
-
Apa keterampilan yang dianggap penting oleh perusahaan di Indonesia? Menariknya adalah sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
-
Siapa yang membutuhkan soft skills? Setiap orang dapat dengan mudah memiliki keterampilan teknis yang kuat dan pengetahuan untuk menjalankan peran pekerjaan dengan baik, tetapi, seperti yang telah dibuktikan oleh banyak penelitian dan pengalaman para pemberi kerja yang mempekerjakan lulusan Gen Z , tanpa keterampilan nonteknis, pengetahuan teknis seseorang tidak akan berguna dan menghalangi lebih banyak peluang.
Penelitian ini melibatkan survei terhadap perusahaan dan pekerja, mengelompokkan soft skills atau keterampilan non-teknis ke dalam 23 kategori. Berdasarkan temuan tersebut, pekerja merasa bahwa soft skills mereka sudah memadai, sementara perusahaan menilai masih ada potensi pengembangan yang perlu dilakukan.
Head of Business Mekari Talenta, Stevens Jethefer menekankan pentingnya keselarasan persepsi antara pekerja dan perusahaan dalam menghadapi masa depan dunia kerja di Indonesia. Menurutnya, sinergi ini akan mempersiapkan kedua pihak menghadapi tantangan industri yang terus berkembang.
"Indonesia bertujuan menjadi pemain besar di ekonomi global, dan pekerja yang bertalenta adalah motor penggerak menuju hal tersebut. Pekerja harus memiliki bukan saja keterampilan teknis, namun juga soft skills yang memungkinkan mereka beradaptasi dan berinovasi di industri yang berubah dengan cepat. Perusahaan pun memainkan peran kunci dengan menyediakan lingkungan dan sumber daya yang mendukung pengembangan keterampilan pekerja,” ujar Stevens dalam pernyataannya, Jumat (18/10).
Riset terbaru menunjukkan survei terhadap pekerja dari beragam sektor, mulai dari pekerja kantor hingga pabrik, serta berbagai kelompok generasi, termasuk Gen X (44–69 tahun) hingga Gen Z (20–27 tahun). Fokus riset adalah mengukur persepsi tentang keterampilan non-teknis yang paling penting dan langkah proaktif yang dapat diambil perusahaan untuk mengurangi kesenjangan persepsi atas penguasaan *soft skills* ini.
Ketika diminta menilai keterampilan yang paling penting, sebanyak 55,3 persen pekerja menyebut komunikasi sebagai keterampilan utama, disusul kreativitas dan inovasi 27,4 persen, serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah 25,7 persen.
Pekerja meyakini keterampilan ini membantu mereka menjalankan tugas dengan baik dan berkolaborasi dengan tim lintas divisi, yang pada akhirnya berkontribusi pada tercapainya tujuan organisasi.
Stevens menambahkan keterampilan komunikasi sangat penting dalam konteks budaya Indonesia. Dalam budaya Indonesia, kemampuan untuk menghindari konflik, menghormati hierarki, dan menjaga hubungan interpersonal merupakan aspek penting yang harus dikuasai oleh setiap individu.
Dari sisi perusahaan, keterampilan komunikasi justru mendapat prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pandangan pekerja. Sebanyak 65 persen perusahaan lintas sektor menilai bahwa komunikasi adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh pekerja di setiap peran dan posisi.
"Sebuah riset terpisah menunjukkan bahwa para eksekutif bisnis menghabiskan 75 persen dari waktu kerja mereka untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan," lanjut Stevens.
Kreativitas
Selain komunikasi, perusahaan juga menggarisbawahi pentingnya kreativitas dan inovasi 27,4 persen serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah 23,9 persen. Dua keterampilan ini dinilai sangat berpengaruh terhadap daya saing perusahaan di pasar.
Ketika persepsi keterampilan dibandingkan lintas generasi, riset menemukan bahwa generasi senior, khususnya Gen X, lebih menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi. Sebanyak 21,2 persen responden dari kelompok Gen X menilai keterampilan ini sangat penting, lebih tinggi dibandingkan dengan Gen Y 18,6 persen dan Gen Z 15,9 persen.
“Hal ini mencerminkan tingkat karir, di mana Gen X umumnya sudah berada di puncak karir yang menuntut keterampilan yang identik dengan seorang pemimpin,” tambah Stevens.
Meskipun terdapat perbedaan prioritas antar generasi, setiap kelompok pekerja sepakat bahwa fleksibilitas dan adaptabilitas akan menjadi keterampilan kunci di masa depan. “Sebesar 16,4 persen responden dari Gen Z menyatakan adaptabilitas dan fleksibilitas sangat diperlukan untuk menjaga keberhasilan karir mereka, diikuti oleh Gen Y dengan 15,1 persen dan Gen X sebesar 13,7 persen,” kata Stevens.
Riset juga mengungkap pekerja di Indonesia memiliki keinginan kuat untuk terus mengembangkan keterampilan mereka agar siap menghadapi tantangan masa depan. Hingga 68 persen pekerja menyatakan telah mengikuti program pelatihan yang disediakan perusahaan, menunjukkan adanya komitmen bersama antara pekerja dan perusahaan dalam meningkatkan kompetensi.
Dengan fokus pada pengembangan soft skills, baik pekerja maupun perusahaan semakin siap menghadapi perubahan cepat di industri, memperkuat daya saing nasional, dan mencapai tujuan bersama dalam ekonomi global.