Survei Terbaru: Karyawan di Indonesia Tergolong Pasif dan Kurang Inisiatif
Di level manajer, hanya 8 persen yang terlibat aktif di dunia kerja.
Konsultan Gallup merilis data terbaru berjudul State of the Global Workplace 2024 mengenai karyawan Indonesia. Hasilnya, karyawan Indonesia di hampir setiap level kurang inisiatif.
Laporan yang disampaikan langsung oleh Regional Director Sea & Japan Gallup, Kanika Singh, menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan karyawan di Asia Tenggara masih rendah, khususnya di Indonesia. Di level manajer, hanya 8 persen yang terlibat aktif, sementara 23 persen tidak, dan 36 persen sangat tidak terlibat.
Jika diklasifikasi berdasarkan gender, karyawan laki-laki lebih aktif dan berinisiatif dibandingkan karyawan perempuan dengan persentase 26 persen dibanding 20 persen.
Inisiatif karyawan juga dipengaruhi berdasarkan Jarak tempat kerja dengan tempat tinggal.
Dari segi penempatan, karyawan yang bekerja di tingkat regional menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi (33 persen) dibandingkan dengan tingkat global (18 persen). Sementara karyawan yang bekerja secara sepenuhnya remote, hybrid, atau on site menunjukkan tingkat keterlibatan yang hampir sama di kisaran 25-26 persen.
Mengapa Interaksi Sosial Itu Penting?
Kepercayaan antar rekan kerja maupun atasan dianggap sangat penting. Karyawan perlu merasa dihargai dan didorong dalam perkembangan mereka.
Selain itu, karyawan ingin merasa bangga dengan pekerjaan mereka yang sejalan dengan tujuan atau misi perusahaan.
Hal-hal tersebut dapat diperoleh melalui interaksi sosial hingga pertemanan di ruang lingkup kerja atau perusahaan. Memiliki teman dekat di tempat kerja juga menjadi nilai tambah, sebab dapat meningkatkan rasa kebersamaan.
Dalam acara Indonesia Knowledge Forum 2024, Selasa (12/11), Kanika Singh, menekankan pentingnya pengalaman dan keterhubungan sosial dalam membangun budaya kerja yang sehat.
Di samping itu, studi oleh Kahneman dan rekan, menunjukkan bahwa orang cenderung lebih menikmati interaksi dengan teman, keluarga, dan pasangan, sementara hubungan dengan pelanggan, rekan kerja, dan terutama bos/pemimpin berada di posisi terbawah.
Dengan demikian, keterlibatan karyawan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia perlu ditingkatkan. Strategi yang lebih fokus pada penguatan hubungan sosial, peningkatan lingkungan kerja yang positif, serta pengembangan kepemimpinan yang efektif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan.
Reporter Magang: Thalita Dewanty