Jalan Hidup Mengharukan Pemuda Mualaf, Pernah Terjerumus Pergaulan Bebas & Kini Sukses Buka Usaha Beromzet Ratusan Juta Rupiah
Tidak hanya sukses dalam bisnis, ia juga menjalani transformasi spiritual yang membawa dirinya menjadi seorang mualaf setelah belasan tahun menjadi non muslim.
Seorang pengusaha sablon yang kini memiliki omzet ratusan juta rupiah per hari menceritakan perjalanan hidupnya dalam salah satu tayangan YouTube Pecah Telur. Berawal dari kehidupan jalanan, Niko merintis usaha sablon kaos yang kini berkembang pesat dengan teknologi modern.
Tidak hanya sukses dalam bisnis, dia juga menjalani transformasi spiritual yang membawa dirinya menjadi seorang mualaf setelah belasan tahun menjadi non muslim.
-
Siapa yang sukses jadi pengusaha di usia muda? Hal ini telah dibuktikan Via, yang dulunya hanya seorang pembantu dengan penghasilan Rp20.000 sehari. Namun, kini Via telah menjadi pengusaha muda yang sukses dan mandiri.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa pemuda sukses usaha tauge premium? Seorang pemuda asal Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, berbagi kisah inspiratifnya. Ia memilih resign dari pekerjaan mentereng di sebuah bank swasta terkenal Indonesia untuk membantu orang tua berjualan tauge premium.
-
Bagaimana caranya seorang pengusaha muda bisa berkembang? Jangan mencari kawan yang membuat anda merasa nyaman, tetapi carilah kawan yang memaksa anda terus berkembang.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
Lahir dan besar di Solo, Niko menjalani masa muda yang penuh tantangan. Jarak rumahnya di Karanganyar yang cukup jauh membuatnya lebih sering tinggal bersama teman-teman di Solo.
Saat itu, hidup di jalanan menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya. Lingkungan pergaulan membawa Niko pada gaya hidup yang bebas, termasuk keputusan untuk menato hampir seluruh tubuhnya.
"Saya menyesal mentato tubuh saya, jika bisa saya akan menghapus semuanya," kata Niko dalam tayangan YouTube Pecah Telur, Kamis (24/10).
Tato yang dianggap sebagai tanda pemberontakan masa muda, kini menjadi salah satu kenangan yang kurang menyenangkan dalam hidupnya. Meski demikian, tato-tato tersebut tidak menghalangi Niko untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Di tengah kehidupan yang keras, Niko belajar untuk bertahan dan memanfaatkan peluang. Sejak muda, dia telah memiliki ketertarikan dalam dunia bisnis, meski belum sepenuhnya paham bagaimana mengelola usaha secara profesional.
Merintis Usaha Sablon
Tahun 2012 menjadi titik awal perubahan besar dalam hidup Niko. Dia memulai usaha sablon kaos manual dengan modal seadanya.
Usahanya sempat berkembang cukup pesat, melayani pesanan dari berbagai clothing line yang kerap berpartisipasi dalam event pameran atau expo. Dalam periode awal ini, bisnis Niko lebih berfokus pada Business-to-Business (B2B), di mana dia hanya menerima pesanan dalam jumlah besar dari berbagai brand lokal.
Namun, jalan bisnis yang mulus ini menemui hambatan besar pada tahun 2020 ketika pandemi covid melanda. Pandemi memaksa banyak event pameran dibatalkan, dan clothing line yang menjadi pelanggan utama Niko terpaksa menghentikan produksi. Akibatnya, omzet bisnisnya turun drastis hingga 80 persen.
Selama hampir satu tahun penuh, Niko dan istrinya harus bertahan tanpa penghasilan tetap. Pada satu titik, mereka bahkan mempertimbangkan untuk membuka warung pecel demi mencari nafkah.
"Saat itu, kami lebih memilih punya sedikit uang tapi tetap ada penghasilan daripada memiliki banyak tabungan tapi tidak ada pemasukan," kenang Niko.
Bangkit dengan Teknologi DTF
Tahun 2021, titik balik kembali menghampiri Niko. Dia diundang untuk mengisi acara komunitas sablon di Cilegon, di mana dia diperkenalkan dengan teknologi sablon Direct to Film (DTF).
Teknologi ini memungkinkan pencetakan desain secara langsung di atas film yang kemudian dapat diaplikasikan ke berbagai jenis kain. Tidak seperti sablon manual, teknologi DTF mampu memproduksi dalam jumlah besar dengan waktu yang lebih singkat dan presisi yang lebih tinggi.
Niko yang semula pasrah, akhirnya mulai menyadari potensi besar dari teknologi ini ketika dia mengunjungi sebuah tempat produksi DTF di Jakarta. Dalam kunjungan itu, dia terkejut mengetahui bahwa satu mesin DTF mampu memproduksi hingga 100 meter kain per hari dengan omzet mencapai Rp12,5 juta per mesin. Tempat produksi tersebut memiliki empat mesin, yang berarti total produksi harian bisa mencapai Rp50 juta.
Kala itu, Niko langsung merasa bahwa ini adalah jawaban dari doa-doanya selama ini. Dia memanfaatkan peluang dengan memutuskan untuk mengadopsi teknologi DTF dan mulai membuka cabang-cabang baru di berbagai kota.
Strategi Bisnis Baru, dari B2B ke B2C
Salah satu kesalahan yang diakui Niko dalam menjalankan bisnis sablon manual adalah hanya fokus pada pesanan dalam jumlah besar (B2B). Dengan adopsi teknologi DTF, Niko mengubah strategi bisnisnya menjadi Businessto Consumer (B2C), yaitu menerima pesanan dalam jumlah kecil atau satuan.
Menurut Niko, pesanan kecil dari pelanggan retail seringkali membuka peluang untuk pesanan besar di kemudian hari.
"Dulu, kalau ada yang pesan satu atau dua kaos, kami tolak. Namun, ketika pelanggan itu kemudian membutuhkan sablon dalam jumlah besar, mereka pergi ke vendor lain. Sekarang, kami terima semua pesanan, sekecil apapun itu,” ujarnya.
Perubahan strategi ini membuat bisnis Niko berkembang pesat. Dalam waktu kurang dari dua tahun, dia berhasil membuka sembilan cabang di berbagai kota besar, termasuk Surabaya, Makassar, dan Jogja. Di tengah perkembangan ini, Niko tetap memegang prinsip bahwa cabang-cabang yang dibuka harus mempertahankan kualitas yang sama dengan toko pusat di Solo.
Cabang Pertama di Surabaya
Membuka cabang di Surabaya menjadi salah satu tantangan besar bagi Niko. Di hari pertama pembukaan toko, penjualan hanya mencapai Rp40.000. Niko yang sudah dikenal di dunia sablon merasa terkejut dengan hasil tersebut, namun dia tidak menyerah.
Dengan menggencarkan promosi dan strategi pemasaran yang agresif, omzet toko Surabaya mulai meningkat pesat. Dalam bulan pertama, omzet toko tersebut berhasil mencapai Rp100 juta.
Pembukaan cabang-cabang lainnya pun mengikuti setelah kesuksesan toko di Surabaya. Niko membuka cabang di Makassar, Semarang, dan kota-kota lainnya.
Setiap cabang tentu memiliki dan membawa tantangan tersendiri, tetapi Niko terus belajar dan beradaptasi. Dia tidak segan untuk mengakui kesalahan dan memperbaiki strategi bisnisnya sesuai dengan kebutuhan pasar.
Menjadi Mualaf di Tahun 2023
Kesuksesan bisnis ternyata bukan satu-satunya perubahan besar dalam hidup Niko. Pada pertengahan tahun 2023, Niko memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Keputusan ini lahir dari serangkaian pengalaman spiritual yang mendalam, dimulai dari permintaan sederhana sang istri untuk berangkat umrah.
Istri Niko, yang sejak awal pernikahan mereka adalah seorang Muslim yang taat, tidak pernah memaksanya untuk memeluk Islam. Namun, ketika istrinya meminta untuk berangkat umrah pada usia 35 tahun sebagai hadiah ulang tahun, Niko mulai merenungkan permintaan tersebut. Setelah berbagai kejadian yang dianggapnya sebagai petunjuk, Niko mulai tertarik untuk mempelajari agama Islam lebih dalam.
Salah satu momen paling mengesankan adalah ketika Niko membaca Al-Qur'an untuk pertama kali di stasiun Banyuwangi. Dengan baterai ponsel yang tersisa 6 persen, dia berhasil membaca surat Al-Baqarah hingga tuntas tanpa penurunan daya baterai sedikitpun. Bagi Niko itu merupakan sesuatu yang luar biasa dan tanda kekuasaan dari Allah SWT.
Keputusan Niko untuk memeluk Islam tidak hanya membawa kedamaian dalam hidupnya, tetapi juga memperkuat hubungannya dengan keluarga, terutama sang istri. Meskipun anak-anaknya masih menjalani pendidikan di sekolah Kristen, Niko kini mulai mengenalkan mereka pada nilai-nilai Islam secara perlahan.
Dalam perjalanannya sebagai pengusaha, Niko selalu berpegang pada prinsip bahwa setiap detik dalam bisnis adalah pertempuran. Dia menekankan pentingnya komitmen total dalam menjalankan bisnis, tanpa terlalu cepat merasa puas.
Reporter Magang: Thalita Dewanty