Kecelakaan Jeju Air: Boeing 737-800 Ternyata Jenis Pesawat Paling Banyak Digunakan di Dunia
Pesawat ini diproduksi sebelum munculnya Boeing 737 Max, yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada tahun 2018 dan 2019, yang mengakibatkan 346 orang tewas.
Korea Selatan sedang berduka setelah insiden tragis yang menimpa pesawat Jeju Air di Bandara Muan pada Minggu, 29 Desember 2024. Dari 181 penumpang dan awak yang berada di dalam pesawat, hanya dua orang yang selamat, sementara 179 lainnya dipastikan meninggal dunia, menurut laporan dari pemadam kebakaran setempat.
Dua anggota awak pesawat Jeju Air berhasil diselamatkan dari lokasi kecelakaan. Ini menjadi bencana penerbangan paling mematikan di Korea Selatan sejak tahun 1997, ketika sebuah Boeing 747 milik Korean Airlines jatuh di hutan Guam, mengakibatkan 228 orang tewas.
Dikutip dari CNBC, para penyelidik tengah menyelidiki penyebab pesawat Jeju Air melakukan pendaratan darurat tanpa roda pendaratan di Bandara Internasional Muan, yang berujung pada kebakaran pesawat dan menewaskan hampir semua penumpang.
Choi Sang-mok, penjabat presiden Korea Selatan, telah memerintahkan dilakukan pemeriksaan mendalam terhadap pesawat Boeing 737-800 yang terlibat dalam tragedi ini. Jenis pesawat ini merupakan salah satu yang paling banyak digunakan di dunia dan dikenal memiliki catatan keselamatan yang baik.
Pesawat ini diproduksi sebelum munculnya Boeing 737 Max, yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada tahun 2018 dan 2019, yang mengakibatkan 346 orang tewas.
Setelah hampir dua tahun dilarang terbang, sistem kontrol penerbangan Boeing 737 Max dimodifikasi setelah kecelakaan tersebut. Menurut data dari Cirium, saat ini terdapat sekitar 4.400 unit Boeing 737-800 yang beroperasi di seluruh dunia, yang mencakup sekitar 17 persen dari total armada jet penumpang komersial. Rata-rata usia armada 737-800 di dunia adalah 13 tahun, dengan pengiriman terakhir dilakukan sekitar lima tahun lalu.
Jeju Air menerima pesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini pada tahun 2017. Sebelumnya, pesawat tersebut dioperasikan oleh maskapai penerbangan murah Eropa, Ryanair, dan saat ini pesawat tersebut diperkirakan berusia sekitar 15 tahun.
Desain Pesawat
Para ahli di bidang kedirgantaraan berpendapat bahwa kemungkinan para penyelidik menemukan masalah desain pada pesawat jarak jauh tersebut sangat kecil.
Richard Aboulafia, direktur pelaksana di AeroDynamic Advisory, sebuah firma konsultan kedirgantaraan, menyatakan, bahwa gagasan mereka akan menemukan cacat desain pada titik ini benar-benar tak terbayangkan."
Proses penyelidikan yang menyeluruh dapat memakan waktu lebih dari satu tahun, dan insiden yang terjadi ini justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan dibandingkan jawaban, salah satunya adalah alasan mengapa roda pendaratan tidak dapat dikerahkan.
Meskipun mengalami kerusakan pada sistem hidrolik, pilot dari Boeing 737-800 seharusnya masih bisa menurunkan roda pendaratan secara manual.
Salah satu teori yang muncul adalah kemungkinan adanya serangan burung yang dapat menonaktifkan setidaknya satu, jika tidak kedua mesin pesawat.
"Jika itu terjadi di ketinggian tempat mereka berada, mereka mungkin tidak punya waktu untuk melakukan pemeriksaan darurat," ucap Jeff Guzzetti, seorang pensiunan penyelidik keselamatan udara dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan Administrasi Penerbangan Federal.
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhi keselamatan penerbangan, terutama dalam situasi darurat yang tidak terduga. Penyelidikan lebih lanjut diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai insiden ini dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Investigasi Keseluruhan
Ia menyatakan bahwa jika pesawat tidak menabrak tumpukan tanah dan dinding keras di ujung landasan, maka kecelakaan tersebut mungkin dapat diterima.
Di area tersebut terdapat alat pelokalisasi yang berfungsi untuk membantu mengarahkan pesawat dengan lebih baik. NTSB memimpin tim penyelidik dari AS yang juga melibatkan Boeing dan FAA, mengingat pesawat tersebut diproduksi serta disertifikasi di Amerika Serikat. Sesuai dengan protokol internasional, negara tempat terjadinya kecelakaan akan bertanggung jawab untuk memimpin investigasi secara keseluruhan.
Saham Boeing mengalami penurunan lebih dari 4 persen pada pagi hari Senin setelah otoritas setempat meminta dilakukan inspeksi terhadap pesawat 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai asal Korea Selatan.
Namun, saham tersebut berhasil memangkas kerugian sebelumnya dan menutup hari perdagangan dengan penurunan sebesar 2,3 persen. Hal ini menunjukkan dampak langsung dari insiden tersebut terhadap kepercayaan pasar terhadap perusahaan.