Kemenperin: Industri Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif, Hanya Tembakau Alami Penurunan
Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan komponen pada sisi produksi. Ini karena maraknya peredaran rokok ilegal di pasaran, terutama rokok ilegal impor.
Peningkatan IKI pada Mei 2024 didorong oleh peningkatan nilai IKI variabel pesanan baru sebesar 1,23 poin, sehingga nilai IKI pesanan baru menjadi 53,16.
Kemenperin: Industri Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif, Hanya Tembakau Alami Penurunan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Mei 2024 masih berada dalam zona ekspansif atau tumbuh, yaitu pada level 52,50.
Angka ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan April 2024 yang berada di level 52,30.
Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, dari 23 subsektor industri pengolahan yang dianalisis, hanya satu subsektor yang mengalami kontraksi atau penurunan produksi, yakni industri pengolahan tembakau.
Febri menuturkan, kontraksi industri pengolahan tembakau ini baru pertama kalinya terjadi pada Mei 2024 sejak IKI diluncurkan pada November 2022.
Kontraksi ini disebabkan oleh penurunan komponen pada sisi produksi. Ini karena maraknya peredaran rokok ilegal di pasaran, terutama rokok ilegal impor.
"Kami mendapat informasi bahwa industri pengolahan tembakau mengurangi tembakaunya karena banyak rokok ilegal yang beredar di pasar, terutama rokok ilegal dari luar Indonesia," ujarnya.
“Kami berharap agar peredaran rokok ilegal ditekan terutama yang berdampak pada produksi industri pengolahan tembakau,” ujarnya lagi.
Febri menyebut kontribusi industri pengolahan tembakau terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2024 hanya 4,2 persen.
Sementara itu, kontribusi 22 subsektor yang mengalami ekspansi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan I-2024 mencapai 95,8 persen.
Peningkatan IKI pada Mei 2024 didorong oleh peningkatan nilai IKI variabel pesanan baru sebesar 1,23 poin, sehingga nilai IKI pesanan baru menjadi 53,16.
Nilai IKI variabel persediaan produk juga meningkat sebesar 0,57 poin menjadi 54,59. Berbeda dengan nilai IKI variabel lainnya, variabel produksi justru mengalami penurunan ekspansi sebesar 1,75 poin menjadi 50,01.
IKI adalah indikator yang dibuat oleh Kementerian Perindustrian untuk mengukur tingkat optimisme pelaku usaha di sektor industri manufaktur terhadap kondisi perekonomian. Indikator ini juga merupakan gambaran kondisi usaha industri pengolahan dan prospeknya hingga enam bulan ke depan.