Korea Memanas, Anggota Parlemen Oposisi Korea Selatan Diserang Jelang Putusan Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Presiden Yoon ditangguhkan oleh parlemen setelah mengumumkan darurat militer

Anggota parlemen oposisi Korea Selatan menyerukan peningkatan keamanan pada Kamis, 20 Maret, setelah salah satu anggota mereka dipukul di wajah dengan telur di luar pengadilan. Insiden ini terjadi saat polisi bersiap menghadapi kemungkinan kerusuhan menjelang putusan yang dinantikan mengenai nasib Presiden Yoon Suk Yeol, yang sedang menghadapi proses pemakzulan.
Dilansir dari AFP, Presiden Yoon ditangguhkan oleh parlemen setelah mengumumkan darurat militer yang kontroversial pada 3 Desember. Bulan lalu, Mahkamah Konstitusi menyelesaikan sidang pemakzulan selama berminggu-minggu untuk memutuskan apakah Yoon akan secara resmi dicopot dari jabatannya.
Meskipun para ahli memperkirakan putusan akan dijatuhkan pada pertengahan Maret, pengadilan belum mengeluarkan keputusan akhir, menjadikan kasus Yoon sebagai proses pemakzulan terpanjang dalam sejarah Korea Selatan.
Serangan terhadap anggota parlemen oposisi Back Hye-ryun terjadi saat dia berbicara kepada wartawan di luar pengadilan, mendesak para hakim untuk menegakkan pemakzulan Yoon.
Polisi mengonfirmasi bahwa telur mentah dilemparkan ke arahnya, dan dilaporkan juga ada pisang yang dilempar. Pihak berwenang belum mengidentifikasi pelaku tetapi mencurigai pendukung Yoon, yang sedang melakukan protes di sekitar lokasi.
Menanggapi meningkatnya ketegangan, Badan Kepolisian Metropolitan Seoul mengumumkan pembentukan satuan tugas investigasi khusus. Anggota parlemen oposisi kemudian mengunjungi Badan Kepolisian Nasional, mendesak peningkatan keamanan di sekitar pengadilan.
Pengamanan Ekstra
Menurut laporan polisi yang dilihat oleh AFP, pihak berwenang berencana mengerahkan "100 persen personel yang tersedia" dan memobilisasi "semua peralatan yang diperlukan" pada hari putusan untuk mencegah bentrokan di sekitar pengadilan.
Sekitar 14.000 petugas dari 210 unit polisi anti-huru-hara lebih dari separuh pasukan polisi anti-huru-hara nasional akan ditempatkan di Seoul. Petugas berpakaian preman akan ditempatkan di dalam Mahkamah Konstitusi, sementara unit khusus polisi akan siaga di area sekitarnya.
Langkah-langkah keamanan telah ditingkatkan, dengan pembatasan akses ke 22 atap gedung di dekat pengadilan. Area tersebut juga telah ditetapkan sebagai "zona larangan terbang," dan pihak berwenang sedang menyiapkan "peralatan anti-drone." Kepala polisi sementara sebelumnya menyatakan bahwa area sekitar pengadilan akan ditetapkan sebagai "zona bebas protes."
Petugas polisi juga menjalani pelatihan tambahan, termasuk penggunaan semprotan merica dan pentungan. Kepolisian bahkan mempertimbangkan untuk mengerahkan unit khusus guna "menanggapi ancaman bom."
Selain menghadapi putusan pemakzulan, Yoon juga sedang menjalani proses pengadilan pidana atas tuduhan pemberontakan terkait pengumuman darurat militer pada Desember. Dia menjadi presiden Korea Selatan pertama yang sedang menjabat yang diadili dalam kasus pidana. Yoon sempat ditahan dalam penggerebekan dini hari pada Januari tetapi dibebaskan awal Maret karena alasan prosedural.
Pendukung Yoon telah turun ke jalan setiap akhir pekan, dengan puluhan ribu orang menuntut pengadilan mengembalikan jabatannya. Pembebasan Yoon dari tahanan tampaknya semakin memicu semangat para pendukungnya.