Membedah Sistem Keamanan Kereta Cepat Jakarta - Bandung
Merdeka.com - Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang beroperasi hingga kecepatan 350 km/jam. Kereta ini dipastikan memiliki tingkat keamanan tinggi. Didasari teknologi yang terpasang pada sistem proteksi ancaman KCJB.
"Keamanan tentu menjadi perhatian khusus, apalagi KCJB ini nanti saat beroperasi akan melaju sampai 350 km/jam. Untuk itu Kami sudah siapkan teknologi canggih yang terpasang di lintasan dan di dalam rangkaian kereta yang dapat mencegah terjadinya bahaya," jelas Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, Sabtu (20/11).
Dwiyana sudah menyiapkan berbagai instrumen untuk melindungi KCJB dari potensi bahaya. Diantaranya Disaster Monitoring Center, sensor pendeteksi ancaman di sepanjang trase KCJB, dan Disaster Monitoring Terminal di Tegalluar sebagai pusat pengelolaan data kebencanaan.
-
Apa saja kelas di kereta cepat Jakarta-Bandung? Di mana setiap kereta cepat terdiri dari seumlah pilihan kelas, seperti VIP, Kelas 1, dan Kelas 2.
-
Bagaimana cara naik kereta cepat Jakarta-Bandung? Cara Naik Kereta Cepat Jakarta Bandung Gratis Kecepatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai 354 kilometer per jam saat uji coba pada Juni lalu. Adapun jarak tempuh dari Halim, Jakarta Timur menuju Padalarang hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
-
Siapa yang menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung? Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkesempatan menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Selasa (19/9/2023).
-
Kapan kereta cepat Jakarta-Bandung beroperasi secara komersial? Jadwal Kereta Cepat Jakarta Bandung akan beroprasi secara komersial mulai 1 Oktober 2023.
-
Kenapa KCIC yakin Kereta Cepat bisa mendongkrak ekonomi? PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) bakal mendongkrak perkonomian dan sektor pariwisata Indonesia.
-
Bagaimana cara kereta wisata beroperasi? Jenis kereta wisata ini tidak bisa bergerak sendiri dan harus disertakan dengan rangkaian kereta reguler sesuai rute yang dipilih penyewa.
Selain itu, ada juga instrumen pengamatan langsung di lapangan dengan CCTV yang tersambung ke command center KCJB untuk mengirim informasi visual. Lalu, terdapat juga Internal dan Eksternal Lightning Protection System pada konstruksi KCJB.
Terkait ancaman gempa, di sepanjang trase KCJB akan terpasang 7 sensor yang jarak rata-ratanya setiap 25 km. Cara kerja dari sistem ini, setiap sensor akan mengirim data jika mendeteksi getaran ke Disaster Monitoring Center. Lalu dianalisis untuk dilakukan upaya pencegahan kecelakaan pada KCJB.
Adapun sinyal kegempaan yang pertama kali akan ditangkap dan dikirim oleh alat sensor tersebut berupa gelombang P yang merupakan tanda awal terjadinya gempa. Informasi itu lalu akan sampai ke Disaster Monitoring System sebelum terjadinya Gelombang S yang merupakan getaran perusak dari gempa bumi.
Dari sinyal gelombang P yang terdeteksi tersebut, Dwiyana pun menjelaskan kalau pihaknya dapat segera melakukan mitigasi ancaman dengan mengirimkan peringatan dan instruksi ke setiap rangkaian kereta yang sedang beroperasi.
Lebih detail, Dwiyana menjabarkan kalau alarm yang dikirim dari Disaster Monitoring Center untuk ancaman kegempaan terbagi ke dalam tiga level, yaitu level 1 untuk gelombang P antara 40 gal-80 gal, level 2 untuk 80 gal -120 gal, dan level 3 untuk gelombang P lebih dari 120 gal.
KCJB juga akan bekerja sama dengan BMKG untuk perlindungan dari ancaman gempa. Dengan begitu, Disaster Monitoring Center KCJB bisa mendapatkan data terkait ancaman gempa lebih awal. Karena BMKG sudah memiliki banyak alat sensorik yang terpasang di dekat epicentrum gempa.
"KCJB ini proyek kolaborasi, termasuk untuk perlindungan gempa yang bekerjasama dengan BMKG. mereka sudah memiliki alat sensor yang terpasang di dekat pusat gempa jadi kita bisa dapat early information kalau ada ancaman gempa untuk segera dilakukan mitigasi," jelas Dwiyana.
Dwiyana meyakini konstruksi KCJB juga sudah dirancang agar aman dari ancaman petir. Saat ini ada dua jenis LPS yang dipasang di trase KCJB, yaitu eksternal LPS dan internal EPS. Adapun metode yang diterapkan pada eksternal LPS adalah pemasangan air terminal yang berfungsi untuk menangkap petir dan down conductor grounding system yang mampu mengalirkan arus listrik dari sambaran petir dari atas konstruksi ke tanah dengan baik.
Grounding sytem yang dibangun melalui IES seperti ini yang tidak ditemukan di perkeretaapian lainnya. Sedangkan untuk internal LPS, dia menyebut kalau konstruksi KCJB sudah dilengkapi shielding untuk kebutuhan induksi listrik, arrester untuk konduksi, dan bonding untuk elevasi tegangan. Semua ancaman petir ini telah mempertimbangkan masukan karakteristik petir iklim tropis dari ahli petir Indonesia sehingga desain perlindungan terhadap petir di KCJB jaub lebih baik.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah jembatan kereta api yang membentang di atas jalur kereta api dibangun pada tahun 1929 untuk menghubungkan jalur kereta Batavia-Surabaya.
Baca SelengkapnyaKA Perkotaan Bandung dipilih menjadi salah satu proyek yang ditawarkan mengingat perannya sangat strategis menghubungkan layanan Kereta Cepat Whoosh.
Baca SelengkapnyaMulai 2025, Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan berhenti di Stasiun Karawang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perlu dicatat, yang dihapus oleh pemerintah adalah proyek Kereta Semi Cepat dengan kecepatan maksimal hingga 160 km per jam.
Baca SelengkapnyaPegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kena semprot TNI usai melempar umpatan ketika ditegur masuk jalur TransJakarta
Baca SelengkapnyaPT KCIC membantah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membuat PT Wika merugi hingga Rp7,2 triliun.
Baca SelengkapnyaKereta Bandara ini bertujuan sebagai moda transportasi makro berbasis transit yang menghubungkan IKN dan Balikpapan,
Baca SelengkapnyaJalur rel kembali bisa dilintasi sesuai dengan target yang ditetapkan, meski dengan kecepatan yang dibatasi
Baca SelengkapnyaWika menyinggung proyek kereta cepat mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan yang ditaksir mencapai Rp7,12 triliun.
Baca Selengkapnya