Pertamina Usul Pertalite Diganti Jadi Pertamax Green, Ini Kata Kementerian ESDM
Pemerintah juga butuh investasi untuk bisa mengalihkan subsidi APBN yang selama ini dijatuhkan kepada produk gasoline kepada campuran etanol dan gasoline.
Pemerintah juga butuh investasi untuk bisa mengalihkan subsidi APBN yang selama ini dijatuhkan kepada produk gasoline kepada campuran etanol dan gasoline.
Pertamina Usul Pertalite Diganti Jadi Pertamax Green, Ini Kata Kementerian ESDM
Pertamina UsulPertalite Diganti Jadi Pertamax Green
PT Pertamina (Persero) telah menyampaikan usul untuk mengalihkan Pertalite (RON 90) dengan campuran etanol 7 persen menjadi Pertamax Green 92.
Namun, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum melakukan kajian terhadap usulan tersebut.
Hal itu diakui Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji. Dia mempersilakan Pertamina untuk merencanakan Pertamax Green 92, namun pemerintah sejauh ini belum fokus membahasnya.
"Kalau Pertamina membahas, silakan saja membahas. Tapi pemerintah belum. Jadi industri dulu silakan membahas, tapi pemerintah belum," ujar Tutuka di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9).
Tak hanya itu, Kementerian ESDM juga belum mengkaji pemberian insentif terhadap Pertamax Green 92.
Sehingga belum bisa dipastikan alokasi subsidi yang selama ini diberikan untuk Pertalite akan turut dialihkan atau tidak.
"Insentif perlu dikaji lebih dalam, dan perlu ditawarkan. Harus ada penawaran tentang insentif ini," imbuh Tutuka.
Menurut dia, pemerintah juga butuh investasi untuk bisa mengalihkan subsidi APBN yang selama ini dijatuhkan kepada produk gasoline kepada campuran etanol dan gasoline.
"Itu masih belum dibicarakan lebih jauh. Tapi pemikiran itu saya kira baik untuk mendorong investasi," kata Tutuka.
Untuk etanol, Pertamina masih mengandalkan sumber dari tebu untuk bahan campuran Pertamax Green 95.
Padahal, Tutuka menilai Indonesia diberkahi potensi sumber daya alam yang lebih besar dari sekadar tebu.
"Etanol itu kan bahannya dari tebu. Kalau sawit itu punya banyak. Jadi Indonesia itu biodeserve-nya terkenal sekali di dunia. Malaysia aja jauh. Presentase biodiesel kita di dunia sangat tinggi," tuturnya.
"Tapi kalau bioetanol, kita punya enggak lahan sebesar sawit? Itu yang harus kita perhatikan. Harus realistis lah," pungkas Tutuka.