Sebagai Negara Maritim, Minat Orang Indonesia Makan Ikan Terendah di Asia
Produk-produk ini mengandung minimal 30 persen kandungan ikan, menawarkan variasi menu yang tidak hanya memenuhi selera lokal tetapi juga internasional.
Produk-produk ini mengandung minimal 30 persen kandungan ikan, menawarkan variasi menu yang tidak hanya memenuhi selera lokal tetapi juga internasional.
Sebagai Negara Maritim, Minat Orang Indonesia Makan Ikan Terendah di Asia
Sebagai Negara Maritim, Minat Orang Indonesia Makan Ikan Terendah di Asia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memandang produk perikanan sebagai salah satu solusi potensial untuk meningkatkan asupan protein nasional yang saat ini masih di level 62,3 gram per kapita per hari.
Hal ini didukung oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, nilai gizi yang tinggi, dan beragamnya produk turunan perikanan yang dapat diolah menjadi makanan lezat.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Budi Sulistiyo, menegaskan tantangan utama yang dihadapi sekarang cara meningkatkan konsumsi ikan untuk mendukung peningkatan asupan protein nasional.
"Tapi dilihat dari trennya, masyarakat semakin menggemari produk-produk perikanan," kata Budi Sulistiyo dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (11/7).
Data dari berbagai sumber menunjukkan Indonesia masih jauh tertinggal dalam asupan protein dibandingkan dengan negara-negara maju.
Misalnya saja China yang sudah mencapai 121,7 gram per kapita per hari, Amerika Serikat 109,6 gram per kapita per hari, dan Norwegia 101,2 gram per kapita per hari.
Sementara di tingkat Asia, Indonesia juga berada di bawah negara-negara seperti Vietnam 94,3 gram per kapita per hari. Lalu Malaysia 89,1 gram per kapita per hari, Thailand 66,5 gram per kapita per hari dan Kamboja 63,6 gram per kapita per hari.
Untuk mengatasi ketertinggalan ini, pihaknya telah menginisiasi Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan).
Program ini melibatkan kampanye, sosialisasi, dan edukasi pentingnya konsumsi ikan untuk kesehatan dan kecerdasan, yang dilaksanakan di berbagai lokasi seperti sekolah, tempat ibadah, dan desa-desa.
Melalui kegiatan tersebut, pada 2023 konsumsi ikan nasional meningkat menjadi 8,3 juta ton, naik dari 8,2 juta ton pada tahun sebelumnya.
"Adanya peningkatan pola konsumsi ikan mencerminkan minat yang tinggi terhadap makanan berbahan baku ikan di Indonesia. Hal ini juga menunjukkan adanya kesadaran tentang manfaat protein ikan untuk kesehatan maupun kecerdasan anak," terang Budi.
Peningkatan asupan protein ini juga diharapkan dapat membantu mengurangi prevalensi stunting, terutama pada ibu hamil, balita, dan anak-anak.
Budi Sulistiyo menegaskan keberhasilan meningkatkan asupan protein nasional juga didukung oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi dan stabil harganya.
Produksi perikanan nasional pada tahun lalu mencapai 24,74 juta ton. Sementara kebutuhan rata-rata produk perikanan nasional sekitar 13 juta ton per tahun.
Selain sebagai bahan utama, ikan di Indonesia juga diolah menjadi berbagai produk turunan seperti bakso, pempek, sarden, dendeng, dan abon.
Produk-produk ini mengandung minimal 30 persen kandungan ikan, menawarkan variasi menu yang tidak hanya memenuhi selera lokal tetapi juga internasional.
Bahkan saat ini sudah ada hidrolisat protein ikan yang dapat difortisifikasi pada bahan baku makanan.
"Jadi bisa saja anda mengonsumsi jajanan anak sekolah ataupun jajan pasar yang sudah ada kandungan protein ikannya. Jadi ini adalah cara baru mengonsumi ikan," jelas dia.
Dengan upaya ini, Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui asupan protein yang cukup. Sekaligus mendukung visi untuk menjadi generasi emas pada tahun 2045.
Melalui penguatan sektor perikanan, diharapkan Indonesia dapat terus melangkah maju dalam memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan bagi seluruh rakyatnya.