Sebelum Akhirnya Bangkrut, Ini Alasan Tupperware Laris Manis di Indonesia
Tupperware didirikan pada 1946 oleh seorang pria, Earl Tupper.
Kesulitan finansial dan mengalami kerugian terus-menerus membuat perusahaan wadah paling ikonik, Tupperware mengajukan pailit pada Selasa (18/9).
Dilansir dari Reuters, perusahaan sudah lama menghadapi kesulitan finansial. Namun, hal itu tertolong oleh pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan wadah plastik kedap udara warna-warni ini. Setelah pandemi mereda, beban finansial kembali terasa. Lonjakan biaya bahan baku seperti resin plastik, upah tenaga kerja, dan pengiriman semakin menekan margin Tupperware.
-
Mengapa Tupperware sangat populer di Indonesia? Keunikan Tupperware hingga akhirnya sangat laris di pasaran Indonesia karena secara konsisten menjalankan misinya untuk mengubah hidup Wanita Indonesia dan keluarganya menjadi lebih baik.
-
Bagaimana Tupperware memasarkan produknya di Indonesia? Melalui Distributor dan Sales Force-nya, Tupperware Indonesia memasarkan produknya melalui Tupperware Party, cara ini merupakan cara pemasaran yang unik, informatif dan menghibur.
-
Kapan Tupperware mulai dipasarkan di Indonesia? Dilansir Tupperware.co.id, penjualan Tupperware dimulai sejak tahun 1991 oleh salah satu Distributor Jakarta.
-
Kenapa Tupperware bangkrut? Keputusan ini diambil setelah negosiasi berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya terkait utang lebih dari 700 juta dolar AS (sekitar Rp10,7 triliun). Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Mengapa Tupperware bangkrut? Tupperware telah berjuang untuk bersaing dengan tren penjualan yang berubah, seperti penjualan online dan meningkatnya popularitas produk yang lebih murah.
"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomimakro yang menantang," ujar Kepala Eksekutif Laurie Goldman dalam siaaran pers.
Bloomberg pernah melaporkan, Tupperware telah berencana untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah melanggar ketentuan utangnya dan meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan.
Kebangkrutan Tupperware cukup disayangkan sebagian besar masyarakat. Tanpa harus memasang iklan secara masif, popularitas produk milik Earl Tupper sangat luas.
Tupperware didirikan pada 1946 oleh seorang pria, Earl Tupper, tapi wajah publik perusahaan tersebut adalah seorang perempuan bernama Brownie Wise. Produk Tupper menandai era baru, menggunakan plastik berbeda untuk menjaga makanan segar dalam waktu lebih lama.
Dirangkum dari berbagai sumber, eksistensi Tupperware ditopang dengan metode penjualan yang cukup unik. Berikut faktor pendukung eksistensi Tupperware hingga mendunia.
Model Penjualan
Pesta Tupperware memiliki konsep yang diisi dengan pertemuan sosial. Perkumpulan ini mengubah cara penjualan produk dengan mengubah penjualan menjadi acara sosial.
Tuan rumah mengundang teman dan keluarga ke rumah mereka untuk mencoba produk secara langsung. Mereka yang hadir juga bisa menyaksikan langsung demonstrasi kegunaan produk Tupperware. Pada tahap ini, bisa mendorong pembelian secara impulsif.
Adanya perkumpulan dalam metode penjualan Tupperware ini juga berdampak dengan menumbuhkan hubungan yang kuat di antara para peserta, menciptakan rasa kebersamaan dan rasa memiliki.
Format ini memungkinkan peserta untuk berbagi kiat dan resep memasak, meningkatkan aspek sosial dari pertemuan tersebut. Tuan rumah juga sering menerima produk gratis atau diskon berdasarkan penjualan, yang memberi mereka insentif untuk mendorong kehadiran.
Pemberdayaan
Tupperware juga memiliki model penjualan langsung yang memberi banyak perempuan, khususnya ibu rumah tangga, cara untuk mendapatkan penghasilan tanpa perlu bekerja secara tradisional.
Perempuan dapat membangun bisnis mereka sendiri, mengatur jam kerja mereka sendiri, dan bekerja dari rumah, yang khususnya memberdayakan dalam konteks pertengahan abad ke-20 ketika peran tradisional lebih kaku.
Berpartisipasi dalam penjualan Tupperware membantu banyak orang mengembangkan keterampilan yang berharga dalam penjualan, pemasaran, dan layanan pelanggan.
Penjual yang sukses dapat maju ke peran kepemimpinan, membimbing perempuan lain, dan membantu mereka membangun bisnis mereka sendiri.
Banyak perempuan menemukan kemandirian finansial melalui Tupperware, yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada pendapatan rumah tangga dan mendapatkan harga diri. Pertemuan tersebut sering kali menjadi sistem dukungan, tempat para wanita berbagi tantangan, merayakan keberhasilan, dan membangun persahabatan.
Kesimpulannya, model penjualan Tupperware tidak hanya merevolusi penjualan langsung, tetapi juga memainkan peran penting dalam memberdayakan wanita secara ekonomi dan sosial.
Dengan memadukan perdagangan dengan komunitas, Tupperware menciptakan warisan abadi yang bergema di seluruh generasi.
Model ini menyoroti bagaimana strategi penjualan yang inovatif dapat menciptakan peluang dan mendorong pertumbuhan pribadi, sekaligus beradaptasi dengan perubahan budaya dari waktu ke waktu.