Dulu Jadi Barang Favorit Ibu-ibu, Kini Tupperware Diambang Kebangkrutan karena Gagal Lunasi Utang
Dulu kotak makan Tupperware jadi favorit ibu-ibu untuk bekal anak, tapi kini Tupperware terancam bangkrut karena gagal melunasi hutang.
Tupperware, merek terkenal yang identik dengan wadah tempat makan plastik, kini berada di ambang kebangkrutan. Dilaporkan oleh Bloomberg, merek asal Amerika Serikat ini sedang bersiap mengajukan perlindungan pengadilan setelah gagal melunasi utangnya. Proses pengajuan kebangkrutan ini diperkirakan akan dilakukan dalam waktu dekat, meskipun rencana tersebut belum final dan masih dapat berubah. "Pengajuan tersebut dapat dilakukan minggu ini," ungkap seorang sumber kepada Bloomberg yang dikutip dari Mothership, Rabu (18/9/2024).
Keputusan ini diambil setelah negosiasi berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya terkait utang lebih dari 700 juta dolar AS (sekitar Rp10,7 triliun). Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Apa yang membuat Tupperware bangkrut? Dilansir dari Reuters, perusahaan sudah menghadapi kesulitan finansial sejatinya sudah terjadi cukup lama. Namun, hal itu tertolong oleh pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan wadah plastik kedap udara warna-warni ini. Setelah pandemi mereda, beban finansial kembali terasa.
-
Kenapa Tupperware bangkrut? Kesulitan finansial dan mengalami kerugian terus-menerus membuat perusahaan wadah paling ikonik, Tupperware mengajukan pailit pada Selasa (18/9). Dilansir dari Reuters, perusahaan sudah lama menghadapi kesulitan finansial. Namun, hal itu tertolong oleh pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan wadah plastik kedap udara warna-warni ini.
-
Bagaimana Tupperware bangkrut? Tupperware Brands Corp. dan beberapa anak perusahaannya mengajukan bangkrut pada Selasa (18/9). Pengajuan ini didasari menurunnya permintaan atas wadah penyimpanan makanan yang ikonik, sehingga menimbulkan kerugian finansial.
-
Mengapa Tupperware bangkrut? Tupperware telah berjuang untuk bersaing dengan tren penjualan yang berubah, seperti penjualan online dan meningkatnya popularitas produk yang lebih murah.
-
Kapan Tupperware bangkrut? Tupperware Brands Corp. dan beberapa anak perusahaannya mengajukan bangkrut pada Selasa (18/9).
Sejarah Panjang dan Jasa Tupperware dalam Inovasi Wadah Makanan
Tupperware menjadi terkenal pada pertengahan abad ke-20 berkat produk wadah makanannya yang inovatif. Earl Tupper, seorang ahli kimia, menciptakan produk ini dengan memanfaatkan plastik polietilen, material yang pada saat itu dianggap sebagai limbah industri. Inovasi terbesar Tupper datang dengan menciptakan penutup kedap udara yang terinspirasi dari kaleng cat. Penemuan ini tidak hanya membantu menjaga makanan lebih lama, tetapi juga menjadi faktor kunci dalam kesuksesan produk ini.
Menurut BBC, wadah-wadah Tupperware sangat berharga pada masa itu, ketika kulkas masih menjadi barang mewah bagi banyak rumah tangga. Brownie Wise, seorang wanita yang menjadi wajah publik Tupperware, memasarkan produk ini secara langsung kepada ibu rumah tangga melalui acara-acara sosial yang dikenal sebagai "pesta Tupperware" Konsep ini sangat sukses dan menjadi model bagi banyak perusahaan penjualan langsung lainnya.
Wise memiliki pengaruh besar dalam kesuksesan awal Tupperware, dengan memperkenalkan cara pemasaran yang inovatif. Namun, meskipun perusahaan ini memberikan peluang ekonomi bagi banyak perempuan, ruang rapat perusahaan tetap didominasi oleh pria. Alison Clarke, profesor sejarah dan teori desain di Universitas Seni Terapan, Wina, seperti dikutip dari Liputan6.com menyebut, "Saya pikir, warisan (Tupperware) adalah cara menyediakan sumber pekerjaan bagi perempuan yang tidak selalu memiliki akses ke pekerjaan yang fleksibel."
Tantangan di Era Digital
Seiring berjalannya waktu, Tupperware gagal mengikuti perkembangan zaman, terutama di era digital. Neil Saunders, direktur pelaksana ritel di konsultan GlobalData, mengatakan bahwa Tupperware tidak mampu beradaptasi dengan tren dan preferensi konsumen modern. "Tupperware telah gagal berubah seiring waktu dalam hal produk dan distribusinya," kata Saunders. Model penjualan langsung yang selama ini menjadi andalan Tupperware dinilai sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan bagi konsumen muda. Selain itu, produk ramah lingkungan seperti kertas lilin lebah kini menjadi alternatif yang lebih disukai oleh generasi muda.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, Tupperware tidak mampu mempertahankan dominasinya. Produk-produk serupa dari kompetitor telah berhasil meniru konsep dasar Tupperware dengan harga yang lebih terjangkau. Richard Hyman, analis ritel, berkomentar bahwa prinsip dasar produk Tupperware "tidak sulit ditiru" oleh perusahaan lain.
Upaya Penyelamatan yang Terlambat
Pandemi COVID-19 memperburuk kondisi keuangan Tupperware. Pada 2022, perusahaan ini melaporkan kerugian sebesar 28,4 juta dolar AS, dengan penurunan penjualan bersih sebesar 18 persen. Tahun berikutnya, saham Tupperware anjlok hampir 50 persen setelah perusahaan mengungkapkan bahwa mereka berada di ambang kebangkrutan. Perusahaan berusaha memperbaiki keadaan dengan mengganti beberapa anggota dewan dan menunjuk Miguel Fernandez sebagai kepala eksekutif baru. Namun, langkah-langkah tersebut belum cukup untuk menyelamatkan Tupperware dari krisis.
Pada Juni 2024, Tupperware mengumumkan rencana menutup satu-satunya pabriknya di Amerika Serikat dan memberhentikan hampir 150 karyawan. PHK ini dimulai pada September 2024, dan pabrik tersebut dijadwalkan akan tutup sepenuhnya pada Januari 2025. "Penting untuk dicatat bahwa keputusan ini tidak mencerminkan kinerja tim Hemingway," kata Tupperware dalam pernyataannya kepada WCBD.
Masa Depan yang Suram
Meski berbagai upaya telah dilakukan, masa depan Tupperware tampak suram. Model bisnis lama yang mengandalkan penjualan tatap muka telah kehilangan relevansi di era digital ini. Selain itu, konsumen modern semakin mencari produk yang lebih ramah lingkungan dan praktis, sementara Tupperware gagal memenuhi ekspektasi tersebut.
Sekarang, perusahaan yang pernah menjadi simbol kemewahan di kalangan ibu rumah tangga ini harus berjuang keras untuk bertahan di tengah perubahan zaman. Keputusan untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan menandai babak baru yang penuh ketidakpastian bagi Tupperware, yang dulunya menjadi barang premium di banyak rumah tangga.