Sederet PR Pemerintah Jika Ingin Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik di Dunia
Permintaan baterai lithium ion diperkirakan akan meningkat lantaran meroketnya kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi.
Permintaan baterai lithium ion diperkirakan akan meningkat lantaran meroketnya kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi.
Sederet PR Pemerintah Jika Ingin Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik di Dunia
PR Pemerintah Agar Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik di Dunia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai Indonesia menyimpan potensi sangat besar untuk jadi pemain utama baterai isi ulang.
Namun, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu dituntaskan agar target itu bisa tercapai.
Arifin mengatakan, permintaan baterai lithium ion diperkirakan akan meningkat lantaran meroketnya kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi.
"Indonesia mempunyai potensi yang besar sebagai pemain utama dunia dalam industri baterai kendaraan listrik karena Indonesia mempunyai bahan komponen baterai, yaitu nikel, bauksit, tembaga, mangan," kata Arifin dalam acara Indonesia Mining Summit 2023 di Bali, Selasa (10/10).
Menurut data yang dibacakannya, nikel memiliki sumber daya hingga sebesar 17,3 miliar ton dan cadangan 5,0 miliar ton.
Pada 2022, produksi ferronickle sebesar 516,7 ribu ton, nickel matte sebesar 76 ribu ton, dan bijih nikel sebesar 106,3 juta ton.
merdeka.com
Sementara tembaga dengan sumber daya 15,8 millar ton dan cadangan 3,0 miliar ton.
Dari stok tersebut akan dilakukan pengembangan industri copper tube untuk pipa AC dan refrigerator, copper tip untuk ujung kabel, copper busbar untuk panel kontrol, listrik, copper sheet untuk mendukung industri baterai, wire dan kabel, serta pengembangan EBT dan EV.
Pada tahun 2022 telah diproduksi copper cathode sebesar 271 ribu ton.
Lebih lanjut, Arifin menyampaikan, rantai nilai industri baterai di Indonesia memang masih perlu dikembangkan. Pasalnya, Indonesia belum punya banyak industri penopang untuk produksi baterai.
"Seperti smelting/refining mineral, produksi komponen sel, produksi sel baterai, perakitan baterai, dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan antara lain lithium, graphite dan cobalt," papar Arifin.
Di sisi lain, Arifin menekankan pengembangan teknologi daur ulang mineral atau mineral recycling juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan mineral.
"Hal ini meliputi recovering dan reusing mineral-mineral dari produk-produk yang sudah habis masa pakainya seperti baterai, elektronik, dan magnet. Daur ulang akan menghasilkan dampak besar dalam melestarikan sumber daya," tuturnya.