Sejarah Warteg yang Dilarang di IKN Nusantara
Warteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Warteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Sejarah Warteg yang Dilarang di IKN Nusantara
Sejarah Warteg yang Dilarang di IKN Nusantara
Warteg merupakan rumah makan yang menyajikan masakan rumahan.
Warteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
"Semua masuk ke rusun, hunian pekerja, jadi semua tertib. Sehingga nanti tidak ada bedeng-bedeng, enggak ada lagi misalnya kekumuhan warteg-warteg insyaAllah," kata Menteri Basuki dilansir Dream.co.id, Jumat (29/12).
Lalu, benarkah Warteg identik sebagai rumah makan kumuh sehingga tidak cukup tepat keberadaannya di IKN?
Merangkum dari berbagai sumber, Warteg merupakan singkatan dari Warung Tegal, sebuah kota di Jawa Tengah.
Konsep warteg sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu, dan pendiriannya pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-20.
Warteg sangat identik dengan rumah makan yang sederhana.
Menu yang disediakan pun beragam, namun konsep masakan rumahan menjadi makanan khas warteg. Pelanggan warteg kebanyakan pekerja kasar.
Seiring berjalannya waktu, warteg berkembang menjadi lebih terstruktur dan terorganisir, menyediakan menu masakan Indonesia yang beragam.
Istilah 'warteg' sekarang umum digunakan untuk menggambarkan jenis rumah makan yang ditemukan di seluruh Indonesia.
Menawarkan masakan lokal yang terjangkau dan mudah diakses.
Tempat-tempat ini memainkan peran penting dalam lanskap kuliner Indonesia, melayani masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat.
Hanya saja, kapan waktu yang tepat sebagai operasional perdana warteg belum terkonfirmasi jelas. Sebab, warteg berasal dari fenomena kuliner lokal dan informal.
Namun pendirian warteg mulai bermunculan pada pertengahan abad ke-20 di tempat-tempat seperti Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
Biasanya, usaha ini merupakan usaha kecil yang dijalankan oleh keluarga.
Dimulai dari kedai makanan sederhana atau restoran pinggir jalan. Kemudian secara bertahap berkembang menjadi usaha yang lebih terorganisir dan terstruktur.
Saat ini, warteg tersebar luas dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia.
Di satu sisi, stigma kurang menguntungkan melekat pada warteg, yaitu rumah makan tidak higienis.
Meskipun kebersihannya berbeda-beda tergantung masing-masing tempat usaha, banyak warteg yang menjaga standar kebersihan untuk memastikan keselamatan pelanggannya.
Di sinilah peran penting pelaku usaha warteg untuk mengevaluasi setiap tempat makan secara mandiri.
Mengingat kebersihan dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain.