Profil
Widjajono Partowidagdo
Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo adalah seorang akademisi dan pengamat perminyakan Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sejak masih remaja, pria kelahiran Magelang 16 September 1951 ini memang dikenal sangat hobi mendaki gunung. Kebiasaannya tersebut makin menjadi saat menjadi mahasiswa dengan aktif di organisasi pencinta alam.
Prof. Widjajono Partowidagdo merupakan alumnus Teknik Perminyakan ITB tahun 1975. Setelah menyelesaikan studinya di ITB, kemudian melanjutkan studinya ke Amerika Serikat dan meraih dua gelar Msc di universitas yang sama, yaitu MSc di bidang petroleum engineering pada tahun 1980 dan di bidang operations research pada tahun 1982 dari USC. Pada tahun 1986, dia melanjutkan studinya di universitas yang sama dan meraih gelar M.A di bidang ekonomi. Pada tahun 1987, ia memperoleh gelar Ph.D di bidang engineering masih dari universitas yang sama.
Sebelum menjadi seorang menteri, Widjajono mengawali karir berpolitiknya dengan mengabdikan diri untuk almamaternya di Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung pada tahun 1976. Selama berkarir di ITB, Widjajono pernah dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Program Pasca-Sarjana Studi Pembangunan ITB (1993-2004) serta menjadi Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa, Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.
Pada tahun 2005, Widjajono dipercaya menjadi Ketua Kelompok Keahlian Pengeboran, Produksi dan Manajemen Migas Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (kini dipecah menjadi FTTM dan FITB). Jabatan ini dia pegang hingga tahun 2007. Karena kecakapannya dalam bidang Energi, maka oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Oktober 2011, Widjajono diminta untuk menjadi Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Guru Besar Program Studi Teknik Perminyakan ITB ini mendapatkan arahan dari presiden untuk meningkatkan produksi minyak, gas listrik dan mineral.
Namun sayang, belum genap satu tahun Widjajono menjabat sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dirinya sudah terlebih dulu menghadap pada yang kuasa. Widjajono meninggal dunia saat melakukan pendakian di gunung Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat. Kala itu, Widjajono yang membawa misi sosial bertajuk Female Trakkers for Lupus saat pendakian ini meninggal karena kelelahan dan mengalami sesak nafas karena kekurangan oksigen di ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut.
Dia meninggal sebelum berhasil menaklukkan Gunung Tambora yang memiliki ketinggian 2.851 meter tersebut. Semasa hidupnya, Prof. Widjajono dikenal sebagai sosok yang sederhana dan unik. Di antara para pejabat lain yang begitu memperhatikan penampilannya, Widjajono justru tampil apa adanya. Dia lebih memilih untuk mempertahankan rambut gondrong yang menjadi ciri khasnya, mengenakan baju batik dengan tas jinjing kesayangannya.
Walaupun berpenampilan sederhana, kualitas seorang Prof. Widjajono sama sekali tidak mempengaruhi kinerjanya. Widjajono yang meninggal pada tanggal 21 April 2012 telah dimakamkan di pemakaman keluarga di San Diego Hill, Karawang, Jawa Barat.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh