Tsania Marwa Raih Gelas Magister Psikologi, Tesis Terinspirasi Pengalaman Tak Dapat Hak Asuh Anak Usai Cerai dengan Atalar
Tesis ini terinspirasi oleh pengalaman pribadinya, di mana ia terpisah dari kedua anaknya yang saat ini tinggal bersama mantan suaminya, Attalarik Syach.
Artis Tsania Marwa baru saja meraih gelar pascasarjana di bidang psikologi dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia lulus dengan predikat cumlaude dan memperoleh IPK sebesar 3,76.
"Perjuangan aku selama tiga tahun berbuah manis, mendapat hasil yang memuaskan. Semoga ilmu aku bisa bermanfaat," ungkap Tsania di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
- Tsania Marwa Pikirkan Psikologis Anak, Pilih Legawa Soal Hak Asuh
- Sebut Hak Asuh Anak Pada Judul Tesis, 8 Foto Tsania Marwa Ketika Lulus Sidang Skripsi S2
- Ayah Pegi Setiawan Menjalani Tes Psikologi, Diminta Menggambar Pemandangan
- Tesis Adalah Karya Ilmiah untuk Raih Gelar S2, Berikut Ciri-ciri dan Cara Membuatnya
Dalam menyelesaikan tesisnya, Tsania mengangkat tema yang sangat personal. Tesisnya berjudul 'Peran Separation Anxiety sebagai Mediator pada Hubungan antara Psychological Distress dan Insomnia pada Orangtua yang Tidak Mendapatkan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian'.
Inspirasi tesis ini berasal dari pengalaman hidupnya sendiri. Tentang ia yang terpisah dari kedua anaknya karena diasuh mantan suaminya, Atalarik Syach.
"Kebetulan inspirasinya dari kehidupan aku. Banyak yang sudah tahu situasi aku, dan dari sana aku lihat, kalau orang tua dipisahkan dari anak, itu pasti ada dampak psikologisnya," ujarnya.
Hasil Tesis Terkait Dampak Psikologis Hak Asuh dalam Kasus Perceraian
Dalam penelitiannya, Tsania mengungkapkan orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh anak cenderung mengalami berbagai masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, dan kesulitan tidur.
"Tesis aku menunjukkan ada dampaknya, seperti kecemasan dan sulit tidur," ucapnya.
Ibu dari dua anak ini juga menekankan penelitian yang dilakukannya berangkat dari fenomena meningkatnya angka perceraian di Indonesia. Dalam hal ini persoalan hak asuh anak sering kali menjadi sumber konflik besar.
"Itu lah mengapa aku ambil topik ini, karena angka perceraian terus naik, dan masalah hak asuh juga semakin sering terjadi," jelas Tsania.
Dengan latar belakang tersebut, Tsania berharap hasil penelitiannya dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai dampak perceraian terhadap psikologis orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak-pihak terkait dalam menangani masalah perceraian dan hak asuh anak di Indonesia.
Dedikasi Tesis untuk Kedua Anaknya
Momen kelulusan yang dirayakan oleh Tsania ini menjadi persembahan istimewa untuk kedua anaknya. Ia berharap di masa depan, anak-anaknya dapat memahami perjalanan yang telah ia lalui dan merasa bangga atas pencapaian tersebut.
"Momen ini untuk kalian semua, supaya suatu hari kalian tahu dan kalian bangga. Semoga ilmu yang Umi punya bisa membantu banyak orang," ungkapnya dengan penuh emosi.
Lebih dari sekadar meraih gelar akademis, Tsania ingin ilmu yang didapatnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, terutama bagi orang tua yang menghadapi tantangan serupa. Dengan gelar ini, ia berambisi untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental, terutama dalam menghadapi permasalahan yang sering muncul dalam keluarga.
Ia percaya pengetahuan yang dimiliki dapat menjadi sumber inspirasi dan dukungan bagi orang lain yang membutuhkan.