CEK FAKTA: Benarkah Eucalyptus atau Minyak Kayu Putih Membunuh Virus Corona?
Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2
Beredar informasi obat berbahan eucalyptus yang diklaim mampu menjadi antivirus corona. Obat ini merupakan inovasi dari Kementerian Pertanian. Bahkan eucalyptus diklaim mampu membunuh virus hingga 100 persen.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang didampingi Kepala Balitbangtan Fajry Jufri dan Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono mengatakan bahwa terobosan ini memiliki hasil pengujian eucalyptus terhadap Virus Influenza, Virus Beta dan Gamma Corona yang menunjukkan kemampuan membunuh virus sebesar 80-100 persen.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Apa yang dikatakan Menteri AS tentang Kominfo dalam berita hoaks yang beredar? Judul berita itu mencatut situs berita Liputan6.com, berjudul; "Menteri Amerika klaim: Kominfo Indonesia sangat bodoh, Databesa Negaranya dihacker tidak tau, karena terlalu sibuk ngurus Palestina."
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Apa yang dimaksud dengan kalimat fakta? Kalimat fakta adalah jenis kalimat yang menyajikan informasi yang benar, dapat diverifikasi, dan tidak terbantahkan.
"Balitbantan membuat beberapa prototipe eucalyptus dengan nano teknologo dalam bentuk inhaler, roll in, salep, balsem, dan defuser. Kami akan terus kembangkan dengan target utamanya korban terpapar COVID-19," kata Mentan dalam peluncuran di ruang utama Agriculture War Room (AWR) Jakarta, Jumat (8/5).
Kepala Balitbangtan Fajry Jufri menjelaskan bahwa penelitian ini sebenarnya adalah hasil identifikasi melalui beberapa tanaman herbal dan jamu-jamuan seperti temulawak, jahe, jambu biji, dan minyak atsiri.
Setelah dilakukan uji efektivitas bahan aktif yang terkandung di dalamnya, langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ke laboratorium. Baru setelahnya inovasi ini bisa dikatakan sebagai produk kekebalan tubuh dan tahap tahan terhadap paparan virus.
"Kami sudah mencoba kepada yang terpapar COVID-19 dan hasilnya sangat baik. Namun untuk itu kita masih harus menunggu dari pihak terkait untuk dapat didistribusikan," kata Fajry.
Lalu, benarkah obat berbahan eucalyptus sudah menjadi antivirus Covid-19?
Penelusuran
Menurut penelusuran merdeka.com, obat berbahan eucalyptus belum bisa dipastikan mampu membunuh Virus Corona. Seperti disampaikan dalam artikel Kompas.com berjudul "Eucalyptus Jadi Antivirus Corona, Benarkah Bisa Bunuh Virus Covid-19?" pada 9 Mei 2020, dijelaskan bahwa eucalyptus belum bisa menjadi antivirus corona.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), DR dr Inggrid Tania MSI, mengatakan eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus dan anti jamur.
"Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2," kata dr Inggrid kepada Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).
Dr Inggrid menjelaskan virus corona pada penyakit yang mewabah saat ini, SARS-CoV-2 memang termasuk dalam virus betacorona.
"Tetapi virus corona SARS-CoV-2 ini termasuk betacorona yang lebih baru dan khusus. Jadi penelitiannya itu bersifat invitro, (eucalyptus) membunuh virus betacorona, tetapi baru sebatas itu," jelas dr Inggrid.
Selain itu, dr Inggrid juga mengungkapkan ada penelitian bioinformatika tentang zat aktif eucalyptus terhadap virus SARS-CoV-2. Kendati demikian, penelitian ini hanya berupa molekular docking atau simulasi di komputer.
Simulasi tersebut dilakukan dengan menyamakan molekul zat aktif pada eucalyptus dengan molekul protein virus SARS-CoV-2.
"Memang kalau dari penelitian bioinformatika itu ada kecocokan dan bisa dijadikan kandidat (obat antivirus). Tetapi kalau disebut sebagai obat antivirus Covid-19, belum bisa," sambung dr Inggrid.
Selama ini, lanjut dr Inggrid, eucalyptus atau minyak kayu putih tidak untuk diminum atau pemakaian dalam. Namun, sebagian besar minyak atsiri ini pemakaiannya dioles atau dihirup.
"Mirip kalau kita flu, eucalyptus yang dibuat sebagai inhaler, harapannya zat aktif yang ada pada minyak ini dapat dihirup, masuk ke saluran pernapasan dan diharapkan dapat membunuh virus," papar dr Inggris.
Kendati demikian, dr Inggrid kembali mengingatkan eucalyptus belum bisa dianggap sebagai obat untuk virus corona yang menyebabkan Covid-19.
"Harus diujikan dulu pada virus yang spesifik, yaitu virus SARS-CoV-2. Sedangkan penelitian yang sudah ada itu di betacorona. Jadi semua masih berupa prediksi dan eucalyptus belum bisa disebut sebagai obat Covid-19," imbuh dr Inggrid.
Kesimpulan
Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2. Dari penelitian bioinformatika itu memang ada kecocokan dan bisa dijadikan kandidat (obat antivirus). Namun eucalyptus belum bisa disebut sebagai obat antivirus Covid-19.
(mdk/noe)