CEK FAKTA: Disinformasi Banjir Tenggelamkan 70 Persen Wilayah DKI Jakarta
Informasi banjir DKI Jakarta menenggelamkan 70 persen wilayah Jakarta memang benar, namun kejadiannya pada tahun 2007. Sedangkan pada 2021, banjir hanya menenggelamkan 0,492 persen dari total RT di Jakarta
Informasi 70 persen wilayah DKI Jakarta terendam banjir beredar di media sosial Facebook.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Apa saja penyebab utama terjadinya banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut. Hujan yang berlebihan bisa membuat sungai dan waduk meluap, sementara pencairan salju yang cepat di musim semi dapat meningkatkan volume air dalam waktu singkat. Selain itu, badai tropis dan topan dapat membawa curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, menyebabkan banjir parah di daerah pesisir.
-
Apa yang menyebabkan banjir dan mengapa bencana banjir sering terjadi di Indonesia? Banjir adalah gejala alam yang ditandai dengan meluapnya volume air hingga merendam suatu daerah. Banjir ini bisa disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga bendungan air di suatu wilayah tidak dapat menampung kemudian meluap. Bukan hanya itu, banjir juga bisa disebabkan oleh peresapan air atau drainase di suatu wilayah yang buruk.
-
Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pertanian, yang sangat bergantung pada kondisi cuaca, sering kali paling terdampak.
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
Kominfo
"Jakarta 70% Kerendam Banjir, Gabenernya maen Golf!" tulis salah satu pemilik akun Facebook.
Penelusuran
Menurut penelusuran merdeka.com, informasi tersebut adalah disinformasi. Dalam artikel kompas.com berjudul "Kala 70 Persen Wilayah Ibu Kota Lumpuh Diterjang Banjir. . ." pada 8 Februari 2021, dijelaskan bahwa kejadian banjir tersebut terjadi pada 2007.
Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak Minggu (7/2/2021) malam hingga Senin (8/2/2021) pagi telah menyebabkan sejumlah daerah terendam banjir.
Di antara daerah yang tergenang adalah kawasan Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, dengan ketinggian air mencapai 250 sentimeter.
Genangan juga terpantau di kawasan Pademangan Barat, Jakarta Utara, hingga kawasan Jagakarsa di Jakarta Selatan. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 5 sentimeter hingga 30 sentimeter.
Banjir 2007 sebabkan berbagai sektor lumpuh
Berdasarkan catatan Harian Kompas, hujan lebat yang terus mengguyur Jakarta pada Jumat (2/2/2007) menyebabkan seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh.
Ketidakberdayaan warga Ibu Kota akibat banjir semakin parah karena jaringan internet serta telepon kabel dan seluler pun terganggu. Listrik di sejumlah lokasi juga ikut padam.
Akibatnya, berbagai sektor dilaporkan lumpuh.
Hampir 1.500 sekolah tidak bisa dipakai. Ratusan anjungan tunai mandiri (ATM) terendam banjir, mengakibatkan transaksi perbankan melorot 30 persen dari hari biasa.
Genangan juga membuat 120 perjalanan kereta api batal. PT Kereta Api Indonesia mengklaim kerugian sebesar Rp 800 juta.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, diketahui bahwa kejadian di awal tahun 2007 itu merupakan peristiwa banjir terparah dalam dua dekade terakhir di Ibu Kota.
Seperti dilansir buku saku Panduan Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir Bagi Masyarakat oleh BPBD DKI Jakarta, luas area yang terdampak banjir 2007 tersebut adalah 455 kilometer persegi, atau 70 persen dari total wilayah Ibu Kota.
Bencana hidrologi tersebut juga mencatatkan korban jiwa terbanyak, yakni 58 orang tewas dan 276.333 orang mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Sedangkan dalam artikel cnnindonesia.com berjudul "150 RT Terdampak Banjir Jakarta, 1.029 Orang Mengungsi" pada 8 Februrari 2021, dijelaskan bahwa banjir di Jakarta tahun ini hanya menenggelamkan 0,492 persen dari total RT di Jakarta.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga pukul 12.00 WIB, Senin (8/2), terdapat 42 RW dan 150 RT terdampak banjir yang tersebar di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dari jumlah itu, tercatat ada 1.029 jiwa yang mengungsi.
"Persentase RT terdampak ini sebesar 0,492 persen dari total RT di Jakarta sebanyak 30.470 RT," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto dalam keterangannya, Senin (8/2).
Sabdo memaparkan untuk wilayah Jakarta Selatan, meliputi 4 Kecamatan dan 7 Kelurahan, 17 RW dan 38 RT dengan ketinggian 40-190 cm. Adapun jumlah pengungsi sebanyak 30 KK dengan total 304 jiwa.
Sedangkan untuk Jakarta Timur, kata dia, meliputi 25 RW dan 112 RT dengan ketinggian 40-275 cm. Adapun jumlah pengungsi, yakni sebanyak 193 KK dengan total 725 jiwa.
Ia mengatakan di Jakarta Timur, 14 lokasi pengungsian telah digunakan.
"Tingginya curah hujan di hulu, menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar kali terdampak luapan tersebut," ujar dia.
Kesimpulan
Informasi banjir DKI Jakarta menenggelamkan 70 persen wilayah Jakarta memang benar, namun kejadiannya pada tahun 2007. Sedangkan pada 2021, banjir hanya menenggelamkan 0,492 persen dari total RT di Jakarta.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
(mdk/noe)