100.000 Ton Bakteri Berbahaya Dapat Terlepas Jika Gletser Mencair
Bakteri dalam jumlah besar dapat terlepas karena pencairan gletser akibat perubahan iklim.
Tim peneliti Universitas Aberystwyth, Wales, Inggris mengungkap, bakteri dalam jumlah besar dapat terlepas karena pencairan gletser akibat perubahan iklim.
Patogen-patogen bakteri berbahaya dan ribuan mikroba akhirnya dapat tercampur dan terlepas ke berbagai sungai dan danau.
-
Bagaimana biologi membantu memahami masalah lingkungan seperti perubahan iklim? Selain sebagai ilmu dasar, bilogi juga membantu Anda untuk memahami fenomena masalah yang terjadi di lingkungan seperti perubahan iklim, wabah penyakit, dan lain sebagainya.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana para ilmuwan berhasil memetakan Sungai Atmosfer? Para peneliti dari University of California telah menggabungkan data dari berbagai satelit untuk membuat peta koridor uap air yang luas ini. Tim dipimpin oleh ilmuwan atmosfer, yaitu Weiming Ma.
-
Kapan Hari Fiksi Iklim Internasional diperingati? Even, ditetapkan peringatan khusus, yaitu Hari Fiksi Iklim Internasional setiap 20 April.
-
Bagaimana pemanasan global bisa meningkatkan risiko penyakit menular seperti malaria dan demam berdarah? Pemanasan global juga meningkatkan suhu udara dan curah hujan, yang berkaitan dengan peningkatan jumlah dan perluasan penyebaran hewan pembawa penyakit, seperti nyamuk. Ini menyebabkan peningkatan risiko penyakit menular seperti malaria, demam berdarah, dan kaki gajah.
Sebelumnya tim peneliti meneliti air lelehan dari delapan gletser di wilayah Eropa dan Amerika Utara serta dua lokasi di Greenland. Gletser sendiri adalah kumpulan besar es yang terbentuk selama ratusan hingga ribuan tahun. Karena suhu Bumi kian meningkat, maka gletser-gletser dapat mencair lebih cepat.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasi di Journal Nature Communications Earth & Environment itu, tim memperkirakan pencairan gletser dapat mengakibatkan lebih dari 100.000 ton mikroba terlepas ke lingkungan luas selama 80 tahun ke depan.
Ahli mikrobiologi Dr. Arwyn Edwards mengatakan dia baru pertama kali melihat jumlah bakteri sebesar itu hidup di permukaan atau tersimpan di dalam gletser.
"Jumlah mikroba yang dilepaskan sangat bergantung pada seberapa cepat gletser mencair, dan seberapa banyak kita terus menghangatkan planet ini," jelas Edwards, dikutip dari BBC, Jumat (18/11).
Edwards juga menjelaskan bakteri-bakteri yang dapat mencemarkan sungai, danau, fiord (teluk lelehan gletser), dan laut dapat bertambah. Pencemaran pun dapat berdampak pada kualitas air. Berbagai bakteri dan mikroba pun akan terepas ketika seluruh gletser di Bumi sudah mencair.
"Secara global ada 200.000 daerah tangkapan yang bertambah karena air lelehan gletser dan beberapa di antaranya adalah lingkungan yang sangat sensitif kurang berkembang dalam hal karbon organik dan nutrisi," jelas Edwards.
Edwards juga menyatakan, gletser menjadi mata pencaharian bagi banyak orang dan aktivitas ekonomi. Karena itu keberadaan gletser harus dijaga.
"Kami menganggap gletser sebagai penyimpan air beku yang sangat besar, tetapi pelajaran utama dari penelitian ini adalah bahwa gletser juga merupakan ekosistem dengan caranya sendiri," paparnya.
Namun jika gletser mencair, maka ribuan mikroorganisme yang tumbuh dan tersimpan di dalam gletser akan terlepas. Manusia pun dapat terancam karena mikroorganisme itu.
Tetapi penelitian lebih lanjut terkait terlepasnya bakteri karena lelehan gletser harus dilakukan.
"Kita perlu meningkatkan pemahaman kita tentang keadaan dan nasib ekosistem (ini). Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gambaran itu, kita dapat memprediksi dengan lebih baik efek perubahan iklim pada permukaan glasial dan biogeokimia daerah tangkapan air," jelas ahli gletser, Dr. Tristram Irvine-Fynn.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
Baca juga:
Wabah Besar Malaria di Ethiopia Dipicu Serbuan Nyamuk dari Asia
Seekor Kera Mati Dijadikan Hewan Percobaan di Laboratorium Inggris
Gajah Betina Terbesar di Afrika Mati di Usia 65 Tahun
DNA Manusia Tertua Ungkap Asal Usul & Kehidupan Manusia Purba di Inggris
Arkeolog Temukan Bayi Berusia 6.000 Tahun Masih Ditimang Ibunya